Dua

45.6K 3.1K 8
                                    

Davinsha memaksa untuk  tetap membuka matanya, ketika mobil yang membawanya dari stasiun  Pasar Senen, mendekati bangunan  tujuh lantai yang menjadi kantornya.

Perempuan itu baru saja kembali dari Semarang, untuk melihat dan  mengecek produk yang diproduksi dari pabrik garment yang sudah jadi langganan Ranjana selama bertahun- tahun.

Selama ini, mereka mengambil beberapa jenis pakaian dari pabrik yang berlokasi di Jawa tengah tersebut.  Salah satunya adalah kemeja chiffon untuk wanita dan belakangan jadi item yang sering diburu oleh  para kaum hawa itu.

Pun kali ini, Davinsha berhasil mendapatkan beberapa item yang menurutnya bisa jadi mode untuk satu  bulan ke depan.

Perkembangan mode yang begitu pesatnya, membuatnya harus lebih lincah dalam mengambil keputusan dan menganalisa permintaan pasar. Hal itu kemudian juga berdampak pada seringnya ia harus  berselancar  dari satu peragaan busana ke peragaan busana para perancang busana ready to wear, untuk mendapatkan gambaran model pakaian yang akan jadi tren pasar berikutnya. Davinsha juga harus mencekoki dirinya dengan majalah- majalah mode sebagai preferensi.

Tidak hanya itu, Davinsha harus punya mata dan insting yang jeli dalam menebak bahwa item yang dipilihnya   bisa jadi  tren mode terbaru dan digemari para konsumennya.

Pasar pakaian wanita adalah lahan yang bagus. Sebab, mereka lebih memperhatikan penampilan serta selalu ingin mode terbaru untuk dikenakan.

Hal itu juga yang  membuat Davinsha kerap merasa pusing dalam mengatur strategi penjualan. Karena setiap orang apalagi klien premium Ranjana selalu menuntut penampilan terbaru yang sedang nge- hits. Padahal ia juga punya tugas untuk memastikan agar stok barang lama terjual habis.

Ia memilih ke kantor terlebih dahulu untuk bertemu dengan Suta dan bagian keuangan tentang rencana promosi, juga ingin membahas diskon untuk item- item yang sudah dipasarkan lebih dari enam bulan dan tak begitu diminati lagi.

Padahal tubuh Davinsha rasanya sudah remuk. Selama di Semarang, ia harus memelototi hasil produksi pakaian, kalau- kalau ada hasil jahitan yang kurang bagus, kurang rapi, bolong, dan sebagainya.

Seharusnya ia pulang terlebih dahulu ke kosannya di Tebet. Ponselnya bergetar, begitu Danu menurunkannya di depan lobi kantor. Ibunya menelepon.

"Ya, Ma. Aku baru saja turun dari mobil kantor. Harus meeting ini itu. Nanti sore, palingan aku baru ke Matraman. "

"Mama cuma mau denger suaramu. Selama di Semarang, kamu kan kayaknya sibuk banget, Vin." Ada tawa dalam suara sang ibu. Davinsha jadi merasa bersalah.

Sebenarnya ia juga sangat merindukan sang ibu. Hanya saja belakangan ini pekerjaannya mengambil porsi lebih banyak dalam kehidupan perempuan itu. Sehingga ia terkesan mengabaikan orangtua yang tinggal satu- satunya itu.

Padahal tujuannya kembali ke Jakarta adalah untuk menemani mama setelah ayah meninggal. Tapi bahkan Davinsha sendiri malah memilih untuk tinggal di kos- kosan yang berada di bilangan Tebet.

Menjelang hari valentine, toko mereka memang sedang ramai- ramainya. Hal yang selalu terjadi, saat hari- hari besar seperti hari perayaan keagamaan atau seperti hari kasih sayang, yang biasanya jadi momen untuk orang- orang terdekat memberi kado pada pasangannya, atau orangtuanya, teman- temannya, anaknya.

Dan saat- saat itu, Suta selalu menekankan agar setiap toko selalu memberikan penawaran menarik supaya pelanggan berbondong- bondong datang. Mengingat saat ini persaingan jadi bertambah ketat. Serta personel toko yang harus lengkap untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung.

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang