Prolog:

67.3K 2.6K 10
                                    

Davinsha mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya--- berkonsentrasi sejenak sebelum membuka kedua matanya.

Terkejut. Matanya nyalang  mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia bukan  berada di kamar kosnya sendiri.

Tubuhnya terasa amat pegal- pegal. Terutama di area sekitar pangkal paha  pahanya yang terasa sedikit perih dan mengganjal. Sesuatu yang berat kemudian  melingkari perutnya. Ia menoleh. Sebuah tangan.

Tangan cokelat besar melintang di perutnya yang rata. Selimut yang dikenakannya sudah melorot, menampakkan area dadanya. Segera saja ia tarik selimut yang tadinya menutupi tubuh telanjangnya. Juga tubuh telanjang di sampingnya.

Cowok itu masih terlelap dalam posisi telungkup. Sama sekali tidak terusik dengan gerakan- gerakan kecil yang sengaja  dibuat Davinsha. "Giri... Bangun!" tangannya mengguncang- guncang tubuh di sampingnya, sembari menahan perih dan nyeri yang mencengkeram area di sela- sela pahanya, ketika ia menggerakkan tubuh.  " Giri!"

Cowok itu kemudian mengerang. Mendekatkan kepalanya ke arah Davinsha,  kemudian mencium sisi kepala gadis itu sebelum benar- benar membuka mata. "Kenapa?" suaranya serak.

"Sudah pagi, Gir. "

"Hmmm...."

"Gue ada kuliah jam sembilan."

"Sekarang baru jam setengah delapan." Jawabnya malas- malasan setelah melirik ke jam di dinding di depannya.

Davinsha mendecak. Saat beranjak dari atas kasur, ia mendapati seprai yang tadi ditidurinya meninggalkan bekas bercak noda merah kecokelatan, membuat jantungnya berdegup nggak karuan.

Gadis itu lantas menyambar kaus putih bergambar kuda milik Giri. Matanya membelalak karena syok. Napasnya menderu. Ia agaknya ketakutan. "Giri tolong bangun sebentar!"

"Nanti gue anterin ke kampus. Nggak perlu panik." Cowok itu berkata santai. Melipat kedua lengannya ke bawah kepala. Kembali memejamkan matanya. "Giri. Gue mau... mau ..."

Dengan cepat kepalanya menoleh ke arah Davinsha yang kian pucat. "Mau apa? Mau lagi?" senyum  jahil bermain di bibir cowok itu . Membuat wajahnya tampak relaks.

Tidak salah dulu Mel mengejar- ngejar cowok ini. Rupanya Giri memang punya wajah yang menarik, meskipun bukan dalam kategori sangat tampan seperti Farrell---mantan pacar Vinsha.

Namun profilnya yang jantan dengan rahang kokoh dan hidung mancung sanggup membuat kaum hawa menoleh dua kali untuk memperhatikan sosoknya yang menawan. Termasuk Davinsha sendiri.

"Gue mau nyuci sepreinya!"

"Memangnya ... Oh..." Cowok itu melongo setelah melihat sumber kepanikan Davinsha yang tertinggal di atas permukaan seprai.

Membuatnya bertanya- tanya pada dirinya sendiri. Apakah dia sudah menyakiti gadis itu?

Ia tak  sanggup mengingat kembali apa  yang terjadi semalam . Samar- samar ia mendapatkan sedikit bayangan. Dirinya yang baru pulang dari lembur di tempat Mas Alvan, lalu diajak Chakra  ke bar, kemudian melihat sahabat Melitha  yang tertidur di depan undakan teras kamar kosnya dengan punggung menyandar ke pilar.

Dalam keadaan setengah mabuk, ia menggendong gadis itu masuk ke kamarnya. Lalu semuanya terjadi begitu saja. Tapi gadis ini tidak menolaknya. Bahkan, sekarang ia tidak menangis.

Atau menyesal dan mencaci maki Giri seperti  yang umumnya dilakukan  para gadis setelah mereka kehilangan keperawanan mereka dengan seorang cowok yang mabuk pula.

Ia masih tak menyangka bahwa mereka  akan berakhir dalam keadaan seperti ini. Meskipun sejujurnya dia sama sekali tidak  keberatan.

Ini bukan yang pertama baginya. Tapi jelas ini yang pertama bagi gadis yang adalah sahabat dari pacarnya sendiri.

Yang jelas,  pagi ini ia merasa sangat rileks . Saat memikirkan hal itu kembali, kontan saja  cowok itu  tersipu.

"Gue bersihin sendiri..." dia bangkit dalam keadaan polos. Meraih bokser yang tergeletak di samping ranjang yang seharusnya diperuntukkan bagi satu orang. Cowok itu menggaruk kuduknya. "Biar gue bersihin sendiri." Ulangnya.

"Paling enggak gue rendem dulu..."

Giri menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak Davinsha. Tapi gadis itu memang tidak berniat untuk main tebak- tebakan pagi ini.

Yang ingin ia lakukan adalah segera pergi dari tempat ini sebelum Mel atau teman- teman Giri yang lainnya sampai di sini.

***

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang