Bagian Empat Puluh Lima

10.6K 956 100
                                    

Waktu melesat cepat. Satu bulan sejak kedatangan Rony ke Probolinggo, lelaki itu kembali ke kota itu bersama kedua orangtuanya. Melamar Salma secara resmi.

Pertemuan kedua keluarga berlangsung hangat. Obrolan antar keluarga terjalin baik. Pertemuan itu santai. Tidak ada acara lamaran resmi dengan dekor khas acara lamaran. Tidak ada. Yang ada hanya obrolan sore di taman belakang rumah orangtua salma.

Lalu akhir obrolan adalah kesepakatan mengenai tanggal pernikahan mereka. Tidak lama lagi. Dan persiapan harus segera dimulai.

Dan di sini lah Salma dan Rony berada. Di sebuah butik ternama. Jadwal mereka hari ini adalah mengurus gaun pengantin. Kunjungan pertama.

"Bagus-bagus ya, Ron"

"Apanya?"

"Gaunnya."

"Oh," Rony mangut-mangut. "Iya, bagus."

"Kamu pengennya aku pake gaun yang kayak apa?"

Rony menoleh, menatap Salma sembari tersenyum. "Kamu maunya pake gaun yang kayak apa?"

"Ih, malah nanya balik. Kan aku nanya, dijawab. Bukan nanya balik."

"Terserah kamu. Lagian kamu pake gaun model apa aja juga pasti cantik."

Salma mencebik, wajahnya merengut. Namun di sana ada senyum yang ditahan.

"Jawabnya gak gitu, Ron."

"Terus gimana?"

"Ya jawab, kamu mau aku pake gaun kayak gimana..."

"Ya kan, kamu yang make. Senyamannya kamu aja, Sal. Kan aku cuma ngeliat dan kamu pake baju kayak apa juga cantik kok." Belum selesai Salma bicara, Rony memotong kalimat perempuan itu. Yang membuat Rony dihadiahi pukulan di lengannya.

"Dengerin dulu."

"Iya iya."

"Udah diem," kesal Salma."Iya, emang aku yang make bajunya. Dan kamu cuma ngeliat sama kayak orang-orang, cuma ngeliat. Tapi poinnya bukan di situ, Rony."

"Ya terus?"

"Ini pernikahan kita, Ron. Semuanya tentang kita berdua. Bukan tentang apa yang aku suka doang tapi kamu juga suka. Termasuk gaun pengantin."

"Emang aku yang make, tapi kamu juga harus suka sama apa yang aku pakai. Emang kamu mau aku pakai gaun yang modelnya kayak..." Salma mengendarkan pandangannya ke sekeliling. Menatap gaun-gaun yang di gantung juga yang dipajang di manekin.

Lalu ia menunjuk satu manekin yang dipakaikan gaun berwarna putih dengan potongan dada rendah dan tile transparan dibagian bawah. Hingga kalau baju itu dikenakan akan mengeskspos bagian dada dengan jelas dan betis hingga beberapa senti di atas lutut yang akan tampak terlihat karena bagian bawahnya yang transparan.

"Kamu mau aku pake gaun itu?" Tanya Salma sambil menujuk gaun yang ia maksud.

"Emang kamu mau pake tu baju? Gak mungkin kan. Masa berhijab pake baju model kayak gitu."

Salma mendengus, mulai kembali kesal dengan jawaban Rony. "Anggap aja aku gak berhijab, kamu mau aku pake baju itu?"

Rony terdiam, ia menatap Salma lantas beralih menatap gaun yang tadi Salma tunjuk.

"Mau?" Salma kembali bertanya.

"Gak. Gak boleh. Sekalipun kamu gak berhijab kamu gak boleh pakai baju model kayak gitu. Gak suka."

"Sekalipun aku bilang, aku suka gaun itu dan mau pake gaun itu?"

Rony kembali menatap Salma. Sepasang mata mereka beradu tatap. "Baju itu terlalu terbuka. Aku gak suka orang yang aku sayang pake baju yang kayak gitu. Diva juga kalau sampai berani make baju yang kayak gitu, aku marahin."

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang