Davinsha berlari dengan kecepatan yang membuatnya dihadiahi pelototan tajam oleh para tenaga kesehatan yang wara- wiri sambil mendorong brankar.
Suasana di salah satu rumah sakit paling bergengsi di bilangan Pondok Indah itu, meski sudah didekor dengan penuh kemewahan dan fasilitas setara hotel bintang lima, namun tak dapat menyembunyikan aroma ketegangan para keluarga pasien.
Ketika ia mendekati bagian informasi, Ananta datang mencegatnya. Melihat sahabat sang adik berurai air mata dengan wajah pucat dan bibir kering, membuat naluri melindungi Ananta muncul begitu saja.
Kedua lengannya terbuka untuk meraih Davinsha ke dalam rengkuhannya. Davinsha tidak punya kuasa untuk menolak. Hatinya punya jalan sendiri. Logika dan pikirannya entah tertinggal di mana.
Perempuan itu tersedu- sedu di dada Ananta yang mengusap rambutnya dengan lembut. "Mel ....?"
"Dia masuk ICU. Koma." Ujar Ananta.
Ada kegelisahan di mata Davinsha. Dan Ananta pun segera memahaminya. "Mel mencuri mobil Giri. Dia sengaja menabrakkan dirinya ke pembatas jalan di tol dalam kota. Kamu nggak perlu khawatir sama kondisinya Giri."
Tubuh Davinsha seketika merosot di lantai. Ananta pun ikut menggelosor. Kini Davinsha terisak keras. "Ini semuanya gara- gara saya kan, Mas? Dia melakukan ini untuk menghukum saya kan?" Davinsha meneruskan isaknya dengan kepala menunduk. Bahunya terguncang keras. Pertanda tangisannya semakin menjadi.
Tak banyak yang bisa dilakukan Ananta selain memeluk perempuan itu. Menyalurkan kekuatannya. Juga rasa cinta yang entah sejak kapan ia pendam.
***
Giri masih berdiri mematung di luar ICU. Matanya nanar menatap tubuh Melitha yang dipasangi berbagai selang untuk menunjang keberlangsungan hidupnya.
Ia memang masih koma. Prognosisnya buruk. Giri tahu. Lelaki itu pernah mengalami hal yang serupa. Ketika itu, dia harus menunggui kakaknya yang juga terbaring di ICU pasca kecelakaan.
Saat itu, mobil dalam kendali Anthony--- yang hanya mengalami cedera ringan--- sementara Kemala harus menggantungkan kesehariannya pada kursi roda hingga kini.
Yang terjadi kali ini tidak begitu.
Awalnya, makan malam berjalan lancar- lancar saja. Obrolan pun tidak kaku seperti yang sebelumnya Giri bayangkan. Namun, ketika di akhir acara makan malam tersebut Giri harus menerima telepon.
Giri meninggalkan mejanya. Bersama ponsel dan kunci mobil hardtop miliknya. Ketika lelaki itu kembali, Melitha sudah menghilang. Namun sebenarnya Giri masih sempat mengejarnya. Hanya saja, Melitha sudah melompat masuk ke mobil. Selanjutnya, mobil itu dipacu dengan gila- gilaan.
Giri mencoba menyusul dengan taksi yang kebetulan terparkir di depan restoran yang berada di Mal kawasan Kebayoran.
Ketika ia sudah berhasil menyusul mobil tersebut, segalanya sudah terlambat. Mobil itu terhantam ke pembatas jalan. Segalanya terjadi begitu cepat.
Bu Rukmini tidak berhenti menangisi keadaan putri bungsunya. Ia menyesali diri karena selama ini terkesan acuh tak acuh dengan putrinya itu.
Bu Rukmini sibuk melipur laranya sendiri akibat ulah suaminya. Sakit yang dipendamnya bertahun- tahun pada akhirnya menemukan pelampiasannya. Dan segalanya tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu.
Kemungkinan besar, wanita tua yang malang itu akan kehilangan putri satu- satunya.
Pukul sebelas malam, Pak Cokrosusilo muncul bersama istri keduanya--- Ibu Marlena. Perempuan itu tampak sangat anggun dalam balutan tunik ungu dengan rambut disanggul rendah. Dia langsung mengambil tempat di samping Rukmini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercontrol
ChickLitDavinsha tak bermaksud mengkhianati persahabatannya dengan Mel. Segalanya terjadi begitu saja. Hubunganya dengan Giri bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Bertahun- tahun lamanya Giri mencoba melupakan kejadian di kamar kosnya bersama Davinsha. Lel...