Bagian Delapan

11.3K 813 72
                                    

Suara hujan masih terdengar, serupa rintik-rintik. Tidak sederas tadi malam. Salma baru saja selesai sholat subuh dan sedang membereskan peralatan sholatnya saat ponsel yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur berdering. Tanda satu pesan masuk.

Setelah menyimpan peralatan sholat kembali ke tempatnya, Salma mengambil ponsel. Mencek siapa yang mengiriminya pesan sepagi ini.

Duduk di bibir ranjang, jemari Salma bergulir di layar ponsel. Membuka aplikasi WhatsApp. Pesan dari Rony.

Tanpa bisa ditahan, sudut bibir Salma melengkung. Entah kenapa melihat nama Rony tertera di sana membuatnya ingin tersenyum.

Rony : Pagi, Sal. Udah sholat?

Membaca pesan itu membuat lengkungan di bibir Salma makin lebar.

Rony : Kapan ada waktu luang? Ketemu lagi yuk.

Dengan wajah yang masih dihiasi senyuman. Salma sedikit heran kenapa Rony kembali mengajaknya bertemu padahal kemarin baru saja mereka bertemu.

Salma : Udah sholat gue.

Salma : Lusa gue free sih. Kenapa lagi kok ngajak ketemu?

Tidak lama setelah pesan Salma terkirim. Rony langsung membalasnya. Fast respon sekali.

Rony : Gak mau nanya balik gue udah sholat atau belum?

Rony : Oke, lusa gue jemput ya. Rumah lo masih yang dulu, kan?

Salma : Lagi gak pengen becanda gue.

Salma : Main jemput jemput aja 😒

Salma : Mau kemana?

Rony : Rumah lo masih yang dulu, kan?

Membaca pesan terakhir Rony yang tidak menanggapi pertanyaannya membuat Salma geleng-geleng kepala. Dia masih sama menjengkelkannya seperti dulu.

Salma : Iya, masih. Gak pindah gue.

Salma : Mau ngajak ke mana?

Rony : Lusa gue jemput jam 10 pagi. Siap-siap ya. See you.

Salma menarik napas dalam. Mengatur emosi agar tetap stabil. Ia tidak ingin kesal sepagi ini.

Salma : Yaudah iya. Ngeselin.

Tidak ada balasan lanjutan dari Rony. Pesan Salma hanya dibaca. Usia sudah melewati seperempat abad, tapi tingkah menjengkelkannya tidak berubah. Salma geleng-geleng kepala.

Namun sekalipun Rony tetap saja senang membuatnya kesal. Salma senang. Sudah bertahun-tahun ia tidak merasakan kesal tapi sekaligus merasa senang di waktu yang bersamaan. Sebab cuma Rony yang mampu melakukan itu. Membuat kesal sekaligus senang di waktu yang bersamaan.

Kenangan-kenangan masa lalu kembali berputar di ingatan Salma.

***

Rony memarkirkan mobil di sebuah rumah yang setelah lima tahun berlalu kembali ia kunjungi. Setelah pertemuan kembali dengan Salma. Ingatan tentang kenangan masa lalu kembali terputar. Tentang bagaimana awal mereka kenal. Kali pertama mereka mulai dekat. Semua kenangan itu masih lekat diingatan Rony.

Seperti halnya rumah ini. Sekalipun sudah lima tahun tidak pernah ia datangi. Rony masih hapal jalan ke rumah ini. Ia masih mengingat bagaimana kondisi rumah ini lima tahun lalu.

"Yuk berangkat," ucap Salma yang hari ini mengenakan atasan rajut berwarna cream dipadu celana jeans longgar. Terlihat cantik.

"Yuk," Rony bangkit dari sofa tempatnya duduk tadi. Mengikuti Salma yang berjalan ke arah pintu.

"Lo mau ngajak gue ke mana sih, Ron?" Pertanyaan pertama begitu mereka berdua ada di dalam mobil.

"Bisa buat gak nanya dulu?" Ucap Rony yang fokus menatap ke depan.

"Gue mesti tau dong mau diajak ke mana. Takutnya lo berniat jahat aja sih."

Rony mendelik, "Ke KUA." Tukasnya.

"Gak usah becanda." Dengus Salma.

Tidak tahu kah Rony kalau kalimatnya barusan menciptakan degup tidak beraturan di dada Salma? Dasar menyebalkan.

"Makanya diam dulu," ucap Rony. "Gak usah berisik."

"Ngeselin ih." Ucap Salma pelan. Yang Salma pikir hanya bisa ia dengar sendiri.

"Lo udah sarapan?" Tanya Rony.

"Udah."

"Kirain belum. Soalnya emosian banget." Ucap Rony sambil tertawa kecil.

Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam, mobil yang Rony kendarai sampai di sebuah rumah yang cukup besar. Halaman luasnya ditumbuhi tanaman yang membuat suasana terasa sejuk.

"Rumah siapa?" Tanya Salma begitu mobil sempurna berhenti.

"Turun dulu," ucap Rony.

Keduanya lantas turun bersamaan. Salma mengendarkan pandangan ke sekitar. Menatap rumah di depannya yang di dominasi warna putih.

"Yuk masuk," Rony berjalan lebih dulu.

Salma menyusul masih dengan tatap yang mengedar ke sekitar. "Ini rumah lo, Ron?"

"Iya."

Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam rumah. Rony masih saja melangkah, jadi Salma mengikut saja ke mana Rony melangkah.

"Kok gak banyak furniture nya sih?" Tanya Salma.

Sebab sejak masuk ke rumah ini Salma tidak melihat banyak furniture. Hanya ada sofa di ruang tamu. Ruang keluarga yang hanya diisi televisi dan karpet. Dan sekarang ruang makan yang hanya ada meja makan persegi dengan empat buah kursi. Kitchen set yang tidak banyak perkakas. Sebuah kulkas dan dispenser air. Hanya itu.

"Sengaja," Rony menjawab sambil membuka kulkas. Mengeluarkan beberapa botol minuman.

Salma manggut-manggut, "Sendiri?"

"Gak, ada satpam di depan."

"Ron," ucap Salma dengan nada mulai kesal.

"Iya, tinggal sendiri."

"Lo gak mau nanya kenapa gue sengaja gak ngisi rumah ini dengan banyak furniture?"

"Oh, pengen ditanya." Salma tersenyum jail. "Yaudah, kenapa Ron?"

Rony tersenyum menatap Salma. "Gue pengen tinggal di sini sama istri gue nanti. Karena rumahnya udah jadi yang mungkin desainnya gak sesuai harapan dia, jadi gue sengaja gak banyak beli furniture. Biar nanti dia yang beli, biar dia yang milih terus nata rumah ini sesuai yang dia mau."

Salma manggut-manggut, "Udah ada calonnya ya?" Tanyanya pelan. Entah kenapa, Salma takut dengan jawaban Rony setelah ini.

"Tuhan yang tau sih, kalo gue belum tau." Jawab Rony lantas tertawa kecil.

"Jadi belum ada ya?"

"Iya, belum."

"Yuk," Rony bangkit sambil membawa beberapa botol minum. "Lo bawa makanannya," sambung Rony.

"Ke mana?" Tanya Salma sambil meraih beberapa bungkus snack yang sudah Rony keluarkan dari dalam kulkas.

"Studio musik." Ucapnya sambil melangkah ke sisi lain rumah.

"Lo punya studio musik di rumah?" Salma bertanya antusias.

"Iya."

Rony memang sengaja mengajak Salma ke rumah ini. Rumah yang ia persiapkan sejak lama. Rony ingin Salma mengenal rumah ini. Selain itu, Rony punya rencana untuk mengajak Salma membuat karya bersama.

Ia sudah membicarakan hal itu bersama manejernya juga manejer Salma. Seminggu sebelum akhirnya Salma mau diajak bertemu dua hari yang lalu. Semoga saja Salma setuju.

***





Note : Apakah bagian ini cukup untuk membuat tersenyum gemes? 😅🤣

Btw, aku liat foto-foto editan Salmon Family di tiktok sama instagram. Terhibur banget asli. Kocak parah emang kalian semua. Idola sama fans, sama-sama lawak 🤣🤣

Happy reading :)

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang