"Jadi sebenarnya hari ini lo ngumpulin kita cuma buat bahas masalahnya Sena? Lo yang bener aja, Hersa!"
Siang hari, tepat saat waktu jam istirahat kedua berlangsung, Nuha berhasil mengumpulkan seluruh anggotanya di ruang OSIS setelah beberapa saat lalu sempat bersitegang dengan guru BK karena acara keterlambatannya.
Beruntung Nuha hanya mendapat hukuman untuk menulis kalimat 'saya berjanji tidak akan terlambat lagi.' sebanyak dua lembar di kertas folio. Dan setelahnya ia bisa mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya hingga kini pun ikut berada di ruang OSIS bersama anggota-anggota lain.
Seperti biasa, ketua OSIS itu kedapatan tengah memijat pelipisnya sebab merasa jika rapat yang ia pimpin kembali menemui titik bersitegang.
Bahasan pertama mengenai desain brosur untuk kampanye penerimaan calon anggota OSIS baru telah rampung, dan barusan Hersa menambahkan bahasan lain mengenai Sena, yang mana nama gadis itu kini menjadi nama keramat yang tiap disebut dalam pertemuan akan menyebabkan kerusuhan.
Buktinya Hersa baru saja disemprot oleh Anin hanya karena meminta bantuan agar anggota OSIS mau ikut mencari siapa pelaku yang menyebarkan video rekaman cctv Sena hingga viral sampai sekarang.
"Nin, masalah Sena juga masalah kita. Ini bukan cuma nyangkut pribadi atau organisasi, tapi sekolah juga kena imbasnya."
"Udah paling bener kita itu nggak usah ikut campur. Emangnya apa sih yang Sena lakuin buat organisasi ini sampai-sampai lo sesetia ini sama dia?"
"Bukan masalah setia, yang pengin gue tekankan di sini itu adalah rasa kemanusiaan! Sena pernah duduk bareng kita di sini, dia pernah jadi bagian dari kita, kalo lo emang nggak mau bantu, silahkan keluar. Gue nggak ngerti seburuk apa Sena di mata lo, tapi lo udah keterlaluan, Nin."
Alis Hersa menukik dengan tatapan menghunus. Andaikan saja terdapat rongga menganga pada kepala manusia, kalian mungkin bisa melihat jika isi kepala Anin tengah mendidih sekarang ini.
"Lo pikir dengan ngelaporin Sena ke ruang BK lo akan merasa keren di mata gue?"
"Gue ngelaporin dia karena dia emang salah. Emangnya lo siapa sampai-sampai gue harus ngerasa keren di mata lo? Gue nggak butuh pengakuan dari cowok yang dibutakan oleh cinta sampai nggak tahu caranya milih mana cewek yang bener dan mana cewek yang nggak bener!"
"Maksud lo Sena cewek nggak bener?" Hening, dengan tatapan kosong Nuha bersuara setelah sekian waktu diam.
"S-sorry, maksud gue nggak gitu."
"Sekarang buat semuanya, perlu gue pertegas kaya apa lagi? Organisasi ini bukan tempat adu mulut, masa jabatan kita juga tinggal sebentar. Apa kalian mau masalah ini bergulir terus sampai angkatan berikutnya?" Semua orang diam. "Gue tahu kalian semua kecewa sama Sena, tapi sedikit ... aja. Coba ingat perjuangan dia di awal masuk organisasi ini kaya apa."
Lenggang sejenak, hanya ada suara ketikan dari keyboard yang Nuha tekan selepas menyelesaikan kalimatnya barusan.
Namun tak lama kemudian, suara Dera terdengar.
"Gue mau ngomong, sedikit. Kalo sebenarnya niat Hersa itu nggak sepenuhnya salah. Tapi-kalo pun kita berhasil nemuin pelakunya, itu juga nggak akan ngerubah apapun. Videonya udah terlanjur kesebar dan jejak digital itu nggak pernah hilang."
Nyaris seluruh isi ruangan memakukan atensinya pada Dera, setuju.
"Seenggaknya si pelaku bisa minta maaf ke pihak yang dirugikan," celetuk Nuha, pria itu menutup laptopnya. "Gue nggak memaksa siapapun, hati nurani setiap orang beda-beda. Yang mau bantu silahkan, yang nggak mau-minimal jangan nambahin masalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqlab ✓
General FictionCOMPLETED [1] "Lo istri gue, artinya gue punya tanggung jawab dan hak penuh atas diri lo. Kewajiban Lo yang paling penting cuma satu, nurut sama suami. " • Nuha Ali Marzuki "Siti Hawa pernah cemburu sama Nabi Adam karena dia telat pulang, padahal...