Suasana rumah orangtua Rony malam ini terasa lebih ramai dari biasanya. Walaupun tidak semua anggota keluarga bisa berkumpul. Tapi suasana hangat tetap terasa.
Salma yang berada di antara mereka tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Tidak bisa untuk tidak merasa bahagia. Ada di sini, di rumah ini dan diterima dengan hangat merupakan kenyataan yang dulu Salma pikir adalah ketidak mungkinan.
Sebesar apapun harapan yang dulu Salma punya. Namun dengan situasi yang mereka punya dulu. Ia tahu diri untuk tidak tenggelam pada harapan. Tapi hari ini, Salma ada di tengah-tengah keluarga Rony. Bagian mana dari perjalanan hidupnya yang tidak akan Salma syukuri kalau pada akhirnya akan ada hari ini.
"Ini naniura buat Salma bawa pulang," ucap Ibunya Rony sambil meletakkan dua buah kotak makan. "Yang satunya buat Rony."
"Wah, terima kasih, Ma." Ucap Salma dengan senyum lebar.
"Sama-sama," sahut ibunya Rony. "Nanti kapan-kapan Salma ke sini lagi ya, gak usah nunggu diajak sama Rony."
"Iya, Ma."
"Iya, gak usah nunggu diajak sama Rony." Suara berat dari seorang laki-laki yang sudah melewati berbagai episode kehidupan itu tetap terdengar lembut.
Rupanya Rony mewarisi nada lembut itu dari sang ayah.
"Tapi papa masih gak nyangka Salma mau sama Rony." Suara tawa terdengar renyah dari ayah Rony.
"Pa, jangan gitu lah. Nanti Salma jadi berubah pikiran." Sahut Rony yang duduk di samping sang ayah.
"Ya kan Salma bisa nyari yang lebih dari kamu."
"Pa..."
Ayah Rony tergelak, ia menepuk-nepuk punggung sang anak. "Susah kan dapetin dia?" Ucapnya sambil menunjuk dengan lirikan mata ke arah Salma.
Rony menyeringai, tidak menyahut apapun.
"Dijaga baik-baik. Kamu harus bertanggung jawab sama pilihan kamu."
Rony mengangguk sebagai jawaban. Tentu saja Rony akan menjaga apapun yang menjadi pilihan hidupnya. Terlebih kalau itu tentang Salma.
Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang tengah. Membicarakan banyak hal. Tapi lebih banyak membahas bagaimana Rony kecil. Mungkin sudah jadi kebiasaan di keluarga manapun, mereka senang sekali membahas masa kanak-kanak salah satu anggota keluarganya.
"Kak Salma juga jangan lupa, kita jalan-jalan bareng. Tapi gak usah ajak abang. Kita aja berdua." Ucap adik perempuan Rony yang duduk di samping kanan Salma.
"Oh, punya rencana jalan-jalan tapi abang gak diajak nih." Sahut Rony yang duduk di sofa seberang bersama sang ayah.
"Girls time, abang. Gak usah kepengen ikutan."
"Emang Salma nya udah pasti mau?"
"Mau kok," Salma yang menyahut. Tersenyum lebar.
"Tuh, kak Salma nya mau."
Rony menyeringai melihat ekspresi adik perempuannya itu, adiknya itu terlihat senang sekali Salma berada di pihaknya.
"Yaudah iya." Ucap Rony.
Salma menarik napas dalam. Keluarga ini terasa hangat sekali. Sedari tiba siang tadi, Salma merasa tidak henti-hentinya momen yang memancing rasa syukurnya terjadi.
Sepulang dari rumah ini, Salma pasti akan merindukan momen ini. Momen kali pertama ia datang ke rumah orangtua Rony. Bukan sebagai teman Rony. Tapi lebih dari itu. Salma akan merindukan pelukan pertama dari kedua orangtua Rony yang terasa hangat. Pelukan ibu yang lembut. Dan pelukan ayah yang menenangkan. Salma benar-benar merasa menjadi anak di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali (SUDAH TERBIT)
FanfictionAda hal-hal yang nyatanya belum usai. Perasaan itu. Perasaan yang coba disingkirkan, nyatanya tidak pernah benar-benar pergi. Setelah bertahun-tahun berlalu dan kembali bertemu, apa perasaan yang tidak pernah benar-benar pergi itu bisa berjalan beri...