15. How We Can?

52 6 0
                                    

*ps. Jangan lupa baca sambil dengar lagunya ya ~

...

"Jadi pacar gue aja, mau gak?"

Vania terbatuk. Vania tau bahwa itu hanyalah bercanda, tapi kenapa dirinya menganggap serius? Setelah Bagas melihat reaksi Vania, Bagas berdiri dan berjalan ke kasir untuk membayar pesanan mereka. Vania masih terdiam. Saat Vania sedang menunggu Bagas membayar pesanan mereka, mata Vania tertuju pada tas Bagas yang terbuka.

Buku putih, seperti sketchbook, Vania mengambilnya. Vania melihat gambar-gambar Bagas. Banyak sekali rancangan busana yang Bagas buat, Vania terkejut bahwa Bagas memiliki jiwa seni yang tinggi. Vania melihat-lihat, hingga sampai di pertengahan buku, Vania melihat sketsa dirinya di dalam buku. Vania melihat, betapa detailnya gambaran dirinya yang dibuat oleh Bagas. Vania mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar sketsa dirinya.

"Buku gue ya?"

Vania yang sibuk melihat-lihat, langsung menoleh ketika mendengar suara Bagas.

"Iya, sorry ya gue buka gak pake izin. Gakpapa?"

"Buka aja."

"Gue baru tau lo bisa gambar.."

"Keturunan kayaknya."

Bagas memberitau siapa kedua orang tuanya. Vania yang mendengar tentu terkejut. Ternyata keluarga Bagas bukan sembarang orang. Siapa yang tidak kenal dengan Braka Baswara? Fashion desaigner terkenal di Asia sedangkan ibunya, Martha Baswara, pelukis terhandal di Indonesia. Pantas saja di saat Bagas berjalan pasti akan tercium wangi uang.

"Keluarga lo orang berada ya.. mama gue suka banget sama lukisan Bu Martha."

"Iya?"

"Lo gak liat? Dirumah gue ada satu lukisan yang dibuat Bu Martha. Waktu itu mama gue ikut lomba pas masih muda, menang, dan bu Martha kasih satu lukisan ke mama gue."

Bagas hanya mengangguk, Bagas Bangga terhadap ibunya. Setelah mereka mengobrol singkat. Mereka memutuskan untuk pulang. Bagas mengantar Vania, sebelum mengantar Vania sampai dirumahnya, Bagas berhenti di taman dekat rumah Vania. Bagas mengajak Vania duduk di ayunan. Bagas melepas jaketnya, menaruh di paha Vania, agar dirinya bisa duduk dengan nyaman.

"Ngapain? Rumah gue bentar lagi sampe."

"Gue mau terusin yang tadi.."

Bagas mengeluarkan ponselnya. Bagas memutar sebuah lagu dari ponselnya.

Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata.
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu.
Dan apabila tak bersamamu, kupastikan kujalani dunia.
Tak seindah kemarin, sederhana, tertawamu sudah cukup melengkapi semuanya.

Vania diam, menatap Bagas. Bagas melihat ponselnya menunggu hingga lagu selesai.

"Lo terlalu indah dari sekedar kata Va. Ketawa lo, senyuman lo, itu sudah cukup buat gue. Gue disini mau membuat lo terus tersenyum, tertawa, biar bisa melngkapi hidup gue. Kalau gue liat lo sedih, dunia gue hancur Va. Gue gak main-main, lo adalah dunia gue. Vania Jovanka, Apakah lo  mau jadi pacar Bagas Baswara?"

Vania mendengar detakan jantung yang sangat cepat, entah dari dirinya atau Bagas. Vania tidak pernah melihat Bagas serius seperti ini. Vania masih diam, belum menjawab Bagas. Vania berpikir, apa Bagas serius? Jika boleh jujur, Vania juga menyungkai Bagas. Siapa perempuan yang tidak terbawa perasaan saat bertemu laki-laki seperti Bagas, yang sangat perhatian, baik, lembut, memperlakukan wanita layaknya seorang ratu.

"Gue.. mau."

Bagas terkejut, tentu. Bagas segera menjatuhkan ponselnya begitu saja ketanah dan memeluk Vania. Vania tidak tau sejak kapan Vania sudah menyungkai Bagas. Vania hanya tau bahwa dirinya bisa percaya kepada Bagas, dari sifatnya, Vania yakin Bagas akan menjaganya.

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang