Dua Puluh Dua

23.9K 1.6K 61
                                    

Isi goodie bag itu ternyata cokelat impor. Godiva tentu saja. Pasti bukan dari Giri. Karena lelaki itu berkeras agar Davinsha tidak memakan sesuatu yang berat untuk pencernaan.

Cokelat adalah salah satu makanan yang menurut Giri harus dihindari Davinsha saat ini. Terlebih, cokelat yang ia terima ini mengandung 97% dark chocolate.

"Diliatin doang tuh, Mbak?" kepala Imelda nongol. Dari speaker komputer terdengar lagu Replay yang dipopulerkan  oleh SHINee.

Davinsha hanya mendongak sekilas. "Oh, elo, Vin. Gimana? Barang yang dari Jebres kemarin udah datang? Udah lo bagi- bagi?"

" Udah." Jawab Imelda singkat. Sementara perhatiannya terfokus pada sekotak cokelat mewah yang bertengger manis di atas meja.

Ketika Davinsha hendak meletakkan goodie bag ke laci di bawah meja kerjanya, sebuah kertas meluncur jatuh ke pangkuannya. Segera Davinsha menyambarnya.

Thanks...

Disusul sebuah kertas usang yang menampakkan gambaran punggung seseorang.

Jantung Davinsha rasanya mau anjlok ke kaki saja. Dia menekap mulutnya. Jadi selama ini Melitha tahu kalau diam- diam Davinsha suka menggambar punggung Giri? Pantas saja kertas itu pernah hilang. Waktu mau pindah ke Surabaya, Davinsha mati- matian cari kertas tersebut. Tapi dia tidak menemukannya. Ia berasumsi bahwa kemungkinan benda itu jatuh di suatu tempat.

Tapi dia tidak pernah berpikir bahwa selama ini kertas itu ada di tangan Melitha. Dan itu hanya berarti satu hal; Melitha tahu hubungannya dengan Giri.  Mendadak, dunia Davinsha terasa terguncang.

Walau hanya tulisan itu yang tertera di kartu ucapan , rasanya Davinsha seolah-olah terteror. Tulisannya sengaja  diketik tangan. Pasti supaya  Davinsha tidak mengenali pemiliknya.

Tapi yang  jelas, ia meyakini bahwa cokelat itu bukan dari Giri. Meski hubungan mereka saat ini sudah menjadi lebih dekat bahkan  bisa dibilang naik tingkat, namun  Davinsha tahu pasti, lelaki itu bukanlah tipe yang akan memberi kejutan semacam ini.

Romantisnya Giri adalah tipe- tipe yang perhatian. Bukan tipikal yang membanjiri hadiah. "Mau dimakan nggak sih itu cokelatnya? Gue juga doyan kok, Mbak. Itu kan cokelat enak! Mahal pulak! "

Davinsha terdiam sesaat menatap asistennya dengan wajah nanar.  Buru- buru saja ia menarik gambar itu dari atas meja supaya Imelda tidak melihatnya. Dari Lagu berganti jadi "Snapping" milik Chung Ha. "Lo mau?"

Imelda mengangguk dengan tampang mupeng, menatap kotak cokelat yang mewah itu. "Nih," Davinsha dengan enteng memberikan kotak cokelat itu pada Imelda, yang langsung disambut dengan wajah semringah!

"Yeay! Makasih kakak Davinsha cantik!" lalu kemudian ngacir ke luar dari ruangan. Setidaknya, ditangan Imelda, cokelat itu pasti bakal lebih berguna.

****

Menjelang jam makan siang, Davinsha berniat untuk menitip makanan ke Mas Priyono, salah satu OB kantor.

"Mau makan apa, Vin?" Dhea nongol di ruangan para buyer yang siang itu kosong.

"Nitip aja nasi padang sama Pri. Males banget ke luar. Panas - panas gini."

Ponsel di atas meja kerja Davinsha bergetar. Menyala. Dahinya mengerut sebentar ketika mendapati nama yang tak disangka- sangkanya.

Malas- malasan, Davinsha mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Mel?"

"Vin, lagi sibuk nggak?"

"Enggak sih, kenapa emang?"

" Ini gue lagi otw ke tempat kerja lo nih. Temenin gue maksi yuk! Sambil cerita- cerita!"

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang