Panji baru saja menurunkan Shanon di depan rumah dan gadis itu melambaikan tangan dengan ceria pada sang ayah. Setelah mobil Panji pergi dari rumah itu, Shanon melangkah masuk menuju rumahnya dengan beberapa kantong belanjaan.
"Mama belum balik sih udah malem." Gumam Shanon saat melihat tidak ada mobil di area parkir.
"Bi Sum . . ." Shanon mengetuk pintu dan bi Sum segera membukanya.
"Kok malem banget baliknya non?" Tanya bi Sum.
"Makan dulu soalnya." Jawab Shanon singkat. "Mama kemana?" Tanya Shanon.
"Tadi sih katanya mau ketemu sama bu Vivi." Jawab bi Sum.
"Tumben sampai malem banget belum balik." Gumam Shanon.
"Non mau makan lagi atau mau langsung mandi?" Tanya bi Sum.
"Mandi aja deh, capek banget muter-muter seharian. Aku mau langsung tidur ya." Ujar Shanon.
"Ok." Jawab bi Sum.
Baru saja menaiki tangga sampai anak tangga kedua, tiba-tiba terdengar suara kaca pecah di lantai bawah.
"Astaga!" Teriak bi Sum.
Rupanya ada seseorang yang melempari kaca depan rumah dengan batu hingga kaca ruang tamunya pecah.
Bi Sum dan Shanon tampak ketakutan, mereka berpelukan dan tidak berani keluar dari rumah. "Aku telepon papa aja, papa pasti belum jauh." Ujar Shanon. Dia segera mengambil ponselnya dan menghubungi sang ayah. "Papa . . . ada orang yang nglempar kaca rumah pakai batu." Ujar Shanon dengan suara terisak, dia sudah sangat ketakutan.
"Papa kesini lagi dong." Pinta Shanon.
"Ok, papa puter balik." Jawab Panji cepat.
Tak butuh waktu lama untuk Panji memarkirkan mobil di halaman dan segera berlari ke arah pintu. Bi Sum dengan gemetaran membukakan pintu untuk Panji.
"Pak . . ." Sapa bi Sum.
"Kalian nggak papa?" Tanya Panji begitu berhasil masuk rumah dan melihat bi Sum. Sementara Shanon langsung berlari ke arah ayahnya dan memeluknya erat.
"Takut pa . . ." Shanon masih terisak.
"Jangan takut, ada papa sekarang." Ujar Panji sembari memeluk Shanon dan mengajak puterinya itu duduk di sofa.
"Saya buatkan teh dulu ya pak." Bi Sum yang masih gemetaran terlihat berjalan ke arah dapur.
Sementara itu tak berapa lama kemudian terdengar suara mobil Almiera masuk ke halaman rumah.
"Kok masih ada di sini sih si Panji?" Gumam Almiera begitu melihat mobil Panji terparkir di halaman. Almiera mematikan mesin mobil dan membuka bagasi untuk mengambil beberapa barang belanjaannya. Dengan beberapa kantong belanjaan dia berjalan masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci.
"Mama . . ." Shanon berlari ke arah Almiera dan bi Sum yang baru saja menghidangkan teh untuk Panji menghampiri Almiera.
"Biar saya bawa masuk bu." Ujar bi Sum sembari mengambil beberapa tas belanjaan dari tangan Almiera.
Panji juga bangkit berdiri dan menghampiri Almiera.
"Kok kamu masih di sini?" Tanya Almiera sedikit ketus.
Panji melihat ke arah kaca yang berserakan di lantai, "Ada orang yang nglemparin rumah pakai batu." Ujar Panji. "Shanon panik terus telepon aku, jadi aku puter balik." Jelasnya.
Almiera menoleh dan matanya membulat, "Kok bisa sih" Dia terlihat mulai panik. "Sayang kamu capek pasti, naik ke atas, mandi terus istirahat." Ujar Almiera pada Shanon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almiera
RomanceKisah tentang seorang wanita yang sudah berumahtangga selama duabelas tahun, tapi kemudian tiba-tiba di tinggalkan begitu saja oleh suaminya karena wanita lain. Perceraian tidak bisa di hindarkan lagi, dengan berpegang pada tanggungjawabnya untuk me...