"Sudah sore, mau ke pantai?"
"Ngapain?"
"Lo kan suka banget sama sunset, masa udah disini gak liat sunset?"
Vania tersenyum. Saat ini tubuh Vania sudah membaik, Bagas membantu Vania berdiri. Mereka keluar dari kamar Bagas, berjalan menuju pantai. Jarak dari hotel ke pantai tidak terlalu jauh. Sebelum Bagas pergi, tentu Bagas ke resepsionis, untuk membersihkan kamarnya.
"Masih jam empat, duduk sini dulu."
Bagas pergi meninggalkan Vania yang sedang duduk di bahwah pohon kelapa. Vania menikmati angin yang menghembus, Vania mengikat rambutnya karena angin yang terlalu kencang. Bagas kembali dengan membawa dua gelas berisi kelapa muda. Bagas memberikan ke Vania, lalu duduk di sebelah Vania.
"Maaf ya, cuman ini yang bisa gue lakuin, gue bener-bener minta maaf. Gue janji, gue bakal tanggung jawab."
"Iya, gue percaya sama lo. Lo udah ngomong kek gitu tiga kali, udah kayak minum obat."
"Gue ngerasa bersalah banget. Gue janji sama orang tua lo, tapi liat? Apa yang gue perbuat.. gue malah yang gak nepatin janji."
"Hei, lo kan gak janji, lo bilang, lo bakal berusaha buat jaga gue. Gue percaya sama lo, gue tau lo pasti gak berniat ngelakuin ini. Cuman ini yang bisa gue bilang. Gue yakin lo akan selalu ada untuk gue."
"Gue boleh jujur?"
"Boleh?"
"Gue teler bukan karena salah minum obat. Gue.. gue mabuk."
"Hm?"
"Kebiasaan jelek gue ya ini. Gue minum kalau pikiran gue lagi kacau."
"Gas?"
"Gue mau kasih liat diri gue yang sebenarnya. Gue kemarin mabuk, bareng Reihan. Gue stres ngeliat dia, pikiran gue langsung melayang, jadinya gue memutuskan ngajak dia minum."
"Jadi, karena lo minum? Lo ngelakuin ini ke gue? Terus udah berapa kali lo mabuk terus mainin cewek!?"
"Tenang dulu. Gue bersumpah, gue emang selalu mabuk, tapi gue gak pernah lepas kendali kayak ini. Gue mabuk, tapi gue masih bisa ngehandlenya, sedangkan kemarin, gue gak tau, gue bener-bener kacau."
Vania diam, memikirkan, siapa yang mengerjain Bagas selain Reihan? Hanya mereka berdua yang ada disana. Awalnya Bagas dan Reihan adalah musuh, tidak mungkin mereka akan akrab satu sama lain hanya dengan satu malam. Vania yakin pasti Reihan yang tau keonologi sebenarnya.
"Satu lagi, ternyata Reihan sepupu gue."
Hal ini membuat Vania terkejut. Bagas hanya diam, menunggu reaksi Vania.
"Kemarin di acara keluarga, gue ketemu dia, dan dari situlah gue tau kalau kita satu darah."
"Thanks, sudah mau jujur sama gue. I appreciate."
Vania meletakan kepalanya di pundak Bagas. Vania dan Bagas menunggu sunset datang, tak lama sunset terlihat, Bagas segera menyuruh Vania berdiri. Bagas menarik Vania hingga ke bibir pantai. Bagas mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar Vania yang berdiri. Bagas tersenyum melihat hasilnya. Vania sangat cantik, bahkan sunset yang tepat di belakangnya masih kalah jauh dengan kecantikan Vania. Saat Bagas dan Vania sibuk foto-foto, ada dua orang menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Teen FictionBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...