37. He Different

27 2 0
                                    

"Alvin!"

Bagas langsung memeluk Alvin setelah masuk ke kamar inap. Bagas mencium kedua pipi anaknya. Bagas menaruh buah yang dirinya beli ke nakas sebelah kasur Alvin. Vania hanya diam, lidahnya keluh. Vania ingin memeluk Bagas lalu meminta maaf, tapi entah kenapa seperti sulit untuk dilakukan. Setelah Bagas memeluk Alvin, Bagas menoleh ke Vania. Vania menjadi salah tingkah dan segera membuang pandangan. Bagas mendekat.

"Va."

Vania membeku, apalagi saat Bagas melingkarkan tanganya di pinggang Vania.

"Aku minta maaf, sumpah, aku bener-bener gak tau."

Bagas menangis di pelukan Vania, tentu Vania danAlvin pun terkejut. Vania masih memikirkan, apakah perkataanya kemarin sungguh menyakitkan, apakah Vania benar-benar menyakitkan hati Bagas. Vania rasa dirinya tidak pantas untuk dimaafkan.

"Gas, maaf kalau perkataan aku kemarin sakitin kamu. Gak masalah kalau kamu gak maafin aku, yang penting sekarang kamu udah baik-baik aja."

Bagas terdiam dan nangis sejadi-jadinya. Saat ini pemikiran Vania dan Bagas sangat berbeda. Bagas merasa bersalah apa yang dilakukan dirinya semalam, sedangkan Vania merasa bersalah tentang perkataanya. Keduanya dipenuhi rasa penyesalan yang berbeda.

"Udah ya, kamu udah makan?"

"Belum.. kamu?"

"Belum juga, tadi aku cuman suapin Alvin."

"Yaudah, pesen online aja ya, kirim ke rumah sakit."

Vania mengangguk. Bagas memesan kue dan kopi. Bagas masih duduk merenung, sedangkan Vania sedang bermain dengan Alvin. Bagas takut akan terjadi sesuatu pada wanita itu. Bagas benar benar tidak ingat siapa wanita yang tidur bersama Bagas. Saat sinar mata hari membangunkanya, wanita itu menghadap lawan arah, Bagas hanya bisa melihat punggungnya. Bagas tidak sempat bertanya pada wanita itu apa yang terjadi semalam, karena Bagas sudah takut tentang apa yang terjadi di masa depan.

"Va.."

"Kenapa?"

"Aku ijin keluar boleh..?"

"Kemana?"

"Rumah Reihan, sama mau telfon marcel."

"Tumben? Biasanya chat aja, penting?"

"Iya.."

"Yaudah, hati-hati di jalan ya."

Bagas mengangguk, Bagas mendekat ke Vania lalu mencium kedua pipi Vania. Bagas berjalan keluar dari rumah sakit. Bagas membawa motornya menuju kost Reihan. Saat sampai, Bagas masuk menuju kamar Reihan. Kost ini bercorak putih dan khusus pria. Bagas mengetuk pintu, munculan sosok pria dengan rambut yang berantakan dan mata yang masih sayup. Reihan dengan kaos merah dan celana pendek hitam. Bagas masuk begitu saja saat Reihan belum mengatakan apapun.

"Ngapain kesini? Masih pagi juga."

"Mata lo pagi, ini udah jam sebelas."

"Ngapain kesini?"

"Bantuin gue."

"Apaan?"

"Ambil mobil gue.."

"Dih anjir, mobil lo kenapa gue yang urus."

"Plis han.."

Reihan melihat tatapan mata Bagas yang pasrah akan suatu hal. Reihan menerka, sepertinya dia lagi bermasalah dengan Vania. Seingat Reihan rumah tangga mereka baik-baik saja, kenapa tiba-tiba?

"Yaudah, tunggu gue kelar mandi."

Reihan segera mencari baju dan handuk, lalu berlalu ke kamar mandi. Reihan tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi diliat dari tatapan mata Bagas, sepertinya Bagas memerlukan pendengar keluh kesahnya.

My FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang