3. My Enemy

106 11 0
                                    

Bagas berjalan dengan santainya menuju kelas 11 ips 2. Entah kebetulan atau bukan, Vania keluar saat Bagas sedang menyenderkan diri dipintu kelas. Vania sedikit terkejut melihat Bagas yang berdiri tepat disampingnya, lalu bingung, kenapa laki-laki ini disini?

"Jangan salah paham, gue mau manggil temen gue."

"Dih, siapa juga yang nanya."

Vania melanjutkan kembali jalanya yang terhenti akibat Bagas. Vania berjalan menuju ruang osis, seperti biasa. Anggota osis bisa keluar kelas saat jam pelajaran, jika mereka memiliki urusan khusus, saat ini Vania sedang mengerjakan suatu acara. Vania masuk kedalam ruang osis dan melihat ada sosok lelaki yang sedang tidur. Reihan Mahendra, kakak kelas Vania sekaligus ketua osis. Vania sangat akrab dengan Reihan, tak jarang mereka sering dikira memiliki hubungan yang spesial.

"Kak, Kenapa manggil?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, Kenapa manggil?"

Mata Reihan yang awalnya terpejam langsung terbangun, meregangkan tubuhnya.

"Desain poster yang kemarin udah?"

"Oh, sudah kak, nanti kukirim lewat email aja ya kak biar gambarnya bagus."

Reihan hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Vania duduk dikursi yanng posisinya berhadapan dengan Reihan. Reihan mengeluarkan berbagai macam makanan ringan dari tasnya, bahkan beberapa minuman bersoda. Vania tau, jika Reihan sudah mengeluarkan makanan yang begitu banyak tandanya mereka hari ini lembur.

"Ya, kita ada kegiatan lagi."

"Hwaaa, acara tujuh belasan aja kita belum kelar."

"Mau gimana lagi? Duduk sini mau kujelasin."

Vania berdiri, lalu berpindah duduk disebelah Reihan. Reihan adalah salah satu senior paling disukai disekolahnya, bukan hanya memiliki wajah yang tampan, cara bicaranya yang sopan, lembut membuat siapapun yang mendengar pasti akan terbuai dengan suaranya. Seperti saat ini, Reihan menjelaskan seluruhnya dengan teliti, teratur, bahkan sangat jelas. Saat Reihan sedang asik menjelaskan tentang proposal mereka, seseorang tanpa mengetuk pintu masuk ke ruangan tersebut.

"Lo gak ada sopan santun banget si?"

"Oh? Ada orang?"

"Lo ngapain kesini?"

"Nih gue disuruh anter ini, dari Chelsi."

"Oh, makasi gas."

Bagas menoleh kekiri dan kekanan, tidak ada siapapun selain Reihan dan Vania. Bagas melihat Vania, menatap mata Vania yang indah dalam-dalam lalu menggeleng. Vania tentu bingung atas perilaku Bagas, Vania tak ambil pusing, dirinya terlalu malas memikirkan hal yang tidak penting. Vania mengambil kotak makan yang ditangan Bagas, lalu Bagas keluar dari ruangan tersebut.

📕🏀📕

Saat ini jam sudah menunjukan pukul empat lewat empat puluh enam menit. Vania baru selesai mengurus proposal baru dengan anggota osis lainya. Chelsi sudah pulang terlebih dahulu karena dirinya ada kelas tambahan. Saat Vania berjalan keluar menuju post satpam, menunggu ojek langgananya menjemput, dirinya melihat Bagas dan temanya berjalan keluar. Saat Vania menatap Bagas, Bagas menoleh dan mata mereka bertemu. Saat mata mereka bertemu Vania segera memutuskanya secara sepihak, Vania segera membuka ponselnya dan melihat-lihat isi ponselnya.

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang