Bagian Tiga

15.5K 1K 61
                                    

"Nanti boleh ketemu lagi kan?"

"Iya, boleh."

"Boleh nelpon terus ngajak ngobrol?"

"Boleh."

"Kita mulai dari awal ya, Sal."

Hening, Salma tidak langsung menjawab. Ia didekap perasaan senang sekaligus takut. Embusan angin mempermainkan ujung jilbab Salma. Ia menatap lurus ke depan dengan isi kepala yang riuh. Seriuh pengunjung restoran di lantai bawah.

"Sal?"

"Eh iya, Ron. Sorry."

"Kita mulai dari awal ya?"

"Apa yang kita mulai dari awal, Ron?" Salma menoleh, matanya bersitatap dengan manik mata Rony.

"Semuanya, Sal. Kita mulai berteman dari awal. Saling memahami bagaimana perasaan kita masing-masing. Bagaimana nanti, bersama atau benar-benar saling melepaskan. Gue pengen kalau ternyata kita memang harus saling melepaskan. Kita melepas dengan perasaan yang jauh lebih baik dan lapang. Gue pengen kita tetap baik-baik aja sampai kapanpun. Bagaimana pun jenis hubungan kita."

Salma kembali mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Mencerna apa yang barusan ia dengar. Rony benar. Apapun jenis hubungan mereka nantinya, harusnya mereka tetap baik-baik saja satu sama lain. Bahagia dengan apapun yang Tuhan pilihkan atas hidup mereka.

"Oke, mari kembali memulai." Salma tersenyum ke arah Rony.

Senyum yang lama Rony rindukan.

"Iya, mari kembali memulai." Rony balas tersenyum. Rasanya satu beban besar hilang begitu saja.

Ternyata mereka hanya perlu sedikit saja keberanian untuk menerima apa-apa yang sudah terjadi. Lalu kembali melangkah dengan hati yang jauh lebih lapang.

***

Jalanan ibukota selalu ramai mau jam berapa pun kalian melintas. Hari sudah menjelang sore saat mobil yang Salma kendarai berbaur dengan kendaraan lainnya. Salma duduk di balik kemudi dengan perasaan campur aduk. Sebagian dirinya merasa lega, sebagian lagi kembali bertanya-tanya apalagi yang Tuhan persiapkan di depan sana.

Lalu Salma jadi meragukan keputusannya sendiri. Apa bertemu Rony tadi baik atau tidak? Apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka ke depannya? Membaik atau membuat masalah baru? Pertanyaan-pertanyaan itu menyentak-nyentak di kepala Salma.

Tapi bukan kah ia ataupun Rony harusnya makin dewasa menyikapi apapun yang akan terjadi di antara mereka. Pengalaman masa lalu harusnya meninggalkan pelajaran besar bagi mereka berdua. Namun, Salma tetap saja takut.

Salma takut pada perasaannya sendiri. Dulu dia terlau naif menikmati hubungan pertemanan dengan Rony. Ia pikir dengan kondisi mereka saat itu tidak akan terjadi apa-apa. Mereka adalah teman. Dan akan tetap begitu.

Namun siapa yang tahu permainan semesta? Gampang sekali membuat satu hati jatuh di hati lainnya. Dan Salma jatuh hati. Perasaan jatuh hati yang berusaha ia tampik kuat-kuat. Sampai di satu titik, ia menyerah. Salma pada akhirnya mengakui ada sebentuk rasa yang sulit ia jelaskan. Tapi satu hal yang pasti, ia menyayangi lelaki itu.

Salma menyayangi dia sebesar ia bisa menyayangi seseorang.

Di sisi lain, Salma sadar di mana posisinya di hidup lelaki itu. Dalam diam Salma melangkah mundur. Mencoba membunuh habis perasaan itu.

Tapi lagi-lagi semesta punya kejutan. Malam itu mengubah banyak hal. Kalimat yang meluncur dari mulut lelaki itu membuat Salma menggigit bibir. Ingin rasanya ia menghambur ke dalam pelukannya. Namun kakinya membeku.

Salma menarik napas dalam-dalam, memenuhi tiap rongga paru-parunya dengan oksigen. Satu bulir air mata lolos dari ujung matanya. Kenangan malam itu kembali terputar.

Ponsel Salma berdering, menginterupsi kenangan yang tengah berputar di ingatan Salma.

Nama Rony muncul di layar ponsel.

Untuk apa ia menelpon? Gumam Salma.

"Hallo, Sal," suara di seberang sana masih sama seperti dulu.

"Iya, kenapa?"

"Sudah sampai?"

"Belum, kenapa?"

"Gak kenapa-kenapa, cuma mau mastiin lo udah sampai rumah apa belum."

Salma tersenyum tipis, "Bentar lagi sampai kok."

"Ya udah, hati-hati."

"Iya, thanks udah nanya."

"Udah dulu ya, Sal. Bye."

"Iya, Bye."

Sambungan telpon terputus. Salma menghela napas.

Tuhan, kali ini terserah bagaimana baiknya menurut-Mu saja. Salma membatin.

Bertahun-tahun sejak pertama bertemu dulu, hubungan mereka sudah melewati banyak fase. Kali ini, jujur Salma hanya ingin semua baik-baik saja.

Ia tahu, perasaannya pada lelaki itu belum benar-benar hilang sekalipun bertahun-tahun menjauh. Maka kali ini bagaimanapun muaranya, Salma memutuskan untuk tidak lagi lari seperti dulu.

Sekalipun nantinya ia harus kehilangan lagi. Biarlah kali ini ia melepaskan dengan hati yang jauh lebih siapa dan lapang. Sekalipun takut itu juga membayang.

***

Rony meletakkan ponsel di dashboard mobil. Satu lengkungan tercipta di wajahnya.

Ia harap ini adalah awal yang baik untuk hubungannya dengan Salma. Entah apapun yang nantinya terjadi.

Rony tahu seperti apa perasaan Salma padanya. Seperti halnya Salma juga tahu seperti apa perasaannya pada perempuan itu. Mereka sama-sama tahu perasaan masing-masing.

Tapi satu hal yang Rony bisa pastikan Salma tidak tahu. Perasaan Rony pada Salma masih sama. Tidak berubah sejak pertama ia katakan malam itu.

Kenangan malam itu, Rony tersenyum sekaligus meringis. Malam itu mengubah banyak hal. Kalimat yang ia katakan malam itu mengubah banyak hal di hidupnya. Tapi Rony tidak menyesalinya sama sekali.

Baginya, jujur atas apa yang sebenarnya ia rasakan bukan lah sebuah kesalahan. Tapi Rony tahu di mana letak salahnya di masa lalu. Ia ragu mengambil keputusan.

Dan sekarang, ia tidak lagi ragu. Ia tahu apa yang ia inginkan. Ia akan berusaha lebih dibandingkan dulu. Sebab Rony sadar, perempuan itu pantas ia perjuangkan lebih.

Mobil yang Rony kendarai terus meluncur di jalanan ibukota. Hari ini ia tidak ada jadwal apapun. Jadi ia bebas ingin pergi ke manapun.

***

Note: Hai, senang membaca respon kalian yang nyasar ke cerita ini. Semoga kalian terus bisa menikmati cerita ini.

Terima kasih ya buat feedback positif kalian. Terima kasih sudah vote cerita ini  sudah komentar juga.

Btw, sebentar lagi Spektakuler Show Indonesian Idol tayang. Aku deg-degan:')

Oh iya, cerita ini aku usahakan update tiap hari selama Ramadhan. Semoga bisa menemani hari-hari kalian 🤍

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang