"Bali? Ngapain?!""Nemenin gue kondangan dong! Masa honeymoon sama elo! Kawin ama elo aja belum ngerasain!"
Davinsha menimpuk Chandra dengan tisu bekas pakai. Tapi Chandra memang ahli dalam berkelit. Termasuk berkelit dari masalah. Tisu bekas pakai yang sudah berupa gumpalan mirip bola itu malah mendarat di lantai.
Siang itu, Chandra mampir ke kantor Ranjana karena memang dipanggil sama Bos Suta. Selesai urusan dengan bos, Chandra mengajak Davinsha untuk makan siang.
Mereka makan di warteg dalam versi kekinian. Tempatnya bersih dan nyaman. Ada 53 jenis masakan yang terpajang menggoda di etalase berbentuk panjang.
Chandra memilih makan nasi, ayam serundeng, dan orek tempe. Sementara Davinsha memesan tongkol, sambal kentang ati ampela, dan cah brokoli.
"Ini siapa yang kawin? Mantan elo?"
Chandra menampilkan senyuman kecut. Agak nggak enak gitu dilihatnya. Firasat Davinsha sudah jelek banget. Tapi ia tetap melontarkan isi pikirannya. "Oh, no! Jangan bilang ...."
"Ya," Chandra mengangguk seperti orang kalah. "Emang dia." Tandasnya. Lantas menundukkan kepala.
"Oh, poor you ..."
"Dia balikan sama mantannya."
"Ndra ...."
"Bukan salah siapa- siapa kan? Gue tahu betul kok, sewaktu menjalaninya, kami nggak bakalan ke mana- mana. Nyokap gue udah nggak ngerestuin duluan." Ungkap Chandra seperti penuh penyesalan.
Davinsha tidak bisa tidak menatap Chandra dengan sorot iba. Hubungan lelaki itu dengan Esther memang sudah lama dan putus nyambung juga.
Perkaranya adalah tersangkut restu Ibunya Chandra yang menginginkan calon menantu yang seiman. Tapi menurut Chandra, dirinya hanya cocok dengan Esther yang bisa memahaminya dengan baik.
Sayang sekali Esther jelas tak bakal masuk jadi kriteria calon istri yang baik buat anak lelaki sematawayang. Jadi selama ini mereka backstreet. Dan itu juga yang selalu jadi sumber pertengkaran antara keduanya.
Esther kebetulan lebih tua tiga tahun dari Chandra yang tahun ini sudah menginjak 32 tahun.
"Mantannya ini anak pengusaha ritel minimarket. Teman waktu kuliah di UC Berkeley." Chandra melanjutkan ceritanya.
Davinsha mengulurkan tangan untuk mengelus lengan Chandra. Tanda dia ikut prihatin. "Lo nggak perlu sedih begitu deh, Ndra. Prospek gue buat nikah juga kayaknya jauh banget ini."
"Terus sama cowok yang waktu itu lo ngirimin kado ulang tahun oven? Kayaknya dia udah mau ngebanting gue ke tanah sampe jadi perkedel." Komentar Chandra.
Davinsha tercenung untuk sesaat. "Nggak taulah, Ndra. Pelik hubungan gue sama dia tuh." Kata Davinsha dengan roman muka rusuh. Dilema.
"Pelik gimana?"
"Dia itu pacar sahabat zaman kuliah gue. " Jawab Davinsha pada akhirnya. Makanan yang mereka pesan sudah tandas licin. Menyisakan dua gelas es teh tawar di meja.
Chandra manggut- manggut. Somehow, dia memang bisa jadi pendengar yang baik buat Davinsha. Tapi karena dia dinas di Tangerang, jadi mereka jarang bisa ketemuan. "Tapi gue sama dia itu punya semacam .... apa ya? Unfinished business kali ya. Gitu lah pokoknya."
"He's your first experience, anyway?" kedua alis lebat Chandra terangkat tinggi. Ia mengamati perubahan ekspresi di wajah Davinsha yang kini berubah jadi seperti tomat matang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercontrol
Literatura FemininaDavinsha tak bermaksud mengkhianati persahabatannya dengan Mel. Segalanya terjadi begitu saja. Hubunganya dengan Giri bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Bertahun- tahun lamanya Giri mencoba melupakan kejadian di kamar kosnya bersama Davinsha. Lel...