Jakarta, 7 April 2015
Suara tepukan tangan terdengar dengan jelas di ruang osis. Gadis yang merasa risih menoleh ke jendela. Ah, ternyata hanya anak basket yang sedang berlatih, suara tepukan dan teriakan itu berasal dari gadis-gadis yang kegirangan karena melihat beberapa laki-laki tampan penuh peluh diwajah sedang bermain basket.
"Heboh banget, heran gue."
"Yaelah, lo kek gak pernah liat cowok ganteng aja."
"Gak dulu deh."
"Awas, kalau udah kena batunya gue ketawa aja."
Vania Jovanka, wakil osis jabatan 2015 sampai 2016, Vania terlalu fokus dengan pendidikanya serta pangkatnya yang membuat dirinya selalu sibuk dengan urusan sekolah. Chelsi Genaldi, teman Vania, Chelsi tidak memiliki jabatan apapun dia hanya bendahara kelas. Mulutnya yang pedas terkadang membuat orang takut dan segera membayar uang kas, biasanya ditagih sebulan sekali. Saat ini jam sudah menunjukan pukul empat lewat enam belas menit, Vania masih fokus dengan map yang diberi oleh kepala sekolah untuk dirinya.
"Va pulang dulu yuk, lo betah banget di ruang osis, gue aja bosen tiap hari nemenin lo."
"Gue kan anggota osis, wajar aja gue disini setiap hari. Gue lagi kerjain proposal buat 17 agustus nanti, kita bakal adain lomba."
"Serius lo!?"
"Iya, lo diem jangan bocor."
"Siap!"
...
Bau keringat menyebar diudara. Keringat yang berasal dari tubuh laki-laki tampan sehabis bermain basket. Mereka latihan untuk lomba, sepertinya, atau hanya latihan saja, atau juga hanya untuk memamerkan keahlian dan wajah mereka ke arah perempuan-perempuan yang suka kepada mereka. Bagas Baswara, pemimpin tim mereka, bahkan Bagas juga sering menggantikan guru yang mengajar eskul basket, saat jam pulang sekolah bagas sering menyempatkan diri untuk bermain bola jingga itu. Bagas sangat menyungkai olahraga ini.
"Gas! Kita pulang dulu ya."
"Iya, gue masih nunggu teman gue."
Bagas duduk ditengah lapangan, dengan tangan kananya yang memegang botol air. Tak lama setelah itu teman yang dimaksud dirinya datang dengan minuman kaleng bersoda di ditangan kananya. Marcel Danindra, lelaki tampan dan manis yang ikut eskul jurnalistik, teman Bagas sejak kecil, bahkan rumah mereka bersebelahan. Marcel terpaksa pulang lebih lama karena urusanya, dirinya mendapat tugas membuat poster untuk acara 17 agustus nanti. Marcel dan Bagas sangat berbeda, Bagas menyungkai tantangan sedangkan Marcel orang yang suka akan ketenangan.
"Lama banget, tumben?"
"Biasalah, poster gue ditolak mulu. Akhirnya setelah delapan desain baru deh keterima."
"Gila! Gak ngehargain banget!?"
"Gitu deh, wakil osisnya emang perfect banget orangnya. Dia gak mau ada yang rusak di acara yang udah dia rangkai."
"Orang ambis yang gila."
"Udahlah yok balik."
Bagas berdiri disusul oleh Marcel. Saat ini jam sudah menunjukan pukul lima. Suasana sekolah sudah sangat sepi dan gelap, hanya beberapa lampu yang dihidupi, tersisa satpam sekolah yang biasanya berpatroli saat malam hari. Bagas menyapa satpam itu sedangkan Marcel hanya tersenyum. Mereka cukup akrab dengan satpam itu, apalagi Bagas, biasanya Bagas bermain basket hingga larut malam dan satpam itu jelas sudah kenal dengan wajah Bagas.
Bagas dan Marcel berjalan menuju area parkir motor. Marcel terbiasa ikut Bagas saat sekolah ataupun pulang sekolah, karena rumah mereka bersebelahan. Bagas menyalakan motornya dan memberi helm ke Marcel, Marcel menerima dan segera memakainya. Bagas segera menekan gas dan berjalan keluar area sekolah. Saat mereka sudah keluar dari area sekolah, Bagas melihat ada wanita yang sedang berdiri bermain ponsel dan bersandar didalam post satpam
"Eh cel, masih ada cewek yang nangkring disekolah jam segini?"
"Biasanya anggota osis, mereka lagi ngerjain proposal buat acara apa gitu."
Bagas hanya mengangguk tanda mengerti. Bagas tidak memperdulikan perempuan itu dan tetap melajukan motornya menuju rumahnya. Jam sudah menunjukan pukul lima lewat empat puluh delapan menit, Bagas berhenti dirumah Marcel, melihat Marcel turun dan memasuki rumah, setelah itu Bagas berjalan sedikit untuk memasuki halaman rumahnya. Mereka tinggal di kompek, bisa terbilang ini komplek kawasan rumah elit. Rumah ini sederhana tapi memiliki kesan mewah berwarna putih, dengan garasi cukup untuk dua mobil dan satu motor, serta teras yang dilengkapi tumbuhan cantik serta kursi.
"Ma? Bagas pulang."
"Tumben malem? Abis darimana?"
"Basket ma, kalau gak percaya tanya aja sama Marcel."
"Iya, mama sudah tanya. Inget ya kamu, jangan pacaran dulu! Fokus sama pendidikan."
"Iya ma, semuanya aman terkendali."
Dua minggu lalu Bagas bertengkar hebat dengan ibunya, karena Bagas ketahuan berpacaran. Ayah Bagas sebenarnya tidak terlalu mengekang Bagas dalam hal berpacaran, selagi Bagas senang ayahnya mendukung penuh keputusan anaknya, asal Bagas tidak melakukan hal yang buruk. Satu minggu Bagas menginap dirumah Marcel, ibunya segera menghubunginya dan meminta maaf, menyuruh Bagas untuk tidak mengulangi lagi perbuatanya.
"Bagas ke kamar dulu ya ma."
"Iya, mandi dulu ganti baju abis itu turun, mama udah masak buat kamu."
Bagas mengangguk lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Kamar Bagas bernuansa hitam, dengan meja belajar beserta komputer yang biasanya ia gunakan untuk bermain game atau mengerjakan tugas. Kasur queensize dan sprei hitam yang melapisi kasurnya, serta memiliki kamar mandi di dalam kamar. Bagas segera memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya, menyalakan komputernya mengklik aplikasi gamenya lalu turun menuju ruang makan. Bagas mengambil nasi dan lauk yang disediakan ibunya, dirinya makan begitu cepat karena ada janji untuk bermain game bersama temanya.
"Jangan cepat-cepat makanya, nanti tersedak."
Ayah Bagas, Braka Baswara. Ibunya, Martha Baswara duduk disebelah Braka dan dihadapanya terlihat anaknya yang makan dengan terburu-buru. "Ada apa? Janjian game lagi? Jangan keseringan agas, nanti mata kamu rusak." Ucap Renjani Baswara, ibu Bagas. Bagas menggeleng, lalu menjawab bahwa ini pertama kalinya dirinya menyalakan komputer karena kemarin dia sibuk berlatih untuk lomba. Ibunya hanya mengangguk. Makan malam kali ini hanya ditemani suara dentingan yang berasal dari sendok dan garpu, setelah Bagas selesai makan dirinya langsung berlari menuju kamarnya. Bagas duduk dan memasang heandphone ke telinganya.
"Bro! Gimana koneksi aman?"
Setelah itu Bagas sibuk bermain hingga jam menunjukan pukul sembilan malam. Setelah teman bagas satu persatu meninggalkan roomchat digame tersebut Bagas pun mematikan komputernya dan berjalan menuju kasur. Bagas membaringkan dirinya menghadap atap lalu membayangkan hal-hal yang random. Setelah itu Bagas mengambil ponselnya dan melihat-lihat, ada beberapa pesan dari grup atau marcel, dan saat Bagas sedang asik dengan media sosialnya dirinya mendapat notif dari seseorang.
Unknown
Halo? Maaf ganggu, inget gak perempuan yang tadi siang di kantin minjem uang sama lo?
21.03Bagas diam membaca pesan ini, dirinya lupa. Setelah beberapa menit bagas mengingat, akhirnya dirinya mendapat pencerahaan. Perempuan berambut panjang sempat meminjam uangnya saat dikantin, karena perempuan itu lupa membawa uang. Bagas segera membalas pesan itu.
Bagas
Inget, kenapa?
21.10🏀📕🏫🥇
New story! 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Teen FictionBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...