Bagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...
Vania yang lagi sibuk mengabsen teman-temanya terganggu karena teriakan Chelsi. Sebenarnya kelas Vania memiliki ketua, tapi guru lebih percaya pada Vania untuk memegang buku absen. Setiap sampai di lokasi, Vania akan mengabsen teman-temanya terlebih dahulu, selanjutnya Vania akan bermain dengan Chelsi.
"Sabar! Gue absen kelas dulu."
"Aelah, lo letakin aja tuh buku absen dimeja, suruh tanda tangan buat yang hadir."
"Manalah, mereka udah pada sibuk sama kegiatan masing-masing."
Vania berbicara dengan kepala yang menoleh ke kiri dan kanan. Vania harus memastikan bahwa teman sekelasnya hadir di museum. Lokasi mereka kunjungi setelah Candi Borobudur. Chelsi menghembuskan nafas kasar, ini bukan sekali atau dua kali para guru membebankan Vania. Kelas mereka sudah memiliki ketua, wakil, sekertaris, dan bendahara tersendiri, tapi, selalu Vania yang para guru suruh untuk mengecek ulang. Chelsi tau bahwa Vania memiliki sikap yang tegas, disiplin dan teratur, jika seperti ini terus, para guru jelas membebani Vania.
"Kali ini gue diem, kalau sampe selesai makan siang lo masih begini. Gue turun tangan."
"Ampun besti. Udah yok! Gue udah kelar ngabsen."
Vania segera merangkul lengan Chelsi, menarik Chelsi masuk ke dalam museum.
📕🏀📕
Bus berjalan menuju ke pertunjukan wayang. Saat selesai dari museum, jam satu. Mereka menujur restoran untuk makan siang. Seperti biasa Vania, Chelsi, Marcel dan Bagas akan duduk bersama. Vania yang sedang memegang ponsel untuk membalas pesan orang tuanya, membuka aplikasi kamera lalu mengambil gambar Bagas yang sedang makan dengan lahap. Vania tersenyum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah sampai, Vania dan Chelsi turun dari Bus terlebih dahulu. Vania berdiri di samping pintu bis untuk mengabsen teman sekelasnya. Setiap siswa siswi yang keluat dari bus Vania akan menulis HADIR. Setelah selesai Vania dan Chelsi masuk ke dalam Teater.
Saat mereka masuk, Vania dan Chelsi kagum akan struktur yang terdapat dalam gedung itu. Gedung ini masih sangat alami, beberapa perabotan bahkan masih menggunakan kayu, dan diukir menggunakan tangan. Wayang-wayang yang terpajang, dengan kisah tersendiri, sebagai pelengkap ruangan ini. Vania dan Chelsi sibuk mengambil gambar wayang-wayang dengan kamera milik Chelsi.
"Entar kirim ke gue ya!"
"Gampang, entar gue kirim ke email lo."
Vania mengeluarkan ponselnya, mengambil gambar beberapa tempat dan Vania mengambil foto Chelsi tanpa sepengetahuanya. Vania mengirim foto itu ke orang tuanya yang menetap di Jakarta.
"Awas ya lo uplod foto gue yang jelek!"
"Gak mungkin, ini mau dikirim ke ortu gue."
Chelsi hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mereka memilih duduk di tengah dan pojok kiri disebelah tangga agar tidak susah keluar saat pertunjukan sudah selesai. Pentunjukan di mulai. Seseorang dibalik layar dengan lihainya menggerakan berbagai jenis wayang. Wayang ini mengisahkan cerita Ramayana. Suara lembut dan alun dari nyanyian untuk mengiring pemain Wayang dan pertunjukan ini berlangsung menggunakan bahas Indonesia, biasanya beberapa pertunjukan wayang menggunakan bahasa Jawa yang membuat beberapa orang sulit mengerti.