38. Another Chaos

26 3 0
                                    

Reihan sudah kembali dengan membawa dua bungkus nasi uduk. Reihan masih bingung kenapa Bagas tak kunjung pulang, toh Reihan sudah membawa mobilnya kembali. Reihan memberikan satu bungkus nasi, tapi Bagas menolak karena sudah sarapan. Bagas ingin menceritakan tentang dirinya kemarin kepada Reihan, tapi Bagas takut akan tanggapan Reihan yang sama seperti Marcel.

"Muka lo kusut banget, cerita aja kalau mau. Gue udah biasa denger ketololan lo."

"Makasi."

Bagas menghela nafas, mencuri bakwan goreng milik Reihan. Bagas bercerita sambil memakan bakwan goreng itu. Mata Reihan tak berhenti melihat Bagas, bukan karena cerita, karena bakwanya direbut oleh orang yang tadi menolak tawaran makananya. Reihan menghela nafas menanggapi cerita Bagas.

"Bakwan gue anjing!"

"Yaudah si, lo udah makan dua bungkus."

Reihan hanya bisa mendumal. Reihan melihat Bagas, tumben sekali Bagas ke bar, setau Reihan setelah menikah Bagas tidak pernah lagi kembali ke tempat itu. Reihan tau sisi buruk Bagas dari Marcel, karena dulu Reihan sempat tinggal bersama Marcel untuk beberapa bulan. Marcel bercerita bahwa hidup Bagas itu sudah di atur oleh ibunya bahkan sampai jodoh Bagas. Benar, Bagas awalnya sempat di jodohkan, tapi Bagas menolak dan ayahnya mendukungnya.

"Lo kenapa bisa mabuk?"

"Ya karena gue minum?"

"Bukan itu bodoh! Alasanya lo mau mabuk kenapa?"

"Alvin kecelakaan, disitu gue mumet banget. Tanpa arah gue langsung aja ke bar."

"Gak mungkin, lo pasti ajak temen lo kan? Buat jagain lo."

Bagas diam, benar. Sejak dulu saat Bagas ingin mabuk karena lelah dengan ibunya, Bagas selalu mengajak Marcel, tentu untuk mengawasi dirinya. Saat Bagas sudah kehilangan kendali, Marcel segera membawa Bagas keluar dan pulang ke rumah Marcel.

"Kenapa lo gak ajak gue?"

"Dih, trauma gue."

Reihan tertawa, sedangkan Bagas hanya melempar tatapan sinis. Bagas hanya bisa menghela nafas. Siapa wanita itu? Kenapa dirinya bisa kelepasan? Apa dirinya yang mengajak wanita itu duluan?

"Dah, gue pulang dulu."

"Cuman numpang duduk lo disini? Kagak mau bantu bersih kosan gue?"

"Kapan-kapan."

Bagas berjalan keluar lalu menlfon Arya, teman kampusnya. Bagas berjalan menuju motornya lalu menyalakan motoornya sambil menunggu jawaban dari Arya.

"Halo?"

"Lo sibuk gak?"

"Gak, kenapa?"

"Gue otw tempat lo. Shareloc!"

"Dih, gue lagi di luar, lagi cari makan."

"Buruan!"

"Iye!"

Arya mematikan sambungan terlebih dahulu. Setelah sekian detik Bagas mendapatkan lokasi Arya berada. Bagas segera melaju menuju kost Arya. Saat sampai di kost Arya, Bagas melihat Arya yang baru masuk gerbang dengan membawa dua bungkus bubur ayam. Arya memanggil Bagas, menyuruh Bagas memarkirkan motornya di dalam. Kost milik Arya mewah, bernuansa putih, bahkan di kost ini memiliki lapangan parkir yang luas.

Setelah motor terparkir dengan baik, Bagas dan Arya naik menuju kamar Arya. Kamar Arya benuansa hitam, meja beserta komputernya dan kasurnya, hingga dinding kamar berwarna hitam. Bagas duduk di lantai, sedangkan Arya dikursi komputernya. Arya menawarkan bubur ayam untuk Bagas, tetapi Bagas menolak.

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang