Bagian Delapan Belas

11.1K 798 57
                                    

Rony melangkah menuju rooftop dengan membawa dua botol minuman dan beberapa camilan. Tadi ia pergi ke dapur. Membiarkan Salma naik lebih dulu.

Beberapa kali ke rumah Rony. Salma seolah sudah hapal bagaimana rumah ini. Jadi ia santai saja naik ke rooftop lebih dulu. Dan Rony dengan senang hati membiarkannya. Baginya, melihat Salma akrab dengan rumah ini menghangatkan hatinya.

Setibanya Rony di rooftop, ia menemukan Salma yang duduk santai di gazebo. Rony tersenyum melihat pemandangan itu. Melihat Salma ada di rumah ini adalah hal yang selalu Rony syukuri.

Rony terus melangkah menuju tengah rooftop tempat gazebo berada.

"Nih," ucap Rony seraya menyerahkan satu botol minuman yang dibawanya. Lantas meletakkan beberapa bungkus camilan di antara ia dan Salma.

"Makasih," Salma menyambut sodoran botol minum. Lalu ia langsung membuka tutupnya dan meminum beberapa teguk.

Rony yang sudah ikut duduk di gazebo, menatap Salma dari samping. Menatap setiap lekuknya. Sepasang mata yang dibingkai kaca mata, yang sorotnya selalu mampu membuat gemuruh di dadanya. Juga bibir yang senyumannya selalu menjadi favoritnya.

Beberapa jam yang lalu, Rony baru saja bertemu mantan Salma. Juga bertemu keluarga lelaki itu. Mereka memang hanya sekedar bertegur sapa. Namun kejadian di restoran sushi itu meninggal sesuatu yang sangat membekas.

Bertemu lelaki yang nyaris menjadi suami Salma. Ternyata menyentil rasa ketakutan Rony andai ia benar-benar kehilangan Salma. Membayangkannya saja menjadi perkara yang menyeramkan.

Lalu bertemu keluarga Kevin, tatapan mata mereka saat menatap Salma. Bukan jenis tatapan yang menyenangkan untuk diterima. Wajar andai Salma merasa sedih.

Seperti yang Rony katakan pada Salma, kadang kita memang akan jadi tokoh jahat di cerita hidup orang lain. Iya, tanpa disengaja kita semua pasti akan jadi tokoh jahat. Entah di cerita siapa.

Rony bisa mengerti, sekalipun Salma tampak baik-baik saja. Ia tahu perempuan di sampingnya saat ini masih menyimpan kesedihan.

"Sal," panggi Rony lembut.

"Iya, kenapa?"

"Setelah semua yang kita lalui, gue pengen lo percaya kalau gue bakal terus ada buat lo. Sebagai apapun yang lo mau."

Senyum Salma mengembang mendengar kalimat Rony. "Apa itu boleh gue anggap sebagai sebuah janji?"

"Iya," jawab Rony. "Sekalipun gak ada satu orang pun yang peduli sama lo, gue bakal peduli, Sal."

"Iya, gue percaya. Dari dulu gue selalu percaya sama lo, Ron." Ucap Salma masih dengan senyuman sekalipun mata sembabnya masih bersisa. "Sekalipun lo kadang suka bikin gue kesel." Sambung Salma.

Rony tertawa saja mendengar kalimat terakhir Salma. Tidak tahu saja Salma kalau membuatnya kesal adalah cara Rony agar perhatian Salma penuh tertuju padanya. Terlebih saat karatina dulu. Satu-satunya cara agar Salma menoleh ke arahnya adalah dengan membuat Salma kesal.

***

Ibu kota, awal April 2023.

"Rony Parulian!" Teriak Salma kesal.

"Kenapa, Sal?" Tanya Rony dengan tampang cuek yang justru membuat Salma makin kesal

"Kesel ih!" Gerutu Salma. "Kan bisa ambil yang ada di piring Rony! Bukan yang ada di tangan gue." Salma melanjutkan omelannya akibat kelakuan Rony yang mengambil potongan kue yang ada di tangannya.

"Oh, oke." Ucap Rony lalu mengambil potongan kue yang ada di dalam piring.

Melihat itu Salma hanya bisa mengembuskan napas, tingkah Rony selalu saja menguji kesabarannya.

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang