"Aduh Mbak, mendingan ke klinik ato ke RS aja deh, ya. Ini badan Mbak Vin panas banget kayak setrikaan yang disetel pol panasnya! Mbak juga udah bolak- balik ke WC empat kali!" Imelda mengomel panik. Sementara Davinsha menggigil kedinginan di atas kasur . Imelda jadi stress sendiri.
"Paling enggak kalo di rumah sakit, kita tahu, Mbak Vin sakit apa. Ini badan udah panas banget, loh. "
Davinsha semakin pusing mendengar omelan Imelda. "Udah deh, dikasih obat juga ntar sembuh. Lo sih nggak usah bawel. Tambah pusing nih gue...."
"Nggak mau tahu, pokoknya gue mau telepon resepsionis. Gue betulan bakalan bawa Mbak Vin ke RS. Ketimbang lewat di sini, gue takut. Takut kalo Mbak Vin gentayangin gue habis ini!" tangan Imelda lincah menekan nomor ke resepsionis hotel. Dia minta dipanggilkan ambulans.
****
"Ini gejala tifus." Dokter yang baru datang besok paginya mengumumkan.
"Hah, tifus dok?"
"Iya."
"Jadi kami nggak boleh perjalanan kembali ke Jakarta dong, Dok. Aduuuuh!" Imelda bergaya dramatis dengan memegangi kepalanya. Jadi pusing sendiri. Niat hati hari terakhir ini dia mau seneng- seneng, eh malah buntut-buntutnya mesti nungguin orang sakit.
"Sebaiknya istirahat dulu selama tiga hari. Kasihan, ususnya belum kuat."
Si dokter kemudian pergi. Imelda menjambaki rambutnya sendiri. Harus ngurus orang sakit di antah berantah begini sih bencana. Tapi mau ditinggalin juga tidak tega. Biar gimana juga Davinsha ini bukan sekedar atasan Imelda, melainkan juga sahabatnya.
"Mel, " Davinsha mengerang, "lo kalo mo balik, balik gih. Gue sendirian di sini juga nggak apa- apa."
"Ngawur aja sih!" sungut Imelda gemas. "Di sini emang Mbak Vin kenal siapa? Entar gue bisa- bisa digantung kebalik sama pacarnya Mbak Vin yang duda itu. "
Davinsha menyipitkan matanya. Agak kaget juga mendengar rentetan kata- kata Imelda barusan. "Duda?" ulangnya kaget.
Imelda mengangguk.
"Sejak kapan gue pacaran sama duda?"
"Gosipnya begitu yang santer beredar di kantor." Imelda berujar agak takut- takut.
Kerutan berbaris di dahi Davinsha.
"Ada yang pernah lihat Mbak Vin jalan sama laki yang gendong anak gitu. Jadi deh tuh gosip menyebar luas!"
"Ya tapi kan gue pacaran sama siapa juga bukan urusan orang lain, Mel!" Davinsha sewot. Enak saja love live nya bisa begitu saja jadi konsumsi publik. Memang ini orang- orang tidak punya kerjaan lain selain jadi biang gosip urusan orang.
Davinsha manyun.
"Mbak ...." Imelda memanggil takut- takut. Takut kalau atasannya sampai ngambek. "Jangan ngambek dong."
"Enggak ngambek."Davinsha menyahut. "Kamu kalo mo balik, balik aja sana. Gue nggak usah dipikirin. Hari ini nggak usah masuk kerja. Lusa aja sekalian. Lo pasti cape banget. Apalagi harus ngurusin gue begini. Ntar gue yang ngomong langsung sama HRD dan bos."
Dalam hati Imelda tersenyum selebar lapangan. Tuh kan? Bosnya tuh memang terbaik. Kita tidak bisa dapat bos sebaik ini dua kali dalam hidup ini!
"Tapi, Mbak ...."
"Udah dong jangan drama! Mau kalo gue berubah pikiran? Hngggg?"
Imelda buru- buru ngacir.
Setelah Imelda ngacir, Davinsha langsung menghubungi Anye. Memang satu orang itu saja yang terpikir di otak Davinsha. Tidak mungkin juga menghubungi ibunya lantas membuat wanita itu panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undercontrol
ChickLitDavinsha tak bermaksud mengkhianati persahabatannya dengan Mel. Segalanya terjadi begitu saja. Hubunganya dengan Giri bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Bertahun- tahun lamanya Giri mencoba melupakan kejadian di kamar kosnya bersama Davinsha. Lel...