Almiera masuk ke dalam kamarnya kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan berganti dengan piyama tidur.
Saat dia sudah berbaring di atas tempat tidur, pikirannya tidak bisa berhenti begitu saja, semua kejadian hari ini membuat Almiera mencoba mencari benang merah dari semua kejadian itu.
Donny yang akhirnya menemukan Salma sebagai tambatan hatinya, kedatangan Abimanyu yang mendadak dan kedekatan antara Shanon dan Abimanyu yang benar-benar di luar dugaannya.
"Apa yang sebenarnya Tuhan mau dari semua ini?" Gumam Almiera dalam hati. Baginya Abimanyu itu seperti mimpi di siang bolong yang terlalu indah untuk di nikmati, tapi kemudian ada ketakutan besar yang menghantui, mungkinkan mimpi itu akan berakhir dan membuat Almiera kecewa untuk kedua kalinya?
Seperti sesuatu yang begitu sulit di jangkau, tapi kemudian justru terasa begitu mudah diraih. Sesuatu yang terlalu mudah terkadang membuat terlena dan akan mudah juga untuk lepas.
Brrrtt Brrrrtt
Sebuah pesan singkat masuk di ponsel Almiera, wanita itu segera membukanya.
"Raya masuk rumahsakit." Tulis Vivian.
"Kenapa?" Tanya Almiera cepat.
"Percobaan bunuh diri, dia minum obat tidur dalam jumlah banyak." Balas Vivian cepat.
"Shanon belum tidur, tunggu dia tidur baru gue ke rumah sakit. Raya di rumahsakit mana?" Tanya Almiera.
"Gue sama Marcel udah di sini, lo jaga aja Shanon. Ntar gue kabarin lagi ya, sekarang Raya lagi mendapatkan pertolongan pertama, doain aja dia bisa melewati ini." Tulis Vivian.
"Thanks Vi. Kabarin gue ya." Balas Almiera.
"Pasti." Jawab Vivian.
Tak berapa lama ponsel Almiera bergetar kembali, kali ini sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal.
"Siapa sih?" Gumam Almiera. Dia membiarkan panggilan itu berakhir tanpa menerimanya. Nomor yang sama menghubungi kembali, dan karena baru saja menerima informasi soal Raya dari Vivian, Almiera berpikir mungkin ini seseorang yang relate dengan kasus Raya.
"Halo." Almiera menerima panggilan itu.
"Almiera, ini aku . . ." Suara itu terdengar jelas di telinga Almiera dan seketika Almeira membeku. Dia menelan ludah setelah menyadari suara siapa yang menghubunginya saat itu.
"Ada apa?" Tanya Almiera.
"Bisa nggak aku ketemu Shanon?" Tanya Panji.
"Aku harus bicara dulu sama anaknya. Kalau dia mau, aku kabarin nanti." Jawab Almiera.
"Al . . . jangan langsung di tutup." Kata Panji mencegah Almiera mengakhiri panggilannya.
"Sorry udah malem." Ujar Almiera.
"Al . . . aku mau minta maaf." Kata Panji.
Almira menghela nafas dalam, rasa sakit yang sebenarnya belum sepenuhnya hilang, terasa begitu menyakitkan ketika Panji mengungkapkan permintaan maaf itu. Kalimat yang tidak pernah keluar dari bibir Panji saat mereka masih bersama, di setiap pertengkaran yang terjadi, kalimat itu tidak pernah muncul barang sekalipun.
"Panji, semua sudah berakhir. Udah lah, sekarang kamu fokus dengan kehidupan kamu dan Shanon aja." Kata Almiera. "Lupain soal kita. Nggak ada yang perlu minta maaf, lagian minta maaf nggak akan merubah apapun." Ujar Almiera.
"Sekarang aku baru sadar . . . " Sebelum kalimat Panji berakhir Almiera sudah mengakhiri percakapan telepon mereka.
Wanita itu memegangi ponsel di dadanya. Jantungnya berdegup kencang disertai lubang besar yang terasa memenuhi dadanya dan membuatnya sesak nafas.
Brrrtt Brtttt
Ponsel Almiera bergetar kembali, dan karena begitu terkejut hingga akhirnya terlempar dan jatuh ke atas kasur.
"Oh . . . " Almiera memegangi dahinya. Dia kemudian merangkak dan mengambil ponselnya itu kemudian dengan ragu mengintip ke arah layar ponsel, nama siapa yang muncul. "My Boss" muncul di layar.
Almiera menghela nafas dalam, dia menelan ludah kemudian menerima panggilan dari Abimanyu itu.
"Halo." Suara Almiera bergetar tak tertahan bahkan saat mengatakan satu kata "halo".
"Almiera, are you ok?" Tanya Abimanyu.
"Ya . . ." Jawab Almiera cepat.
"Kok, kamu kaya gugup gitu?" Tanya Abimanyu.
"Enggak kok." Bohongnya
Abimanyu terdiam sejenak, "Ini soal mantan suami kamu kan?" Tebaknya.
Almiera menelan ludah, "Barusan dia telepon." Katanya jujur pada akhrinya.
"Ngomong apa dia?" Tanya Abimanyu.
"Dia minta maaf dan pengen ketemu Shanon." Almiera tidak menjelaskan secara detail pembicaraan yang terjadi diantara mereka.
"Saya jadi nggak tenang mau ninggalin kamu seminggu di Ausey." Kata Abimanyu.
"Aku nggak papa kok. Lagian dia cuma mau ketemu sama Shanon." Ujar Almiera.
"Kamu yakin?" Tanya Abimanyu. "Kamu yakin dia nggak bakalan macem-macem?"
"Enggak lah." Almiera mencoba meyakinkan Abimanyu, sementara dirinya sendiri juga tidak yakin dengan apa yang mungkin dilakukan Panji jika dia benar-benar bertemu dengan Shanon.
"Lagian aku juga belum ngomong sama Shanon soal permintaan Panji buat ketemu." Ujar Almiera.
"Ok." Abimanyu mengiyakan.
"Oh ya, ada apa kamu telepon?" Tanya Almiera.
"Cuman mau ngasih tahu kalau aku udah sampai apartment." Ujar Abimanyu menjelaskan.
Seketika hati Almiera menghangat begitu juga dengan pipinya, "Makasih udah ngabarin ya." Kata Almiera sembari memegangi wajahnya.
"Ya udah. Nggak usah dipikirin soal mantan suamimu. Sekarang kamu istirahat." Tutup Abimanyu.
"Kamu juga, selamat istirahat." Almiera menjawab.
Panggilan mereka berakhir tanpa harus menunggu siapa yang mengkahirinya terlebih dahulu, karena Abimanyu yang mengakhirinya terlebih dahulu.
Almiera meneletakkan ponselnya di meja kecil di sisi tempat tidur dan bebaring menyelimuti dirinya sendiri. Setidaknya panggilan dari Abimanyu sedikit menengangkannya dan bisa membantunya untuk tidur nyenyak malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almiera
RomanceKisah tentang seorang wanita yang sudah berumahtangga selama duabelas tahun, tapi kemudian tiba-tiba di tinggalkan begitu saja oleh suaminya karena wanita lain. Perceraian tidak bisa di hindarkan lagi, dengan berpegang pada tanggungjawabnya untuk me...