Pertengahan Mei 2023.
Jalanan ibukota nampak padat merayap. Di dalam sebuah mobil, di bangku penumpang Rony duduk bersama Paul. Mereka sedang di perjalanan menuju studio salah satu stasiun televisi. Nanti malam akan berlangsung babak Grand Final ajang pencarian bakat yang mereka ikuti.
Paul yang sedari awal semangat untuk menonton nampak terlihat ceria. Sementara Rony, ia nampak santai saja. Lelaki satu ini memang sulit untuk dipahami. Terkadang ia menutup rapat apa yang ada di hatinya. Tapi gesture tubuh, tatapan mata menyiratkan sesuatu. Seperti kali ini, ia pergi ke studio karena dipaksa Paul. Tapi sebenarnya ia sendiri memang ingin.
Mobil terus meniti jalanan ibukota di tengah kepadatan. Masih terlalu sore sebenarnya untuk tiba di studio. Tapi kedua lelaki itu memang ingin datang lebih awal. Mereka ingin menyempatkan waktu untuk bertemu teman mereka yang nanti malam tampil.
"Lo ntar di sana jangan macam-macam, Ron." Ucap Paul.
"Emang gue ngapain dah."
"Bertemu dengan seseorang yang tidak seharusnya lo temuin."
"Pwoll."
Paul mengendikkan bahu, "Sekedar mengingatkan. Lo masih belum lupa kan hal yang kesebar itu, yang bikin rame."
Rony mengehela napas panjang. Iya, ia ingat hal itu. Ia tahu apa hal membuat ramai media sosial beberapa hari lalu dan hal itu berkaitan dengannya. Ia marah? Mungkin. Tapi ia lebih merasa kecewa. Namun ia juga ingin tetap jadi baik bagi siapapun. Tapi setidaknya, dengan apa-apa yang sudah terjadi. Rony tahu ia harus melangkah ke mana.
Mobil yang mereka tumpangi perlahan mulai berbelok. Memasuki area studio televisi yang mereka tuju. Saat tiba di depan loby, Rony dan Paul turun berbarengan.
Tempat ini, tempat yang beberapa bulan belakangan akrab dengan mereka. Tiap hari mereka pergi ke tempat ini. Belajar banyak hal di sini. Mengukir banyak cerita. Tiap sudut bangunan ini menyimpan kenangan yang sewaktu-waktu akan sangat mereka rindukan.
"Itu Salma, Ron."
Rony langsung menoleh ke arah Paul menunjuk. Dan ia dapati di sana ada Salma sedang berdiri. Segaris lengkungan refleks tercipta di wajah Rony.
"Salma," lengking Paul sambil melambaikan tangan.
Salma yang mendengar namanya disebut langsung menoleh. Dan ia pun langsung tersenyum begitu melihat sosok Paul, juga Rony. Entah kenapa, melihat mereka seperti membawa perasaan senang. Terlebih melihat keberadaan Rony di depannya.
"Wih, artis datang nih bos." Seloroh Salma sambil terkekeh.
"Apaan sih lo." Dengus Rony yang disambut tawa Salma.
"Nabila mana, Ma?" Tanya Paul sambil mengendarkan pandangan. Mencari sosok mungil tersebut.
"Ya elah, Powll. Tetep ya Nabila yang dicari." Salma berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Apa sih, Ma." Paul melotot. "Gue juga kalau ketemunya Nabila duluan, pasti nanyain lo di mana."
"Masa. Gak percaya gue." Sahut Rony.
"Lo apa sih, Ron." Sungut Paul. "Gue mau nyari Nabila dulu. Bye."
"Dasar bule lo.
"Emang gue bule."
Salma yang dari tadi hanya menonton perdebatan tidak penting antara dua lelaki di deoannya saat ini, hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum.
"Kondisi lo gimana?" Tanya Rony sepeninggal Paul yang sudah meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (SUDAH TERBIT)
FanficAda hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah benar-benar pergi. Setelah bertahun-tahun berlalu dan kembali bertemu, apa perasaan yang tidak pernah benar-benar pergi itu bisa berjalan beri...