Sebelas

29.9K 1.8K 98
                                        

"Kata gue lo aneh sih, Gir." Bagas akhirnya berkomentar. Malam itu, mereka bertiga nongkrong di Panda Grill yang ada di Heracleion.

Kebetulan, Bagas lagi longgar juga jadi bisa ikut menggetok kepala Giri yang  keras dan sepertinya mulai tidak  beres itu.  Giri baru saja mengeluarkan uneg- unegnya tentang Davinsha pada kedua sahabatnya itu. Sudah beberapa hari ini Giri dipusingkan dengan pikiran- pikirannya yang semakin meliar tentang Davinsha.

"Gue tahu sih, lo lagi  dilema banget. Davinsha memang cakep dan nyenengin banget dilihatnya. Walau nggak sefantastis penampilan Melitha yang canggih itu." Ardha menimpali. "Tapi kan lo udah mulai lagi hubungan sama si Melitha. Please deh, Giri. Lo nggak mungkin bikin anak orang sakit hati kan?" lanjut Ardha gemas.

Di hadapan mereka ada satu pak root beer dan sepiring frankfurters bakar yang menguarkan aroma gurihnya daging olahan.

Giri terpekur mendengar komentar dua sahabatnya. Pendapat mereka memang ada benarnya. "Sebaiknya lo jauhin tuh cewek deh, Gir. "

Giri malah melotot ke arah Ardha. "Lo yang waktu itu koar- koar ke gue waktu pertama kali lihat Davinsha di lobi Ranjana kan." Tuduhnya. "Kalo waktu itu lo nggak sok- sokan ber- ramah- tamah dan bilang kalo ketemu dia, dan giring dia ke gue, sudah pasti kejadiannya nggak akan seperti ini."

"Lah kok jadi gue yang salah?" Ardha garuk- garuk rambutnya yang tidak gatal. Karena dia kan rajin keramas. Bingung dengan serangan balik yang  dilemparkan dengan telak oleh sahabatnya itu.

"Tapi intinya yang diomongin Ardha tadi bener deh, Gir. Lo mestinya jauhin Davinsha kalo nggak mau nantinya jadi ribet sendiri. " Bagas menimpali. "Lebih- lebih, kalo niat lo sama Melitha itu serius. Lo nggak mungkin seenaknya ngegilir  anak orang juga,  kan? Lagian seluruh keluarganya udah tahu kalo kalian deket dan menuju ke arah sana."

"Kecuali kalo elo udah mutusin untuk nggak lanjut sama Melitha. Kita- kita sih dukung keputusan elo, Gir. Yang penting, elo bahagia, nyaman, entah itu sama si Davinsha atau Melitha."

"Tapi jangan dua- duanya juga lo embat! Ini kita kaum jomblo akut bisa- bisa nggak kebagian kalo ada banyak orang macam elo. Satu orang dua cewek!"

***

Stock opname masih berlanjut. Para penyelia  bagian fashion masih harus melaporkan jumlah stok di toko masing- masing  dengan yang ada di komputer Davinsha. Hal itu cukup menyibukkan perempuan itu sepanjang  hari ini. Hal itu juga membantu mendistraksi pikiran Davinsha  dari segalanya tentang Giri.

"Mbak Vinsha enggak cari makan? " Imelda yang sudah pucat karena waktu makan siang hampir terlewati, namun mereka belum mengisi perut sama sekali, muncul di ambang pintu ruangan.

Mereka hanya minum air dan rasanya hampir kembung. Punya toko lebih dari satu dan tersebar di seluruh Jawa, Sumatra dan Bali memang bikin pusing kepala. Untung saja, stok di beberapa toko itu cocok dengan data di komputer Davinsha yang berada di kantor pusat. Coba kalau nggak? Sudah pasti perempuan itu bakal menembak kepalanya sendiri, setelah dia berhasil menembak kepala bosnya.

Setiap satu jenis model pakaian, biasanya Davinsha akan memberi satu lusin barang. Kecuali untuk barang yang memang laku keras seperti kemeja putih berbahan chiffon atau rok model A line dengan warna- warna netral yang biasanya banyak diburu para perempuan pekerja.

Kalau pada bulan itu ada enam model pakaian baru, bisa dibayangkan betapa ribetnya mengecek item satu persatu. Berapa item yang datang, berapa item yang terjual. Sisa stok. Berapa barang yang mesti diretur.

Untungnya, Davinsha hanya bertanggungjawab untuk membantu area jabodetabek saja. Kalau harus menangani seluruh Jawa, Bali, dan Sumatra, Davinsha bisa tremor juga.

UndercontrolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang