Davinsha melangkah ke luar dari lift yang tembus ke parkiran bertepatan saat waktu makan siang tiba.
Siang itu dia hendak menuju ke toko Ranjana cabang Slipi, sekalian mampir untuk makan. Perempuan itu masih rutin mengecek toko- toko milik Ranjana secara acak. Dan dia menyukai pekerjaannya.
Sudah hampir satu bulan ini Ananta pergi ke Derawan untuk mengerjakan proyek resort milik temannya seperti yang pernah diutarakan pada Davinsha saat makan makan malam mereka di Savory Land waktu itu.
Mula- mula , Ananta rutin menghubunginya lewat video call, telepon , dan kerap bertukar pesan via WhatsApp. Namun lama- kelamaan intensitas telepon dan video call itu berkurang. Bahkan sudah semingguan ini lelaki itu absen menghubunginya.
Awalnya Davinsha maklum, karena mungkin saja lelaki itu sibuk di sana, hingga akhirnya dia jadi kesal sendiri. Di ghosting ternyata tidak enak.
Begitu berjalan beberapa langkah, ia berpapasan dengan sosok yang sebulan belakangan ini juga tidak pernah ia temui lagi.
Lelaki yang mengenakan kemeja warna burgundy yang dipadukan dengan celana pantalon warna khaki itu berhenti dan menatap Davinsha lurus- lurus. Satu tangannya tersembunyi di balik saku celana. Ia berdiri dalam posisi miring.
Mereka saling menatap satu sama lain dalam suasana yang mendadak terasa asing. Canggung, itu yang dirasakan Davinsha saat ini. Entah mengapa. Karena sebelum-sebelumnya ia biasa saja menghadapi lelaki itu.
Tidak ada senyum di wajah tampan yang biasanya selalu menghadirkan ekspresi jenaka dan jahil itu. "Kamu mau pergi?" tanyanya.
Davinsha hanya mengangguk sekilas. "Mau ketemu Pak Suta, kan? Dia ada kok di dalam." Ujar Davinsha santai. Di pertengahan usia 31 tahun ini, prospek percintaannya kacau balau. Dan karena merasa sudah begitu tua, dia jadi semakin enggan untuk menjalin hubungan baru.
Asumsi yang pernah dilontarkan Dhea waktu itu tentang bahwa Kennan tertarik padanya, nyatanya juga tidak terbukti benar. Buktinya, lelaki itu baru muncul saat ini, setelah menghilang selama satu bulan. Jadi waktu itu Dhea hanya salah sangka saja.
"Duluan ya, Bang. " Davinsha melambaikan tangan. Baru saja berjalan beberapa langkah, Kennan mengekorinya. "Gue anter mau?"
Davinsha menoleh dengan heran. "Anterin?" ulangnya tak percaya. "Nggak usah lah, Bang. Nggak perlu. Jam segini jalanan macet parah. Entar Bang Kennan malah malas balik lagi ke kantor." Tolak Davinsha halus.
"Nggak kok."
"Nggak usah Bang. Beneran deh. " Davinsha mencoba untuk meyakinkan lelaki itu.
"Gue juga serius mau nganterin. Lagi males banget soalnya di kantor."
Karena malas berdebat konyol di basement, dan sepertinya Pak Idrus sekuriti sudah berulangkali menatap ke arah mereka dengan curiga, akhirnya Davinsha memutuskan untuk menurut Kennan. "Oke."
****
Kali ini Kennan mengendarai Nissan Xtrail warna hitam. Selama mobil menggelinding membelah jalanan Jakarta yang siang itu panas menyengat, keduanya hanya saling diam. Berkutat dengan isi pikiran masing-masing.
Fossil bertali perak di pergelangan tangan Davinsha menunjukkan pukul satu lewat lima menit. Tadinya ia sekalian ingin mampir ke warteg langganannya untuk makan siang. Tapi terlalu sungkan untuk mengatakannya langsung pada Kennan yang mengemudikan mobilnya dengan konsentrasi penuh.
Hilang sudah sosok Kennan yang dulu ia kenal penuh humor dan santai. Berganti seseorang yang serius mirip akuntan di sampingnya ini.
Tak sengaja matanya melihat spanduk kuning bertuliskan "SOTO BETAWI HJ. AMIN. " Dan perutnya sudah berdisko ria. "Bang gue mau makan siang dulu."
![](https://img.wattpad.com/cover/338741447-288-k729474.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercontrol
ChickLitDavinsha tak bermaksud mengkhianati persahabatannya dengan Mel. Segalanya terjadi begitu saja. Hubunganya dengan Giri bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Bertahun- tahun lamanya Giri mencoba melupakan kejadian di kamar kosnya bersama Davinsha. Lel...