Almiera terlihat gelisah menatap arloji yang melilit tangan kurusnya berkali-kali. Bahkan sejak pukul sebelas, Almiera sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
"Makan yuk Mir." Ajak Indri, sang sekretaris Boss.
"Eh lu, mentang-mentang bos lu nggak ada, lu kaya kurang kerjaan gitu ya?" Goda Almiera.
"Swear, gue gabut banget tau beberapa hari ini." Keluh Indri. "Nggak ada boss tu kaya hidup gue kurang berwarna." Candanya sembari duduk di hadapan Almiera.
"Gue ada janji makan siang sama mantan." Jawab Almiera jujur.
"Mantan laki lo?" Tanya Indri. "Balikan lo sama dia?" Tanya Indri penasaran.
"Ya, nggak mungkin dong." Tukas Almiera tegas. "No turning back kalau gue sama mantan, tapi kan bagaimanapun dia ayah dari anak gue. Gue nggak mungkin egois melarang anak gue ketemu ayahnya karena permasalahan yang gue alami sama si mantan." Terang Almiera.
"Mantan lo udah nikah lagi?" Tanya Indri.
"Enggak, tapi cewenya hamil deh kalau nggak salah." jawab Almiera.
"Kumpul kebo?" Tanya Indri semakin penasaran.
"Gue nggak peduli dan gue nggak pengen menjudge apakah itu kumpul kebo or what ever, not my business either, Ndri." Jawab Almiera.
Indri mengangguk paham, "Kadang gue tu bingung sama orang nikah, terus cerai. Ngapain nikah, coba?" Protes Indri yang memang kebetulan masih single di usia tigapuluhan.
"Ya people change Ndri, terkadang visi misi juga bergeser, rasa cinta berkurang, gairah menurun, soal keuangan, soal komunikasi, privasi, banyak faktor lah." Jawab Almiera.
"Itulah, kenapa gue lebih seneng bikin mamak gue darah tinggi neriakin gue suruh kawin daripada gue bikin mamak gue stroke gara-gara tahu gue cerai sama laki pilihannya." Ujar Indri.
"Tapi bukan berarti lo jadi harus takut dengan pernikahan Ndri. Gue tu salah satu contoh yang gagal, tapi banyak juga kok contoh rumahtangga yang bahagia. Dan lo jangan skeptis memandang pernikahan karena begitu banyak kegagalan yang lo lihat." Ujar Alimiera.
"Ya udah deh, kalau lo mau makan sama mantan lo. Ati-Ati CLBK lho . . ." Goda Indri.
"NO WAY!" Jawab Almiera.
"Cinta lama belom kelar." Indri tersenyum lebar sebelum benar-benar keluar dari ruangan Almiera.
Benar saja beberapa menit kemudian sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Almiera. Pesan singkat itu berisi lokasi dimana Panji menunggunya untuk makan siang. Almiera menjawab "Ok" dan dia segera mengemasi barang-barangnya kemudian berjalan menuju area parkir mobil.
Almiera segera berkendara dengan mobilnya dan menuju ke restoran yang di tunjuk Panji. Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit sebelum akhirnya Almiera tiba di lokasi, tampaknya Panji sengaja memilih lokasi yang tidak jauh dari kantor Almiera.
"Hai . . ." Panji berniat memberikan pelukan pada Almiera tapi wanita itu mengulurkan tangannya sebagai balasan, seolah hanya ingin berjabat tangan.
"Hai." Jawab Almira dingin.
Panji mengurungkan niatnya dan hanya membalas uluran tangan Almeira. Setelah berjabat tangan, mereka kemudian duduk berhadapan.
"Mau pesen makan?" Tanya Panji.
"Langsung aja ke topik utama aja." Ujar Almiera. Sebenarnya perutnya juga lapar, tapi tampaknya dia berubah pikiran. Pertemuan pertama dengan Panji seharusnya tidak seakrab itu. Lagipula tujuan Almiera datang adalah membahas soal Shanon, dan bukan soal dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almiera
RomanceKisah tentang seorang wanita yang sudah berumahtangga selama duabelas tahun, tapi kemudian tiba-tiba di tinggalkan begitu saja oleh suaminya karena wanita lain. Perceraian tidak bisa di hindarkan lagi, dengan berpegang pada tanggungjawabnya untuk me...