"Ya ampun, Ron." Salma berseru sambil membuka tiap pintu lemari dari kitchen set di dapur rumah Rony.
"Rumah lo ini bener-bener definisi minimalis yang sesungguhnya." Ucapnya lagi sambil terus memeriksa tiap lemari yang nyaris separuhnya kosong.
Salma hanya menemukan dua panci dan dua teflon di salah satu lemari bagian bawah. Dan di samping lemari itu, ia menemukan piring yang jumlahnya hanya enam, mangkuk yang juga ada enam dengan berbagai ukuran. Ia juga menemukam cangkir, yang lagi-lagi jumlahnya ada enam.
"Ini kenapa semua serba setengah lusin sih, Ron?" Salma bertanya dengan nada kesal.
"Segitu juga jarang di pakai," sahut Rony yang duduk di salah satu kursi meja makan.
"Lo perlu belanja perabotan rumah deh, Ron." Tukas Salma sambil mengeluarkan talenan yang ia temukan di salah satu laci yang di dalamnya juga terdapat sendok dan garpu.
"Ini kenapa juga talenan digabung sama sendok garpu, parah ih."
"Ngomel mulu sih, Sal." Komentar Rony. "Lo mau masak apa ngomel sih?"
"Mau masak," ucap Salma sambil menoleh ke arah Rony sembari berjalan ke arah kulkas. "Tapi ngeliat dapur lo kayak gini gue jadi pengen ngomel."
"Sayuran ada," ucap Salma sambil mengeluarkan semua jenis sayuran yang ada di kulkas. "Ada bakso juga, ada udang." Ucapnya lagi sambil mengeluarkan bakso juga udang.
Salma kembali memeriksa setiap sudut kulkas Rony yang lumayan besar. "Ada ayam," ucap Salma saat ia menemukan ayam.
"Ron."
"Apa?"
"Ini kulkas lo kok lebih penuh sebelah sini sih?" tukas Salma saat membuka pintu kulkas satunya. "Penuh sama camilan," Salma geleng-geleng kepala. Langsung menutupnya.
"Lo masak aja deh, Sal. Gak usah komen isi dapur gue."
"Salah sendiri, punya dapur minta di roasting."
"Pake nyalahin," Rony berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Lo aja yang hobinya ngeroasting."
"Kayaknya masak capcay sama ayam tepung aja deh, Ron." Ucap Salma mulai sibuk dengan bahan-bahan yang ia keluarkan dari dalam kulkas.
"Iya, terserah."
"Ron, beras ada gak?"
"Ada."
"Masak nasi gih," ucap Salma yang mencuci sayuran. "Biar lo gerak dikit."
Tanpa bicara, Rony menuruti permintaan Salma. membuat Salma menahan senyum.
"Kok langsung nurut sih, Ron?"
"Sama atasan emang mesti nurut," jawab Rony yang sibuk mencuci beras.
Salma tertawa lepas mendengar jawaban Rony. Teringat candaan mereka semasa karantina dulu.
Kenapa sekarang Salma memasak? Itu ide Rony yang langsung disetujui Salma. Jadi saat masih di roof top tadi, sambil menunggu hujan reda. Rony iseng meminta Salma untuk memasak. Dan respon Salma diluar dugaan Rony. Perempuan itu langsung berkata iya.
Jadilah sekarang mereka berdua sibuk di dapur. Dapur yang biasanya jarang sekali dipakai. Sebab Rony lebih sering memesan makanan online. Sore ini justru riuh dengan kehadiran Salma.
Melihat Salma sibuk memasak, Rony tidak henti tersenyum. Hatinya menghangat melihat Salma di depannya sibuk dengan peralatan dapur. Dan diam-diam Rony menyimpan harap, semoga pemandangan ini bisa ia lihat di masa depan. Bisa ia lihat tiap hari di rumah ini.
***
Jalanan ibu kota penuh dengan cahaya. Dari lampu jalan, dari lampu-lampu tiap bangunan yang ada. Juga dari semua jenis kendaraan yang melintas. Dan mobil yang Rony setir menjadi salah satu penyumbang cahaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (SUDAH TERBIT)
FanficAda hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah benar-benar pergi. Setelah bertahun-tahun berlalu dan kembali bertemu, apa perasaan yang tidak pernah benar-benar pergi itu bisa berjalan beri...