Almiera - BAB 18

663 58 0
                                    

"Ini nggak ada makanan?" Tanya Panji begitu masuk ke apartment. Di apartment type studio itu terlihat semuanya berantakan, piring bekas makan semalam bahkan belum berpindah dari tempatnya.

"Ya kamu beli dong!." Ujar Sharen sembari berbaring di atas ranjang dan mengelus perutnya yang mulai buncit.

"Ini piring juga nggak bergerak dari semalem di sini sampai jamuran." Protes Panji.

"Aku kan nggak bisa nyuci piring, kuku aku sayang rusak. Menicure pedicure sekarang mahal." Jawab Sharen.

Panji menghela nafas dalam, dengan kesal dia memungut piring kotor dan gelas kotor kemudian membawanya ke wastafel. Sebuah pekerjaan rumah yang nyaris tak pernah dia kerjakan selama menjadi suami Almiera.

Yang dia tahu hanya bangun tidur sudah disediakan kopi, sarapan, kemudian mengantar jemput Shanon, dan mengurus studio, semua pekerjaan domestik dikerjakan oleh Almiera meskipun dia juga harus bekerja di kantor.

"Terus kamu seharian ngapain aja?" Tanya Panji sembari menggulung lengannya dan mulai mencuci semua piring kotor.

"Rebahan, tadi ke rumah Ochi bentar terus ke salon." Jawab Sharen.

"Emang kamu punya uang, kok ke salon?" Tanya Panji.

"Kan kartu kredit kamu ada." Ujar Sharen dengan senyum.

Panji menghela nafas dalam, tagihan kartu kreditnya yang bulan lalu saja belum dia bayar dan bulan ini hampir semua kebutuhan di bayar dengan kartu kredit.

"Jangan boros kenapa sih sayang?" Tanya Panji.

Sharen menjawab, "Laki-laki bilang isterinya suruh cantik tapi jangan boros. Emang skin care itu hasil meramu?" Tanya Saharen. "Sekarang mana bisa orang hidup nggak pake uang, kencing di SPBU aja bayar." Kata Sharen kesal.

Panji menghela nafas dalam, jika terjebak dalam situasi seperti ini, ingin rasanya dia memutar waktu dan menghentikan dirinya dari tindakan bodohnya menghianati Almiera.

"Maaf ya, kartu kreditku kemarin kepake beli lensa. Bisa nggak kamu bayarin dulu, besok kalau udah ada job aku ganti?" Itu isi pembicaraan antara Almiera dan dirinya saat awal merintis.

"Tadi pagi udah aku bayar kok." Jawab Almeira santai. "Demi karir kamu, aku pasti dukung. Nggak usah mikirin kapan mau ganti. Yang penting kalau ada job, kamu pakai uangnya buat tambah-tambah peralatan yang kamu butuhin aja." Itulah yang dikatakan Almiera jika Panji dalam keadaan sulit. Dan sekarang yang bisa dilakukan Sharen hanyalah menghamburkan uangnya, memakan kartu kreditnya hingga limit dan selalu membantah kata-katanya.

***

Di rumahnya, Almiera sedang duduk di balkon yang ada di kamarnya, sementara itu Shanon sudah jatuh tertidur.

"Halo . . ." Almiera menerima panggilan dari Abimanyu.

"Lagi ngapain?" Tanya Abimanyu.

"Di luar kamar, di balkon cari udara segar." Jawab Almiera.

"Ada masalah?" Tanya Abimanyu.

Almiera menghela nafas dalam, "Habis ngobrol sama Shanon. Ngambek dia." Jawab Almiera.

"Kenapa?" Tanya Abimanyu penasaran.

"Pagi ini, Panji tiba-tiba dateng ke sekolahan dan nodong dia buat ngomong. Shanon lari masuk lewat gerbang dan baliknya ngambek nggak mau ngomong sama siapapun. Kamarnya di kunci, nggak makan dari pulang sekolah." Terang Almiera.

"Terus sekarang?" Tanya Abimanyu.

"Aku udah bujukin, dia mau ngobrol walaupun isinya semua adalah bentuk protes dia dan marahnya dia ke aku. Habis itu dia mau makan terus sekarang dia udah tidur." Jawab Almiera secara garis besar.

"Kenapa dia nekat nemuin Shanon di sekolah?" Tanya Abimanyu lagi.

"Nggak tahu, makin nggak jelas emang tu orang." Jawab Almiera.

"Terus kamu ketemu juga sama mantan kamu?" Tanya Abimanyu, pria itu bahkan enggan menyebut nama Panji meskipun dia tahu bahwa mantan suami Almiera bernama Panji.

"Posisinya aku masih ada di situ pas Panji tiba-tiba nyamperin Shanon. Aku terpaksa keluar dan kasih peringatan juga ke Panji untuk nggak ngelakuin hal itu lagi. Shanon butuh waktu buat di ajak ketemu." Jawab Almiera.

"Oh . . ." Abimanyu tidak memberikan banyak komentar.

"Kok oh-?" Tanya Almiera.

"Ya nggak papa, toh itu mantan kamu." Kata Abimanyu. "Ya wajar kalau kalian berinteraksi." Jawabnya.

"Aku bukan berinteraksi manis-manis, aku marah sama dia." Almiera berusaha menjelaskan.

Abimanyu tersenyum untuk dirinya sendiri, "Ya aku paham, nggak perlu kamu jelasin. Lagian aku tu percaya banget sama kamu." Kata Abimanyu. Kalimat itu membuat Almiera tersipu malu.

"Nanti balik dari Ausey aku temuin Shanon ya. Mungkin dia butuh pelampiasan buat ngilangin ngambeknya." Kata Abimanyu.

"Makasih ya udah perhatian sama Shanon." Kata Almiera.

"Ya kan kalau mau dapetin mamanya, harus dapetin hati anaknya dulu." Jawab Abimanyu, dan kalimat itu membuat Almiera tersenyum dengan wajah bersemu merah. Dia bahkan kehabisan kata-kata untuk diucapkan setelah itu.

"Oh ya, gimana Grand Openingnya? Sukses?" Tanya Almiera.

"Sukses, tamu udah lumayan banyak yang dateng. Restoran juga penuh pas lunch. Lumayan lah, buat sampingan, cukup buat menghidupi kamu sama Shanon." Goda Abimanyu.

"Bisa nggak sih kamu nggak gombal?" Protes Almiera, karena sekali lagi dia dibuat tersipu-sipu, layaknya anak ABG sedang kasmaran.

"Aku nggak gombal, aku sungguh-sungguh." Jawab Abimanyu. "Kamu tahu nggak, awalnya aku tu kerja kaya nggak punya tujuan. Tapi sekarang aku jadi punya tujuan." Ujar Abimanyu.

"Buat menghidupi aku sama anakku?" Tanya Almiera.

"Secepatnya kamu kasih lampu hijau, secepatnya aku bawa kamu ke orang tuaku di Australia." Abimanyu menjawab.

"Jangan sembrono kamu." Tolak Almiera.

"Kok sembrono sih, orang aku serius." Jawab Abimanyu.

Almiera tersenyum untuk dirinya sendiri, "Aku belum siap." Katanya lirih.

"Masih banyak waktu. Pelan-pelan aja." Abimanyu menjawab, "Kamu kasih kesempatan aku masuk sejauh ini aja aku udah seneng." Katanya.

"Makasih ya udah sabar menghadapi semuanya." Kata Almiera.

"Makasih juga udah buka hati kamu." Kata Abimanyu.

"Lagi ada live music ya di sana?" Tanya Almiera.

"Iya, aku masih di hotel. Ini di lounge nya." Kata Abimanyu.

"Oke kalau kamu lagi kerja, dilanjut ya." Tutup Almiera.

"Ya, kamu istirahat gih. See you soon." Tutup Abimanyu.

"See you soon."

Panggilan berakhir dan Almiera menatap layar ponselnya. Mendadak jemari kurusnya mengetik pada pencarian Google. "Abimanyu Prawira" Dan keluarlah berbagai artikel tentang Abimanyu. Tapi Almiera memilih "Image" dan kemudian tertampil di layar pencarian mesin Google ratusan foto Abimanyu dalam berbagai acara.

"Kok bisa sih ada orang seperti kamu." Gumam Almiera sembari mengagumi ketampanan wajah Abimanyu yang dia peroleh dari mesin pencari Google.




AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang