Bagian Empat Puluh Tujuh

8.9K 646 81
                                    

Hening masih menggantung. Salma terdiam mendengar kalimat yang Rony ucapkan.

"Lo yang gue sayang, lo yang gue mau."

Satu kalimat itu sukses membungkam Salma dalam kebisuan panjang.

Salma mencari-cari jawaban dalam dirinya atas pernyataan Rony barusan. Bagaimana perasaannya mendengar kalimat itu? Apa ia juga mempunyai perasaan yang sama? Atau ternyata tidak?

Perempuan berhijab itu menunduk. Ia menatap meja di hadapannya. Menatap gelasnya juga gelas milik Rony. Menatap piring makan miliknya dan milik Rony. Lalu ia menarik napas panjang. Menahan sesak yang seketika mendera.

Nyatanya Salma tidak bisa lagi membohongi diri. Ia menyayangi lelaki di hadapannya ini. Sangat menyayangi. Tapi ia sadar. Tentangnya juga Rony adalah sebuah ketidakmungkinan. Lagi pula, ada perempuan yang saat ini bersama dia.

"Ada dia, Ron." Akhirnya Salma bersuara. Pelan sekali.

Terdengar bunyi helaan napas yang berat sekali. Rony menatap Salma di depannya lamat-lamat. "Gue gak sayang dia, Sal." Ujarnya.

"Tapi kenapa mau? Kenapa ngebiarin dia?"

Rony terdiam. Pertanyaan sederhana itu seketika menjadi rumit di kepalanya. Ada banyak hal yang ia pendam sendiri. Tentang kenapa ia membiarkan perempuan itu menganggapnya pacar. Tentang kenapa ia seolah juga bersikap sama. Seolah mereka memang sepasang kekasih.

Tapi tidak. Rony tidak pernah mengucapkan kata sayang pun cinta. Ia hanya tidak melangkah mundur dari perempuan itu. Keputusan yang justru membuatnya terjebak dalam hubungan yang tidak pernah ia inginkan.

"Ada banyak hal yang sulit buat gue jelasin, Sal."

"Apa? Sesulit apa? Jangan bikin gue bingung, Ron."

"Maaf."

Hening. Salma tidak mengerti ke arah mana pembicaraan mereka setelah kalimat Rony yang membuatnya berpikir keras. Membuatnya bertanya-tanya sendiri tentang perasaannya.

"Gue sayang sama lo, Sal. Tunggu gue beresin semuanya dulu ya. Setelah itu gue jelasin semua hal yang jadi pertanyaan lo."

Salma tidak langsung menanggapi. Ia menatap Rony lekat. Ia punya banyak pertanyaan namun belum sempat ia menanyakannya. Rony sudah lebih dulu menyatakan kalau sekarang sebanyak apapun pertanyaan Salma tidak akan dijawab lelaki itu.

Padahal niat Salma mengajak Rony bertemu malam ini adalah untuk bicara tentang tentang perempuan itu yang mulai membuat Salma merasa jengah. Salma tahu batasan. Ia tahu Rony sudah bersama dia. Dan Salma cukup tahu diri untuk tidak merebut apapun yang sudah menjadi milik orang lain.

Rony adalah teman baiknya. Dan ia hanya bersikap baik seperti halnya Rony memperlakukannya dengan baik.

Namun perempuan itu terus saja mengatakan kalimat yang tidak Salma suka. Bukan sekali, tapi sudah berkali-kali. Karena itulah Salma ingin membicarakannya dengan Rony. Salma hanya ingin segala sesuatunya tetap baik.

Tapi ternyata Salma justru mendengar kalimat yang ia takutkan keluar dari mulut Rony.

"Gue cuma mau dia berhenti bilang gue pengganggu hubungan kalian. Gue cukup tau diri buat gak pernah ngerebut sesuatu yang udah jadi milik orang lain."

"Tapi lo malah bilang sayang ke gue. Gue bingung, Ron."

"Please, jangan bikin gue bingung."

"Tunggu gue sebentar lagi ya, Sal. Tunggu gue ngeberesin hal-hal yang harusnya dari lama gue beresin. Gue janji bakal jelasin semua."

Salma menggeleng. Dadanya makin terasa sesak. Lalu ia merasa bersalah. Harusnya ia tetap diam seperti apapun kalimat yang perempuan itu katakan padanya. Kalau ia tetap diam seperti biasanya. Mungkin situasinya tidak akan berubah serumit ini.

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang