Bagas berjalan bersama Marcel menuju kantin. Bagas sangat lapar, dirinya terlambat bangun tadi pagi mengakibatkan dirinya tidak sempat menyentuh nasi goreng yang dibuat oleh ibunya. Bagas segera berlari menuju garasi mengeluarkan motornya dan menjemput Marcel, di sepanjang jalan Marcel tentu tak tinggal diam, mulutnya terus berceloteh membuat telinga Bagas memanas, untung dirinya menggunakan helm. Saat dikantin Marcel memilih untuk duduk dan menitip pesananya di Bagas, takut mereka tidak dapat tempat duduk.
"Gue mie ayam pake bakso!"
"Aman."
Bagas mengantri untuk membeli makanan Marcel dan dirinya, hari ini Bagas harus mengeluarkan uang yang lebih karena dirinya harus membayar makanan Marcel juga. Marcel marah karena Bagas telat menjemputnya, alhasil Bagas harus menyetuji ucapan Marcel untuk mentraktirnya makan di jam istirahat nanti. Bagas mengantri dibelakang dua gadis yang sedang sibuk mencari sesuatu. Gadis satunya berambut hitam lurus sebahu, satunya lagi berambut hitam panjang yang dikuncir dengan pita hitam.
"Maaf, Bisa cepat sedikit? Antrian semakin panjang."
"Maaf teman saya lupa membawa dompetnya."
"Oh, berapa? Pakai uangku saja dulu."
Gadis itu menyebut nominal yang ia butuhkan, setelah itu Bagas memberi uangnya dan gadis itu langsung meminggirkan diri.
"Makasi, kak? Uangny nanti saya ganti."
Bagas hanya memblasnya dengan senyuman ringan dan sebuah anggukan.
...
"Va gimana nih, dompet gue ketinggalan!"
"Mampus.. antrian udah panjang gak mungkin kita balik lagi?"
Awalnya Vania ingin berlari ke kelasnya untuk mengambil dompet Chelsi, tapi vania takut itu akan memakan waktu yang cukup lama terutama antrian yang semakin panjang. Vania tidak membawa uang, karena biasanya Vania membawa bekal dari rumah. Saat mereka sibuk berpikir dan mungkin mereka akan mengutang dan segera membayar, ada colekan dari belakang. Vania menoleh. Vania bersyukur ada seseorang yang membantu mereka, entah itu kakak tingkat atau adik tingkat tetapi Vania tau orang ini termasuk dalam anggota basket. Setelah Chelsi megucapkan terima kasih mereka segera berlari karena takut tidak mendapat tempat duduk.
"Eh, gimana gue mau balikin duitnya. Gue lupa nanya nama sama kelasnya."
"Bego.. setau gue dia anak basket deh."
"Oke deh nanti gue cari."
Setelah bel istirahat berbunyi pertanda jam masuk kelas Vania dan Chelsi berlari memasuki kelas. Sialnya Vania melupakan botol minumnya, akhirnya Vania kembali lgi ke kantin dan mengambil botol minumnya. Saat dirinya membuka pintu kelas, Vania melihat guru yang sudah duduk manis di meja guru. Vania tersenyum manis dan memberitahu alasan dirinya telat masuk kelas, vania berusaha membujuk gurunya dan nihil, dirinya tetap disuruh berdiri di luar kelas. Vania berjalan dengan lung-lai keluar kelas, pasalnya ini pertama kalinya bagi Vania dihukum oleh seorang guru.
"Lah? Kamu yang tadi dikantin?"
Vania menoleh. Vania melihat sosok laki-laki yang menolong sahabatnya tadi dikantin. Vania menoleh, ternyata anak 11 ips 3. Selama ini kelas mereka bersebelahan, Vania merasa bodoh karena tidak mengenali laki-laki ini saat tadi dikantin. Vania tersenyum, lalu laki-laki itu mendekatkan diri ke Vania.
"Aku Bagas, kamu?"
"Vania."
"Gue pake bahasa fomal aja ya? Gak biasa gue pake aku-kamu."
"Boleh, santai aja sama gue."
"Lo 11 ips 2?"
"Yup."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Novela JuvenilBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...