Tidak terasa sudah dua bulan Vania berteman dengan Bagas. Bagas yang selalu mengantar Vania pulang, bahkan saat dikantin mereka selalu duduk bersama. Reihan, laki-laki ini masih sama seperti dulu, masih tetap akrab dengan Vania. Sepertinya hari ini Vania tidak pulang dengan Bagas, tapi akan pulang dengan Reihan, hari ini Vania akan berkumpul dengan anggota osis, karena ingin membahas tentang tujuh belas Agustus nanti.
"Gas, hari ini gue gak pulang sama lo dulu ya."
"Kenapa?"
"Anggota osis mau ngumpul dirumah kak Reihan."
"Ngapain?"
"Bahas tentang kegiatan gitulah."
"Sampe jam berapa?"
"Sekitar jam enam atau tujuh."
"Yaudah, entar shareloc, gue yang anter lo pulang."
Vania mengangguk. Lihatlah, bukankah mereka seperti sesorang yang memiliki sebuah hubungan? Chelsi dan Marcel yang melihat pun sudah tidak kaget lagi. Mereka sering seperti ini, bahkan tak jarang kemanapun Vania pergi, pasti dirinya mengabari Bagas. Jika ada laki-laki yang mendekati Vania atau ingin berkenalan dengan Vania, Bagas segera menghalanginya. Sudah tak terhitung Chelsi bertanya apa status keduanya, jawaban Vania masih sama. Teman. Chelsi sebenarnya sedikit kesal dengan Bagas, apa laki-laki ini sedang bermain-main dengan sahabatnya, atau memberi harapan palsu?
"Marcel!"
"Eh, Chelsi? Ngapain disini?"
"Menurut lo perpus buat apa?"
"Baca?"
"Tuh tau, btw gue mau nanya."
Marcel mengangguk, menunggu pertanyaan dari Chelsi. Seperti yang Marcel pikirkan, ternyata benar. Chelsi bertanya kenapa Bagas sampai detik ini tidak menyatakan perasaanya ke Vania, apa Bagas sengaja, hanya ingin memainkan Vania. Marcel tertawa mendengar itu. Tidak salah kalau Chelsi berpikir seperti itu, bagaimanapun juga kedua orang itu terlalu ambigu, sifat mereka terkadang membuat orang berpikir bahwa mereka memiliki suatu hubungan, nyatanya tidak.
"Bagas tuh punya peraturan yang dibuat mamanya, mamanya emang lumayan tegas soal ngedidik anak. Salah satunya ya itu, gak boleh pacaran sampe lulus SMA, kalaupun pas kuliah, Bagas harus kenalin dulu ceweknya ke ortunya, disetujuin atau enggak."
"Oh, berarti Bagas sebenarnya mau sama Vania, tapi kehalang aturan orang tuanya. Kalau lo?"
"Ortu gue mah santai aja, tapi emang guenya yang lagi gak mau."
"Kenapa?"
Marcel menjelaskan bahwa dirinya saat ini bergabung dalam eskul jurnalistik. Eskul ini benar-benar menguras waktunya, bahkan saat dirumah, dirinya tak jarang melupakan keberadaan orang tuanya, karena dirinya terlalu sibuk dengan tugasnya. Marcel menjelaskan ke Chelsi bahwa eskul ini membuat dirinya kehilangan banyak waktunya.
"Sama keluarga ajak gak cukup waktunya, apalagi sama pacar."
Chelsi tertawa, benar juga kata Marcel. Chelsi juga selalu melihat Bagas yang sedang bermain basket agar dirinya tidak bosan menunggu Marcel.
"Bisa aja si, kalau lo ketemu cewek yang bisa ngerti keadaan lo."
"Siapa? Lo?"
Chelsi kaget, bahkan buku yang dipegangnya terjatuh.
📕🏀📕
"Bagas! Nih roti, dari mama gue."
"Oh, bilang terima kasih ya dari Bagas."
Vania mengangguk. Chelsi tidak ikut ke kantin, Vania tidak tau kenapa. Saat ini Vania duduk di hadapan Bagas dan Marcel.
"Chelsi gak ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Ficção AdolescenteBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...