"Kenapa sih, setiap ketemu gue Mas Giri bawaanya nyolot melulu?!" tuntut Davinsha pada Giri.Perempuan itu mengekor langkah Giri yang menggeretnya ke luar dari ruangan. "Salah gue tuh di mana ya, Mas? Gue tuh ke sini karena Melitha chat supaya gue bantuin Mbak Rani jagain Mbak Kemala selama Mas Giri muncak. Gue nggak nyodor- nyodorin diri jadi relawan loh ini!"
Giri meraup wajahnya. Mereka kini berada di lorong rumah sakit. Giri sebenarnya masih kelelahan setelah hiking naik gunung Salak. Begitu turun, dia mengecek ponselnya. Rentetan pesan dari Rani memberondong ponselnya.
Yang jadi pertanyaan, dari mana si Melitha tahu kalau Kemala masuk rumah sakit? Tidak mungkin Rani sampai menelepon kekasih Giri di KL. Rani dan siapa pun keluarga Giri memang tidak dekat dengan Melitha.
Jadi bagaimana ceritanya Davinsha sampai mendengar kabar itu justru dari orang yang berada jauh di luar sana?
Giri kemudian memutar badan. Mengamati penampilan Davinsha. Perempuan yang berdiri di hadapannya itu tampak sangat menawan dalam balutan blus warna putih tanpa lengan dan flare skirt yang membungkus tubuh bagian bawahnya. Mempertontonkan kaki putih mulus dan jenjangnya itu.
Merasa kakinya dijadikan objek penambat pandang lebih lama dari yang seharusnya, mau tak mau Davinsha merasa risi. "Kenapa lihatin kaki gue? Ada yang salah?" sungutnya jutek.
Giri menggeleng. Kemudian mengalihkan pandangan. "Kamu ke sini sama siapa?" mendadak nada bicara Giri berubah menjadi lebih kalem.
"Ngapain pake acara nanya- nanya segala?! Bukan urusan Mas Giri juga!"
Giri bengong sejenak. Dia sendiri tidak tahu harus berkata apa. Melihat Davinsha yang tadinya duduk di pinggir ranjang kakaknya, entah mengapa hal itu sangat mengusik ketenangan Giri. Tidak seharusnya perempuan itu ada di situ. Dan seharusnya Giri juga menjauhinya.
Tapi alih- alih berhasil, setiap ia sudah merasa yakin untuk menjauhi Davinsha, maka saat itu juga niat itu akan terpatahkan dengan kehadiran perempuan itu secara mendadak di tempat- tempat yang tak bisa diprediksi.
Termasuk di rumah sakit ini.
Dari sekian banyak orang yang ada di Jakarta, kenapa harus perempuan itu yang dipilih Tuhan untuk mendampingi kakaknya?
Kenapa bukan sekuriti rumah Pamulang. Atau siapa pun asalkan bukan perempuan yang berdiri dengan wajah kelelahan tapi kakinya tetap menggoda untuk dipandangi itu?
Fix, dedemit yang ada di hutan gunung Salak itu kemungkinan besar memang mengikuti Giri pulang ke Jakarta.
"Mas Giri belum jawab pertanyaan gue yang tadi, ngomong- ngomong!" suara perempuan itu yang kecil, kembali mengoyak ketenangan Giri.
"Pertanyaan yang mana sih?"
"Kenapa selalu nyolot setiap ada gue?"
"Harus banget saya jawab?"
"Wajib. Karena ini tentang diri gue sendiri. Gue ogah dong kalo setiap ketemu Mas Giri gue selalu dimuntahi dengan kata- kata kasar! Seolah-olah gue ini semacam tong sampah, yang bawa sial bagi Mas Giri!"
"Emang beneran kamu bawa sial buat saya."
Mata Davinsha melotot galak. Ia tidak terima dituduh sebagai pembawa sial. Enak saja! Mereka ketemu saja baru beberapa minggu ini kok. Sudah pakai acara ngatain orang lain bawa sial segala!
"Terus Mas maunya apa?"
"Ya kamu jauh- jauh dari saya. " Ujar Giri mantap. Matanya yang tajam itu menusuk tepat ke manik mata Davinsha. Posturnya yang tinggi seolah- olah mampu mengungkung tubuh Davinsha yang mungil. Karena hak sepatu setinggi tujuh senti tidak bisa berbuat banyak. Tidak bisa membuat Davinsha mengimbangi tinggi Giri. "Bisa?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercontrol
Literatura FemininaDavinsha tak bermaksud mengkhianati persahabatannya dengan Mel. Segalanya terjadi begitu saja. Hubunganya dengan Giri bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Bertahun- tahun lamanya Giri mencoba melupakan kejadian di kamar kosnya bersama Davinsha. Lel...