Mereka sudah selesai melaksanakan ujian kenaikan kelas dan tinggal menunggu pembagian rapot. Kelas dua belas pun Bagas sudah tidak lagi ikut eksul, karena mereka harus mempersiapkan diri menuju perguruan tinggi. Bagas berdiri di depan pintu kelas Vania. Setelah lima menit menunggu, Bagas melihat Vania dan Chelsi keluar dari kelas. Vania tersenyum melihat Bagas.
"Pulang?"
"Iyaa."
Vania berpamitan ke Chelsi lalu berjalan berdua dengan Bagas menuju parkiran sekolah. Bagas memberikan jaket dan helmnya ke Vania. Vania menggunakan helm dan jaket yang Bagas beri, lalu naik ke motor Bagas. Bagas melajukan motornya ke rumah Vania, akhir-akhir ini Bagas sering bermain ke rumah Vania, entah membantu ibu Vania masak atau membantu Vania dalam menyiapkan beberapa perlengkapan kehamilan.
"Hari ini gue nganter aja ya, gak mampir. Gue mau bilang ke mama semuanya."
"Hm, Gas.. kita berjuang bareng ya?"
"Gak. Kamu diem aja, aku yang bakal bilang."
"Kamu yakin?"
"Iya."
"Call me if you need me, ok?"
"Ok. Bye babe!"
Vania tersenyum lalu melambaikan tanganya. Vania masuk ke dalam rumahnya, melihat ibunya yang sedang masak untuk jualan dan ayahnya yang memberi makan burung. Vania segera berlari menuju kamarnya, meletakan tasnya lalu mengganti pakaian.
"Sini ma Vania bantu."
"— Eh kamu siapa..?"
Vania terkejut. Vania melihat dua orang wanita berumur sekitar 26 tahun sedang membantu ibunya menyiapkan bahan-bahan untuk jualan. Lita menitip masakanya di beberapa tempat, Lita juga berjualan di depan rumahnya. Lita menjual aneka jajanan pasar, sedangkan Indra berjualan berbagai macam burung.
"Loh, nak Bagas belum bilang?"
"Bilang apa ma?"
"Mama dikasih dua pegawai sama nak Bagas, katanya ini untuk bantu mama jualan. Kamu gak usah bantu ya, istirahat aja dan fokus sama kehamilan kamu."
Vania mengguk, lalu kembali ke kamarnya. Vania membuka ponselnya ingin berterima kasih ke Bagas, tapi Vania takut menganggu waktu Bagas. Saat ini Bagas pasti masih di jalan, setelah sampai Bagas pasti akan langsung berbicara dengan orang tuanya. Vania membaringkan tubuhnya, tangan kanan Vania memegang ponselnya menunggu kabar dari Bagas. Tatapan Vania kosong, Vania hanya fokus menatap langit-langit kamarnya. Saat Vania melamun, ponselnya berbunyi, ada panggilan. Chelsi.
"Kenapa chel?"
"Hm, gimana ulangan tadi bisa?"
"Bisa dong!"
"Bagus deh."
"Gue berusaha semampu gue.. ini ulangan terakhir gue."
"Yeah.. sekarang lagi ngapain? Mau jalan?"
"Gak deh, gue lagi nunggu kabar dari Bagas."
Vania menjelaskan ke Chelsi, bahwa hubungan mereka sudah membaik. Bagas kembali pada Vania, dan mereka akan berjuang bersama. Beberapa waktu lalu Bagas sudah datang ke rumah Vania dan jujur tentang semuanya. Hari ini, Bagas akan jujur dengan keluarganya. Setelah dua puluh menit mereka berbicara, Chelsi memutuskan untuk menutup panggilan, Chelsi memiliki les privat dirumahnya dan mengharuskan menyelesaikan pembicaraan mereka. Vania kembali melamun, hingga satu jam kemudia ponsel Vania kembali berbunyi.
"Bagas?"
"Va.."
"Kenapa? Semuanya baik-baik aja kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Ficção AdolescenteBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...