Almiera - Empat Belas

727 65 0
                                    

"Permisi pak." Almiera mengetuk pintu ruangan Abimanyu untuk menyerahkan dokumen yang diminta oleh Abimanyu sebelum makan siang dan baru selesai di kerjakan oleh Almiera sekitar pukul tiga sore.

"Masuk Al." Abimanyu menutup map di tangannya dan melihat ke arah Almiera yang berjalan ke arahnya.

"Maaf, baru selesai." Kata Almiera sembari meletakkan map di atas meja Abimanyu dan duduk di hadapan pria itu.

"It's ok. Gimana keadaan kamu? Udah mendingan?" Tanya Abimanyu.

"Udah sehat kok, pak." Jawab Almiera formal.

"Di ruangan ini cuman ada kita, panggil aja Abi nggak papa." Kata Abimanyu.

"Tapi ini di kantor, pak." Tolak Almiera.

"Ok, kalau kamu ngrasa lebih nyaman panggil saya Pak, walaupun saya nggak nyaman banget dengernya." Kata Abimanyu.

"Oh ya, sorry kemarin saya nggak pamitan sama kamu sama ibu kamu pas di rumahsakit." Kata Abimanyu.

"Iya, saya nyari-nyari bapak. Tapi udah nggak ada." Almiera tersenyum sekilas, "Saya sampai belum sempet ngucapin terimakasih udah bantu saya dan keluarga saya selama di rumahsakit." Kata Almiera.

"Sama-sama." Jawab Abimanyu singkat.

"Saya pulang waktu itu karena ngerasa ada kecanggungan besar diantara kita terutama setelah saya mengutarakan apa yang ada di hati saya ke kamu langsung dan semendadak itu." Kata Abimanyu. "Mungkin buat orang yang baru mengeal saya, itu terkesan sembrono, tapi saya emang orangnya to the point, Al." Terang Abimanyu.

"Maaf pak." Almiera tertunduk. "Hidup saya itu complicated, terlalu banyak luka di masalalu yang saya sendiri belum bisa dealing dengan itu. Saya nggak mau melibatkan orang lain dan membuat waktu mereka untuk apa yang saya sendiri nggak yakin bisa saya lakukan." Kata Almiera.

"Saya paham, kejadian itu pasti menimbulkan trauma di dalam diri kamu." Kata Abimanyu. "Tapi kalau mau kasih saya kesempatan, saya bisa menunggu." Kata Abimanyu.

Almiera menghela nafas dalam, "Kamu lihat saya dari apanya sih? Apa yang membuat kamu tertarik sama saya?" Tanya Almiera seolah menanggalkan semua atribut formal yang dia kenakan sebelumnya di hadapan bosnya itu.

"Whole package." Kata Abimanyu.

Almiera tersenyum, "Saya pernah menjalin hubungan dengan seseorang lebih dari duabelas tahun dan dia meninggalkan saya. Seharusnya anda belajar dari itu, the whole package that you see in me, it's not enough." Almiera menelan ludah.

"May be that not your fault. May be he never feel greetfull with what he had. May be the problem is in him, not you." Jawab Abimanyu.

"Believe me, it's always takes two to tanggo. Jadi nggak mungkin salahnya hanya ada di dia. Pasti aku juga salah." kata Almiera.

Abimanyu tersenyum, "Nggak bisa ya, kamu tanggalkan dulu semua atribut ketakutan kamu itu dan kita coba dari awal. Just you and me, and Shanon and your family. Aku nggak ada urusan sama masalalumu, karena aku melihat kamu sebagai Almiera yang bebas, terlepas dari masalalunya." Kata Abimanyu.

"Tapi masalaluku itu nggak akan pernah lepas." Kata Almiera. "Dia papanya Shanon, dan akan selalu ada ikatan diantara dia dan Shanon."

"That's true." Jawab Abimanyu. "Dan itu nggak masalah banget buat aku." Kata Abimanyu.

"Dan semua orang kantor akan mengangguk paham, kalau ternyata aku kerja di tempat ini sekaligus buat godain kamu. Mereka akan menstempel aku sebagai wanita materalistis." Almiera menjawab.

"You create another scainess on your own." Kata Abimanyu. "Inilah bedanya orang bule sama orang Indonesia. Bule itu nggak peduli dengan latar belakang, yang penting hubungan antar personal, nggak peduli gosip, atau pandangan orang lain." Abimanyu menatap Almiera dalam.

"Saya lahir dari pasangan Jawa, dan besar di Indonesia. Jalan-jalan keluar negeri bisa di hitung pakai jari seumur hidup saya. Jadi wajar kalau saya seperti itu." Jawab Almiera.

"Ikut saya ke Ausey." Kata Abimanyu.

Almiera tersenyum tak percaya dengan ajakan itu.

"You deserve better boss." Almiera tersenyum sembari bangkit dari tempatnya duduk.

"Don't dictate me about what is deserve or not, I know what best." Abimanyu menjawab.

Almiera tersenyum sekali lagi, "But she is not me." Jawab Almiera.

"Saya berangkat besok pagi, kamu punya waktu dua belas jam untuk memutuskan sebelum saya pergi." Kata Abimanyu tepat sebelum Almiera membuka pintu ruangan bosnya itu. Almiera menelan ludah, saat itu seperti jantungya melompat dalam satu kali lompatan cepat dan itu membuat Almiera menoleh ke arah Abimanyu.

"You know what's the answer boss." Almiera tersenyum dan Abimanyu tetap menatap wanita itu sampai dia meninggalkan ruangan.


============================

Cerita sudah tamat di Karya Karsa & Google Playbook.

Buat yang nggak sabar pengen nuntasin bisa langsung ke Karya Karsa / Google Playbook ya... ^-^


AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang