Di tempat yang dulu sering mereka datangi, pertemuan pertama setelah sekian tahun. Salma tidak pernah menyangka akan ada hari ini. Hari di mana mereka bisa duduk bersama lagi. Berdamai dengan apa yang sudah terjadi.
Dulu, Salma pikir setelah memutuskan menepi dari kehidupan Rony. Maka itu adalah perpisahan. Ia pikir, mungkin mereka akan bertemu sekali waktu tapi hanya sebatas bertemu. Tidak akan ada waktu seperti saat ini. Tidak akan ada kesempatan untuk mengobrol panjang.
Nyatanya, semesta begitu baik.
"Sehat, Sal?"
Suara itu, suara yang sudah lama tidak Salma dengar.
"Sehat, alhamdulilah."
"Gue seneng."
"Seneng? Kenapa? Karena gue sehat?"
"Lo mau gue ajak ketemu."
Salma tersenyum, ia menarik napas dalam. "Gue juga seneng."
"Seneng karena ketemu gue, kan?" Rony tersenyum lebar. Tidak berubah.
"Laper gue, Ron."
"Sama, gue juga laper."
"Ih, ngeselinnya masih sama." Dengus Salma. Maksud hati ingin membuat Rony kesal dengan mengatakan ia lapar, nyatanya malah ia yang dibuat kesal.
"Tapi gue beneran lapar, Sal. Serius, gak boong gue."
"Iya, iya." Nada suara Salma melembut. "Pesen makan dulu."
Hanya beberapa menit bicara dengan pelayan restoran, mereka berdua selesai memesan makan. Tinggal menunggu pesanan mereka diantar.
Cuaca ibukota siang ini benar-benar mendukung. Tidak terik dengan angin yang berhembus pelan. Ujung jilbab Salma sesekali bergoyang. Mereka berdua yang duduk bersisian kompak memandang lurus ke depan. Seperti dulu, saat mereka kehabisan topik pembicaraan atau saat mereka hanya ingin duduk berdua tanpa saling bicara.
"Gimana gak ketemu lima tahun?" Rony bicara lebih dulu.
Salma menoleh, menatap raut wajah Rony dari samping. Gurat wajahnya masih sama seperti kali terakhir Salma menatapnya sedekat ini.
"Ya, banyak hal yang terjadi. Lo mau tau bagian yang mana?" Ucap Salma. "Gue lagi mood nih buat cerita."
"Banyak Sal," Suara Rony terdengar pelan. Nyaris hilang terbawa angin. "Bingung gue mau nanya yang bagian mana dulu."
Salma menarik napas dalam, menegakkan duduknya. "Karir gue aman, alhamdulilah. Kalau soal kendala di balik layar ya wajar. Gak ada yang mudah." Salma mulai bicara. "Beberapa kali gue ngedrop, pernah masuk rumah sakit juga. Gue juga sempat ketemu temen-temen kita yang lain. Gue pernah pacaran, serius. Tapi selesai. Dan ya begini lah gue sekarang. Single dengan karir yang bisa dibilang cemerlang."
Rony manggut-manggut, menyimak kalimat panjang Salma. Lalu menyimpan senyum demi mendengar ujung kalimat Salma.
"Gue juga tau lo sama dia putus," sambung Salma pelan.
Rony nampak cukup terkejut dengan apa yang Salma katakan barusan. Tahu dari mana dia soal hal itu? Tapi ia tidak langsung menanggapi, sebab pesanan makanan mereka sudah datang.
"Masih update ya soal gue." Rony menaik-turunkan alisnya setelah pelayan yang mengantar makanan berlalu menjauh.
"Gue diceritain, bukan nyari tau." Salma nampak protes, ekspresinya cemberut.
"Iya, gue percaya lo gak nyari tahu." Rony mulai menyuap makanannya, ia benar-benar lapar. Sejak dari rumah tadi perutnya sudah protes minta diisi.
"Pelan-pelan makannya, Ron." Tegur Salma.
Ia geleng-geleng kepala melihat Rony yang nampak makan dengan lahap. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan seperti ini.
Lima tahun, waktu yang cukup untuk melewatkan banyak momen. Waktu yang juga cukup untuk membuatnya harusnya merasa asing duduk berdua seperti ini.
Namun entah kenapa, dengan Rony ia cepat mencair. Terasa canggung di awal, tapi ia tetap merasa dekat dengan laki-laki yang sedang asik makan di sampingnya saat ini.
"Siapa yang ngasih tau lo kalau gue sama dia udah putus?"
"Dia yang cerita," jawab Salma pelan. "Beberapa minggu yang lalu gue gak sengaja ketemu dia, dia lagi gendong bayi, tadinya gue pengen langsung pergi."
"Takut yang dia gendong anak dia sama gue?" Rony bertanya dengan ekspresi wajah menggoda.
"Gak lucu, Ron."
"Kan lagi gak ngelucu juga. Gue nanya."
Salma mendengus, Rony masih sama seperti dulu. Senang membuatnya kesal.
"Mungkin lebih tepatnya gak siapa buat tau kalau itu anak kalian, dan gak siap ketemu sama lo juga."
"Terus?"
"Terus apa?"
"Cerita."
"Oh iya," Salma tersenyum tipis. "Pas gue mau pergi, dia manggil gue. Jadi kita berdua ngobrol. Dia cerita kalau udah nikah, terus itu anak dia. Terus bilang kalau nikahnya gak sama lo."
"Dia kelihatan bahagia gak pas cerita?"
"Sepenilaian gue sih, bahagia kok."
"Syukur lah." Rony tersenyum tipis, matanya menatap jauh ke depan. Dan sorot mata itu tidak bisa Salma pahami. Lebih tepatnya Salma takut memahaminya.
"Sal."
"Ya?"
"Apa karena lo tau gue udah putus sama dia, jadi lo mau gue ajak ketemu? Kan beberapa bulan yang lalu gue pernah ngajak lo ketemu, tapi lo nolak."
Salma mengembuskan napas, "Mungkin itu salah satu alasannya. Tapi sekarang gue ngerasa, mungkin ada baiknya kita ketemu."
Lalu hening, mereka berdua kembali sibuk dengan isi kepala masing-masing. Makanan Rony sudah tandas. Sementara piring Salma masing sisa separu.
"Lo sendiri kenapa ngajak gue ketemu?" Pertanyaan Salma memutus hening.
Rony menoleh, menatap Salma dalam. Memindai wajah perempuan yang bertahun-tahun lalu membuatnya bertanya-tanya tentang perasaannya sendiri. Mengingat bagaimana dulu kebersamaan mereka. Kenangan-kenangan menyenangkan itu.
Lalu perpisahan. Hubungan mereka renggang. Saling menjauh dalam diam.
"Gue mau cerita kalau gue udah putus sama dia dari lama. Gue mau cerita banyak hal, Sal."
Kalimat itu membuat Salma terdiam. Ia kembali mencerna banyak hal. Kemana lagi takdir akan membawa cerita mereka berdua?
***
Note : Hai kalian yang membaca cerita ini. Terima kasih sebelumnya sudah mampir. Mau sedikit cerita. Fanfiction ini aku tulis dengan banyak pertimbangan. Kehadiran Salma dan Rony di Indonesian Idol season XII kali ini benar-benar menarikku untuk kembali antusias. Senang mendengar suara mereka. Senang dengan personality mereka berdua. Senang melihat kebersamaan mereka.
Aku berharap perjalanan mereka di Idol bisa sampai akhir. Dan karir mereka ke depannya juga bisa sukses.
Soal pertimbangan menulis fanfiction ini. Aku memikirkan banyak hal. Memikirkan dampak baik dan buruknya. Dulu aku rajin menulis fanfiction di Tumblr, menyenangkan hingga aku merasa saatnya berhenti. Dan bertahun-tahun aku tidak pernah menulis cerita fanfiction lagi. Tapi Salmon bener-bener luar biasa, berhasil membuatku comeback menulis fanfiction.
Terus dukung Salma dan Rony ya 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (SUDAH TERBIT)
FanficAda hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah benar-benar pergi. Setelah bertahun-tahun berlalu dan kembali bertemu, apa perasaan yang tidak pernah benar-benar pergi itu bisa berjalan beri...