Tiga Belas

27.1K 1.9K 47
                                        


"Lo lagi PMS ya? Suram banget tuh muka!" Ardha nyeletuk. "Acaranya nggak berjalan lancar?"

Giri hanya menoleh sekilas ke arah sahabatnya. Wajahnya semuram langit bulan Desember. Malam itu, keduanya sepakat untuk ketemuan di angkringan di bawah jembatan di daerah Jakarta Barat. Ditemani secangkir susu jahe untuk Giri dan es teh manis untuk Ardha.

Angkringan  itu adalah tempat nongkrong sejak mereka masih berstatus sebagai mahasiswa. Pemiliknya seorang pria berusia pertengahan lima puluhan puluhan. Dari beliau, Giri punya keyakinan untuk merintis usaha sendiri.

Pak Mul, nama pemiliknya punya tiga orang anak. Yang pertama bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan, yang kedua bekerja sebagai pegawai BUMN, dan yang bungsu punya warung sate taichan di Margonda Depok sana.

Intinya, dari hasil si Bapak telaten berjualan angkringan, semua anaknya bisa jadi orang. Sebab sejak ditinggalkan Davinsha sepuluh tahun yang lalu, Giri sempat down. Agak stres mikirin perempuan yang menghilang begitu saja seperti angin.

Semenjak hari itu, Giri rutin menyambangi si Bapak. Melihat Giri luntang-lantung tak jelas, Pak Mul mengajaknya ngobrol. Lalu pria yang waktu itu masih  berusia relatif muda, memberi wejangan yang membuat semangat Giri bangkit dengan perlahan.

"Kalo Mas Giri begini terus, ke depannya mikir nggak mau jadi apa? Kita ini laki- laki, Mas. Tanggungjawab kita lebih besar. Dan itu semua harus dimulai dari sekarang. Kalo enggak nanti waktu sudah dekat menikah kita malah jadi bingung. Mau menghidupi anak perempuan orang itu ya berat. Selain harus siap secara fisik, mental, juga harus siap secara finansial. Jangan sampai... kita udah nikah baru bingung gimana cara hidupin anak- istri. Dan kalo bisa, kita jadi pihak yang menggaji, Mas Giri. Biar bisa buka lowongan pekerjaan juga!"

Sebelum punya Panda Grill, Giri juga pegawai Pandora. Perusahaan IT Development yang cukup bonafide milik senior  mereka dulu. Pelan namun pasti, dia menabung untuk membeli satu unit food truck.

Sempat ganti- ganti menu jualan. Waktu makanan pedas lagi booming, Giri berjualan martabak pedas. Sempat mencatat keuntungan pada bulan- bulan pertama. Setahun  kemudian, usaha martabak itu mengalami penurunan drastis. Karyawannya yang waktu itu tiga orang, satu persatu mulai mengundurkan diri.

Usaha kedua adalah makanan ala negeri ginseng. Seperti tteokbokki, eomuk, corn dog, dan sebagainya. Bisnis ini sempat bertahan agak  lama. Yaitu selama dua tahun. Hanya saja, kali ini permasalahannya adalah salah satu karyawannya mengutil uang hasi penjualan.

Waktu itu Giri stres bukan main. Kemala dan Pak Mul kemudian memberi semangat pada Giri untuk terus berusaha. Kemala malah menawarkan modal yang kemudian ditolak mentah- mentah oleh Giri.

Meski berasal dari keluarga yang terbilang kaya, sejak dulu ibu Giri selalu mendidik kedua anaknya untuk mandiri secara finansial. Jadi, meski sebenarnya tanpa repot- repot bekerja , Giri sudah bisa hidup enak,  namun pria itu tetap getol untuk berusaha hingga berada di posisi sekarang ini.

Saat mengerjakan proyek di Bali, dia berkenalan dengan turis dari Thailand. Seorang pria kekar bernama Andrew, dan mereka banyak ngobrol serta bertukar pikiran. Giri bercerita tentang bisnis food truck yang sudah bangkrut dua kali. Andrew memberikan saran untuk menjual sosis bakar di dekat tempat hiburan malam.

Giri sangat berterima kasih atas saran Andrew. Yang tak disangka pria itu, Andrew kemudian mengatakan ketertarikannya pada Giri. Pada titik itu, Giri langsung menghilang dari radar pria yang jauh lebih kekar dari Giri itu.

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang