Bagian Tiga Puluh Satu

10.6K 805 75
                                    

Salma sudah duduk tenang di dalam pesawat. Sebentar lagi pesawat akan take off. Salma menatap ke arah luar lewat jendela tepat di sampingnya. Menatap landasan pacu di sana. Sementara sinar matahari mulai terik. Bibir Salma melengkung sempurna. Lalu ia beralih menatap tangan kanannya. Di sana ada gelang yang ia beli, gelang dengan inisial huruf R. Juga cincin berwarna perak pemberian Rony.

Perempuan yang sudah melewati usia seperempat abad itu menarik napas dalam. Mengingat Rony dan hubungan mereka saat ini, membuat ia mensyukuri banyak hal. Perjalanan mereka untuk ada di titik ini, untuk bisa bersama. Bukan perjalanan yang mudah. Banyak kerumitan yang sudah mereka lalui.

Suara pengumuman kalau pesawat akan segera take off dan seluruh penumpang diminta mengenakan seat belt, menjeda lamunan Salma. Ia segera mengenakan seat belt, duduk tenang. Bersiap menghadapi goncangan kecil saat pesawat melaju di landasan pacu untuk take off.

Saat pesawat sudah terbang di ketinggian. Saat sepasang mata Salma bisa menatap gumpalan awan dari dekat. Ingatannya kembali terlempar pada sosok Rony, lelaki yang saat ini bisa ia sebut sebagai kesayangannya.

Dulu, Rony adalah kerumitan yang Salma nikmati.  Sekarang Rony adalah kebahagiaannya yang sederhana. Waktu dengan caranya sendiri membolak-balik keadaan yang ada.

Selama dua jam lebih akhirnya pesawat yang Salma tumpangi mendarat selamat di Bandara Kualanamu, Medan. Iya, kota pertama yang Salma kunjungi adalah Medan. Ini memang bukan kali pertamanya menyambangi kota ini, tapi tiba di kota ini lagi setelah beberapa waktu, rasanya sudah berbeda. Entah kenapa, sekarang kota ini menjadi berbeda bagi Salma. Mungkin karena ini tanah kelahiran lelaki kesayangannya itu.

Begitu segala urusan di bandara selesai, di perjalanan menuju hotel. Akhirnya Salma mengirim pesan pada Rony, memberitahu kalau ia sudah sampai dengan selamat.

Sal ❤️ : Rony...

Ron ❤️ : Iya, Sal.

Ron ❤️ : Sudah sampai Medan?

Sal ❤️ : Sudah, lagi di mobil mau ke hotel.

Ron ❤️ : Aman?

Sal ❤️ : Aman kok.

Ron ❤️ : Sal...

Sal ❤️ : Apa?

Ron ❤️ : Besok mas Kelvin ke Jakarta, terus ngajakin aku ketemu.

Sal ❤️ : Serius? Kok mas Kelvin gak ngasih tau aku sih.

Ron ❤️ : Iya, serius. Katanya dua hari doang, ada kerjaan.

Ron ❤️ : Deg-degan, Sal. Berasa mau disidang.

Sal ❤️ : Hahahaa...

Sal ❤️ : Goodluck ya.

Sal ❤️ : Anggap pemanasan sebelum ketemu mama sama papa.

Ron ❤️ : Mas Kelvin galak gak sih, Sal?

Sal ❤️: Hahaha.. enggak.

Sal ❤️: Seru kok dia. Terus kayaknya bakal cocok kalau ngobrol sama kamu.

Ron ❤️ : Sal, pamit bentar ya.

Sal ❤️ : Mau kemana?

Ron ❤️ : Mau ke WC.

Sal ❤️: Ish, yaudah sana.

Salma menutup aplikasi WhatsApp. Matanya menatap ke arah luar. Menatap jalanan kota yang nampak ramai. Besok kakaknya mau ke ibukota, bertemu Rony. Bisa-bisanya tidak mengabarinya lebih dulu.

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang