Almiera - Bab 22

651 66 0
                                    

"Da ma . . ." Shanon melambai ke arah Almiera sementara wanita itu masih mengenakan piyama tidurnya dengan rambut di cepol ke atas dan sendal jepit. Dia berdiri di halaman depan melepas kepergian puterinya Shanon yang akan menghabiskan waktu sehari bersama sang ayah.

Rekonsiliasi itu akhirnya terjadi antara Shanon dengan Panji dan melihat keceriaan puteri semata wayangnya itu ketika bertemu sang ayah membuat perasaan Almiera seperti diaduk-aduk. Andai perceraian itu tidak terjadi, maka Shanon masih akan memiliki kedua orang tua yang lengkap dan kasih sayang yang penuh.

Setelah mobil Panji meninggalkan pagar rumah, Almiera kembali ke dalam rumahnya untuk menyeduh kopi sementara itu Panji dan Shanon mengobrol di dalam mobil.

"Mama cantik ya kalau bangun tidur kaya gitu." Puji Panji.

"Iya." Jawab Shanon polos.

"Mama masih rajin masak?" Tanya Panji lagi, memulai pembicaraan dengan Shanon bukanlah perkara mudah setelah setahun mereka praktis tidak berkomunikasi sama sekali.

"Masih." Lagi-lagi Shanon menjawab singkat.

"Masih suka masak kepiting?" Tanya Panji.

"Masih." Shanon mengangguk.

"Papa kangen masakan mama." Ungkap Panji dengan jujur.

"Mangkanya papa jangan ninggalin mama dong." Jawab Shanon singkat. "Coba kalau papa nggak ninggalin mama, pasti kita masih jadi keluarga bahagia." Shanon menatap sang ayah dan hati Panji menjadi kecut, pria itu mengusap kepala puterinya.

"Iya, maafin papa ya." Sesalnya.

"Papa nyesel?" Tanya Shanon.

"Banget." Jawab Panji.

"Kenapa nggak minta balikan sama mama? Papa mamanya temenku ada juga yang balikan kok." Shanon menjawab dengan polosnya.

"Emang mama mau kalau papa ngajak balikan?" Panji menoleh ke arah Shanon sekilas.

"I don't know." Shanon mengangkat bahunya sekilas. "Just try." Shanon menambahkan.

Panji tersenyum sekilas, "Nggak semudah itu nak, tapi papa akan coba suatu saat nanti." Jawab Panji.

"Ok." Shanon menjawab singkat.

"Emang kamu bisa terima papa lagi kalau misalnya papa balikan sama mama?" Tanya Panji.

Shanon menoleh ke arah papanya, "Kalau aku nggak terima papa, aku nggak akan duduk di mobil papa, never ever." Jawab Shanon.

"Makasih ya anak baiknya papa." Sekali lagi Panji mengusap kepala Shanon. Memang sebagai ayah, figur Panji bukanlah ayah yang mengecewakan. Dia selalu memiliki kedekatan istimewa dengan puteri sematawayangnya itu. Bahkan salah satu hal yang paling menyiksa bagi Shanon adalah ketika dia harus berpura-pura membenci ayahnya, padahal setengah mati dia merindukan kasih sayang dari ayahnya itu.

"Kamu denger mama lagi deket sama siapa sekarang?" Tanya Panji.

"Aku tahu." Jawab Shanon.

"Sama siapa?" Tanya Panji.

"Om Abimanyu." Jawab Shanon singkat.

"Kamu kenal?" Tanya Panji lagi penasaran.

"Kenal." Jawab Shanon sembari mengangguk. "Om Abi baik." Shanon mengimbuhkan.

"Kamu setuju kalau mama nikah lagi sama dia?" Tanya Panji.

"Asal mama bahagia, aku setuju aja." Shanon menjawab.

Rahang Panji mengeras sekilas, "Bukannya kamu pengen papa sama mama balikan?" Tanya Panji.

"Ya kalau mama bahagia balikan sama papa, Shan juga suka." Jawab Shanon. "Terserah mama aja, mama pengennya apa." Gadis itu menjawab dengan bijaksana dan Panji memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan dengan ide makan ice cream kesukaan Shanon.

AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang