Satu

46.7K 2.8K 50
                                    

Sepuluh tahun kemudian

Davinsha Lalitavistara memasuki ruangannya sambil memegang secangkir kopi di tangan. Ia baru sampai di kantor pusat Ranjana jam dua siang ini.

Dia jarang berada di sini. Perempuan itu lebih sering berada di Ranjana cabang Jakarta Selatan yang berada di Gandaria. Karena selain bisa kerja, di sana dia juga bisa cabut ke mal dan nongkrong di kafe favoritnya.

"Mbak Davinsha," Fitri mencegatnya di depan ruangan Suta. Wajahnya tampak serbasalah "Mau ke kantor Pak Suta, nih?"

"Yep,"

"Masih ada Laras di dalam," Fitri tersenyum penuh arti. Itu artinya, saat ini bosnya sedang tak bisa diganggu.

"Oh," Davinsha mengangguk paham. Baru- baru ini, terkuak sebuah rahasia bahwa Laras yang dulunya sekretaris Suta, ternyata diam- diam menikah dengan pria itu. Tentu saja semua orang kaget, termasuk juga bagian fashion buyer seperti Davinsha, yang nota bene lebih sering bepergian  ke luar kota untuk mencari model pakaian terbaru.

Sebenarnya, pihak Ranjana sudah punya banyak rekanan untuk hal tersebut. Retail tempat Davinsha bekerja itu bekerjasama dengan beberapa pabrik di Cikarang, Semarang dan Solo. Kadang juga sampai harus ke Hong Kong untuk melengkapi koleksi busana di exclusive store milik Ranjana yang terletak di dalam mal- mal premium seperti Grand Indonesia atau Plaza Indonesia.

Banyaknya cabang Ranjanalah  yang menjadi PR bagi perempuan berusia 29 tahun itu. Ia jadi jarang meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Padahal, sang ibu sudah menanyakan sekaligus memprotes perihal jodoh putri tunggalnya itu.

"Mama itu kuatir lho, Vin, kalo kamu kayak gini. Lebih suka kerja ketimbang cari pacar."

"Pacar itu nyarinya nggak bisa sengaja kayak kita nyari baju ke mal, Ma. Kalo nyarinya sengaja nggak bakalan ketemu. "

"Atau kamu mau mama kenalin sama kolega mama di kantor? Ada yang cakep lho. Orangnya juga udah mapan. Nggak jelek pula!" Mama memang kerap mempromosikan rekan sejawat di kantornya pada putri sematawayangnya itu. Takutnya Davinsha tidak laku. Karena kalau menunggu anaknya sendiri yang gerak, pasti keburu kedaluwarsa sel telurnya. Bu Winarsih kan juga ingin segera momong cucu!

"Mama pikir, cara itu bakalan berhasil buatku?" Davinsha menggeleng mendengarkan saran mamanya yang tak pernah lebih kreatif dari sekedar mengenalkannya dengan kolega di kantor tempat perempuan itu bekerja sebagai ASN di lingkungan kementrian keuangan.

Kehidupan mereka baik- baik saja. Juga berkecukupan, meski ayah Davinsha telah berpulang ketika perempuan itu belum lama lulus dari  kuliahnya di Surabaya.

Ayahnya yang seorang dosen itu meninggalkan dunia setelah bermain tennis pada suatu Sabtu pagi.

Sepeninggal sang ayah, Davinsha yang tadinya  melanjutkan kuliah dan sempat bekerja selama satu tahun di kota itu, harus kembali pulang ke Jakarta. Karena dengan perginya sang ayah, praktis ibunya tinggal seorang diri di rumah mereka di Matraman.

Kini, di ruangan rapat, ia duduk terpekur hingga pintu ruangan bosnya terkuak, memunculkan sosok Laras yang wajahnya tampak  sayu namun glowing pada saat bersamaan. Sepertinya, orgasme yang hebat berperan besar dalam  mewujudkan tampilan wajah yang demikian terpuaskan itu.

Tak perlu memanggil professor untuk tahu apa yang barusan mereka lakukan di dalam sana. Davinsha sendiri juga ogah mau tahu.

Ruangan rapat sendiri berada persis di depan ruangan Suta, dengan dinding yang berupa  kaca, membuat perempuan itu tahu apa yang telah  terjadi siang itu di ruangan pribadi bos. Di saat kebanyakan staf lebih memilih untuk ke luar makan siang, dia memang memilih untuk menunggu di sini.

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang