"Jadi, siapa Kevin, Sal?" Rony menatap tajam ke arah Salma. Menelisik ekspresi wajah Salma yang nampak ganjil di mata Rony.
Salma menarik napas dalam, ia merasa perlu asupan oksigen lebih untuk membantunya tetap tenang menjawab pertanyaan Rony perihal siapa Kevin.
"Dia...." Ucap Salma, tapi kalimatnya terjeda.
"Dia apa, Sal?" Tanya Rony tidak sabaran. Seolah sifat tidak sabaran Salma sedang berpindah pada Rony.
Sementara Novia dan Paul memilih diam. Hal itu biarlah jadi urusan Salma bersama Rony saja.
"Sabar, Ron." Ucap Salma. "Ini mau dijelasin."
"Yaudah, iya. Lanjut."
Salma tidak langsung kembali bicara, ia melirik Novia seolah meminta dukungan yang dijawab dengan kata "Jelasin aja" lewat gerakan bibir tanpa suara.
"Kevin itu mantan aku," ucap Salma dengan satu tarikan napas.
Mendengar kalimat itu, Rony diam saja. Ia tidak bereaksi apapun. Sejujurnya, Rony tidak terkejut dengan jawaban itu. Tapi entah kenapa, Rony merasa lelaki itu bukan sekadar mantan pacar saja.
"Mantan ya," ucap Rony pelan.
"Iya, udah selesai. Bener-bener selesai." Ucap Salma sambil tersenyum. Ia ingin Rony tidak terganggu dengan fakta itu. Bukan kah tiap orang punya masa lalu. Lagi pula sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas hal seperti itu. Lihatlah, mereka sedang reuni setelah lama tidak pernah berkumpul berempat seperti sekarang.
"Iya, Ron." Novia akhirnya buka suara. "Udah kelar, santai."
"Seperti apa hubungan lo sama dia dulu?" Rony tidak menghiraukan kalimat Novia. Ia tetap fokus menatap Salma. "Maksudnya, seserius apa? Lo kan pernah bilang pas pertama kita ketemu lagi, lo pernah pacaran yang serius tapi selesai. Jadi seserius apa, Sal?"
Salma mengusap wajahnya. Haruskah ia ceritakan seperti apa hubungannya dulu bersama Kevin?
"Gak mau cerita ya?" Rony kembali bicara. "Gue cuma heran, kok keliatannya Paul sama kevin itu kayak kenal. Kenal Ul?" Sekarang Rony beralih menatap Paul.
"Oke," ucap Paul. "Gue emang kenal sama Kevin, beberapa kali ketemu. Gue tahu waktu itu Kevin sama Salma pacaran." Jelas Paul.
"Udah lah, Ma." Paul beralih menatap Salma. "Ceritain aja, kalo enggak abis ini gue yang dia cecer. Lebih baik lo yang cerita deh, Ma."
"Gue hampir nikah sama dia," ucap Salma pelan.
Kalimat itu sontak membuat Rony menatap Salma. Fakta kalau Kevin adalah mantan Salma sama sekali tidak membuat Rony terkejut. Tapi mendengar kalimat kalau Salma pernah hampir menikah dengan lelaki itu membuat gemuruh di dalam diri Rony.
"Satu minggu setelah lamaran, gue putusin dia. Gue yang ngebatalin pernikahan itu." Ucap Salma lagi, ia mengatakan dengan tatapan menunduk.
Rony menarik napas dalam-dalam, ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Kenapa lo batalin?"
"Karena gue sadar, bukan dia yang gue mau. Hati gue gak sama dia, kalau dilanjutin juga gak bakal bagus. Kasian dia kalau nikah sama cewek yang gak beneran cinta sama dia." Salma menyeka ujung matanya yang basah.
"Bukan keputusan mudah buat batalin semuanya. Gue ngambil risiko ngecewain banyak orang. Gue ngambil risiko buat dicap jahat karena udah ngebatalin sepihak rencana yang udah disusun matang."
"Lo gak perlu lanjut cerita, Sal." Ucap Rony pelan. Sampai di sini, Setidaknya Rony mengerti satu hal. Salma pernah melewati satu fase tidak menyenangkan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (SUDAH TERBIT)
ФанфикAda hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah benar-benar pergi. Setelah bertahun-tahun berlalu dan kembali bertemu, apa perasaan yang tidak pernah benar-benar pergi itu bisa berjalan beri...