Almiera - BAB 30

534 44 0
                                    

Menjelang pukul dua siang, di ruangannya Almiera tampak sibuk mengerjakan pekerjaannya. Dia sudah memasang alarm di ponselnya untuk mengingatkannya menjemput Shanon, hari ini dia ada jam ekstrakurikuler jadi waktu menjemput mundur sekitar dua jam dari jam biasanya.

Brttt Brttt . . .Ponsel Almiera bergetar, wanita itu segera menoleh dan melihat pesan masuk dari Panji.

"Aku senggang kalau kamu lagi sibuk dan nggak sempet jemput Shanon. Aku bisa bantu jemput dan langsung anterin dia pulang." Tulis Panji.

Almiera barus aja akan mengetik pesan balasan saat Roy mengetuk pintunya, "Di panggil boss keruang meeting." Katanya.

"Oh ok." Almiera melihat ke arah jam tangannya, dia mempertimbangkan beberapa saat sebelum akhirnya membalas pesan Panji, "Beneran?" Tanya Almeira.

"Serius, aku jalan sekarang kalau kamu bolehin." Balas Panji.

"Ok, thank you sebelumnya. Sorry ngrepotin." Balas Almiera. Dia segera mengemasi map di atas mejanya dan berjalan cepat ke ruang meeting. Seperti dugaannya, meeting kali ini nggak bisa cepet selesai, dan untunglah Panji sudah menwarakan diri untuk menjemput Shanon, setidaknya Almiera bisa menyelesaikan meeting hari ini tanpa beban.

***

Panji menunggu Shanon keluar dari sekolahan. Dia sudah membawa sekotak coklat kesukaan puterinya itu.

"Shan . . ." Panji melambai dan Shanon berjalan ke arahnya.

"Kok papa yang jemput?" Tanya Shanon.

"Mama kamu ada kerjaan mendesak kayanya." Jawab Panji. "Lagian papa senggang, jadi papa aja yang jemput kamu terus anterin pulang." Panji tersenyum sembari membukakan pintu. "Silahkan tuan puteri . . ." Goda Panji dan Shanon meringis masuk kedaam mobil ayahnya.

"Nih coklat kesukaan kamu. Papa tadi lewat terus inget kalau kamu suka coklat ini." Panji menyogok puterinya itu dengan sekotak coklat.

"Wihh . . . suka banget sama coklat ini." Mata Shanon berbinar saat menerima coklatnya.

"Janji nggak kasih tau mama kalau papa beliin coklat kamu ya." Ujar Panji.

"Kenapa?" Tanya Shanon bingung.

"Takuk di marahin mama. Kan kamu ada jadwalnya boleh makan cokat atau enggak." Jawab Panji.

"Papa masih inget aja." Shanon terlihat murung.

"Ya inget lah, kan dari bayi juga papa yang jagain Shan kalau mama lagi kerja." Panji tersenyum lebar sebeum akhirnya menyalakan mesin mobilnya dan memutar meninggalkan area sekolahan.

"Shan . . .kamu kangen nggak sih masa-masa pas kita bareng-bareng, Papa, mama sama kamu?" Tanya Panji mendadak.

Shanon terlihat bingung, "Emang kenapa?" Tanya Shanon dengan tatapan kritis.

"Ya enggak, papa kadang kangen tahu." Ujar Panji. "Apalagi belakangan ada yang rusuh di rumah, itu bikin papa kepikiran, khawatir sama kamu sama mama. Takut kalian kenapa-napa." Ujar Panji. "Kan kalau ada papa di rumah, kalian lebih aman. Setidaknya ada cowo gitu di rumah, jadi nggak akan ada orang yang berani macem-macem." Terang Panji. Dia memulai langkah pendekatanya dengan cara mencuci otak Shanon, puterinya.

"Dulu papa juga sering pergi-pergi keluar kota kan? Nggak selalu di rumah?" Shanon menjawab dan membuat Panji kehilangan cara untuk menjawabnya.

"Ya kan dulu papa bener-bener merintis usaha papa. Jadi harus kerja keras buat kamu sama mama." Jawab Panji, meskipun realitanya dia sibuk bermain api dengan Shareen dan melupakan anak isterinya karena sedang dimabuk asmara.

AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang