Bagian Sembilan Belas

10.5K 825 137
                                    

"Ron," panggil Salma.

"Apa?" Jawab Rony dengan mata yang terpejam, ia sedang rebahan di gazebo rooftop rumahnya.

"Laper."

"Makan."

"Rony," panggi Salma lagi. "Bangun."

"Iya, Sal. Apa?" Ucap Rony lembut dengan mata yang sudah kembali terbuka, tapi ia masih di posisi rebahan.

"Laper," ucap Salma lagi. Ekspresinya terlihat lucu di mata Rony. Sepertinya mode anak kecil Salma sedang aktif.

"Ya udah, iya." Tukas Rony. "Mau pesen makan? Biar gue pesenin."

Salma menggeleng cepat, bukan pesan makanan online yang ia mau.

"Terus apa? Pergi ke tempat makan? Mau ke mana? Gue temenin deh."

Lagi-lagi Salma menggeleng.

Rony menghela napas, "Terus maunya apa?"

"Masak," jawab Salma cepat.

"Sekarang lo hoby masak? Dulu aja jarang banget masak."

Salma mendelik sebal, "Kalau gue masak di sini kan yang untung lo juga."

Rony menegakkan tubuhnya, sekarang ia duduk bersandar pada satu sisi pagar gazebo. "Iya juga sih," ucapnya. "Tapi masalahnya di kulkas gak ada bahan buat bisa dimasak. Gue belum ada belanja lagi sejak lo masak waktu itu."

"Ya tinggal belanja lagi aja kalau gitu," sahut Salma santai.

Mendengar kalimat Salma barusan membuat Rony tersenyum penuh arti. Belanja bahan masakan? Tidak masalah.

"Ya udah, ayok belanja." Ucap Rony semangat, sekarang ia justru sudah berdiri di depan Salma
"Ayo, Sal."

"Apanya yang ayo?" Tanya Salma heran, terlebih tatapan matanya terhadap Rony. Benar-benar menyiratkan keheranan.

"Katanya mau masak?"

"Iya, mau masak."

"Tapi di kulkas gue gak ada stok bahan buat dimasak, terus kata lo kan tinggal belanja. Yaudah, kita belanja." Ucap Rony panjang yang membuat Salma menahan senyum.

"Gue seneng kalo lo ngomongnya panjang dan jelas kayak gitu," ucap Salma. "Ayo belanja." Sambungannya sambil berdiri.

Rony mengembuskan napas, dasar Salma. Ada saja tingkahnya.

"Cepetan, Ron." Teriak Salma yang sudah berjalan lebih dulu. "Nanti kesorean." Lengkingnya lagi.

Rony segera menyusul dengan wajah cerah. Pergi belanja bahan makanan bersama Salma salah satu mimpinya. Terdengar seperti mimpi yang aneh memang. Tapi Rony memang pernah membayangkan akan ada hari di mana ia pergi berdua bersama Salma untuk belanja kebutuhan dapur.

"Kita perginya ke supermarket ya, Ron." Ucap Salma begitu duduk di kursi penumpang. Mobil Rony sudah siap meluncur.

"Iya, Sal."

"Gak berhenti di Alfa atau Indo ya," ucap Salma lagi

"Iya, Salma. Enggak." Sahut Rony cepat. Sepertinya hari ini Salma sedang senang sekali menguji kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, asal Salma Senang.

Mobil yang Rony setir terus berjalan maju menuju salah satu supermarket terdekat dari tempat tinggal Rony. Supermarket yang sering ia datangi. Perlahan rumah yang Rony mulai bangun beberapa tahun lalu jauh tertinggal di belakang. Sebuah rumah dengan halaman luas yang terasa sejuk sebab banyak ditumbuhi aneka tanaman. Rumah dengan tampilan didominasi warna putih. Rumah yang Rony bangun dengan sepenuh hati.

Kembali (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang