20. I Belive You But why you do that?

62 5 0
                                    

10  September 2015 at Reihan Apartemen

"Terus? Lo bisa tau apart gue darimana?"

"Ya siapa lagi kalau buka dari ayah gue?"

Saat Bagas duduk di kereta dan sudah mengetahui kebenaranya, Bagas ingin sekali datang ke Reihan lalu memberikan pukulan bertubi-tubi, tapi ditahan oleh Marcel. Marcel berkata jangan membuat masalah jika di lingkungan sekolah, mereka sebentar lagi akan ujian kenaikan kelas, bisa bahaya jika Bagas kena skors.

"Pinter juga ya lo ternyata."

"Lo kenapa bisa bertindak sejauh ini Han? Gue bener-bener gak nyangka, gue percaya sama lo, tapi lo malah ngehancurin gue?"

"Itu emang tujuan gue, lo aja yang bego."

"Kenapa?"

"Buaknya sudah jelas? Gue bisa mati digebuk bokap gue kalau gue pulang gak ngelakuin apa yang dia perintah. Gue gak mau lagi ngerasain sakit Gas, lo gak pernah ngerti."

"Gue bisa bantu lo bangsat! Kalau lo kayak gini, lo bener-bener Bangsat dimata gue. Gue semakin benci, gue semakin mau menang dari lo!"

"Silakan, gue udah menang, tinggal tunggu sampe nyokap lo tau. Kalau Vania hamil, otomatis dia ngadu ke lo, dan lo anak manja yang gak bisa apa-apa pasti minta bantuan duit dari orang tua lo. Pada akhirnya lo harus jujur sama mereka, kalau lo hamilin anak orang."

"Ternyata lo emang bangsat Han. Thanks ya, karena lo gue tau. Terkadang ada manusia yang gak tau diri, udah diberi simpati malah gak tau diri."

"Yeah, that's me."

Bagas berdiri, keluar dari apartemen Reihan. Bagas keluar dengan pikiran yang kacau, Bagas tidak bisa berpikir dengan jernih. Hari senin sekolah diliburkan sehari untuk para siswa dan siswi mengistirahatkan diri. Bagaimana Bagas bisa istirahat jika masalah datang secara bertubi-tubi? Masalah datang saat Bagas masih belum siap. Bagas menyalakan motornya lalu melaju ke rumah Marcel. Bagas memanggil Marcel.

"Cel! Keluar yok!"

Terlihat Marcel keluar dengan setelan piyama bercelana biru dan atasan abu-abu dengan wjaah kusam.

"Gue rencananya mau rebahan seharian, tapi gue tau lo butuh gue, jadi gaslah!"

Marcel berjalan masuk ke dalam rumahnya, mengganti pakaianya. Keluar dengan membawa helm.

"Mau kemana?"

"Galeri yok, mumet beut gue."

"Ayok aja gue mah."

📕🏀📕

Bagas dan Marcel berjalan mengelilingi kota Jakarta, hingga mereka tak sadar hari sudah semakin malam. Bagas dan Marcel saat ini sedang berjalan mencari-cari makanan yang ingin mereka makan. Motor Bagas, Bagas parkir di tempat khusus, biasanya jika ada tempat makan yang ramai seperti ini pasti ada tempat parkir khususnya. Bagas dan Marcel terus berjalan hingga mereka tidak menemukan apa-apa lagi.

"Kayaknya yang jualan cuman sampe sini doang. Mau muter balik?"

"Sepi ya disini, foto yok."

"Dih, tumbenan lo."

"Buruan!"

Mereka saling mengambil gambar. Setelah itu mereka balik, dan duduk di salah satu gerobak. Bagas ingin makan soto malam-malam seperti ini. Bagas dan Marcel memesan soto, lalu duduk. Mereka menunggu pesanan mereka datang dengan mengobrol ringan, lalu tak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Mereka makan dengan lahap. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Bagas segera mengantar Marcel pulang. Bagas juga pasti sudah dicari orang tuanya. Selama Bagas pergi, Bagas benar-benar mematikan data selulernya, jadi semua pesan ataupun panggilan pasti tidak masuk keponsel Bagas.

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang