Almiera - BAB 32

452 49 0
                                    

Abimanyu membuka pesan email di laptopnya tepat setelah mandi. Sembari mengeringkan rambutnya dia membuka tautan yang tertera di email, rupanya ada seorang pria yang datang dari sisi kiri lalu berjalan kea rah dalam area parkir. Lolos dari pengawasan security karena sudah cukup larut dan area parkir tidak terlalu terang.

Pria itu membungkuk beberapa saat kemudian pergi menginggalkan area parkir. Abimanyu mengamati pria itu, jika dilihat dari pakaian yang dikenakan, tampaknya itu adalah Panji, kemeja kotak-kotak berwarna putih.

"Oh jadi dia sengaja ngelakuin itu semua terus pura-pura lewat nawarin tumpangan ke Almiera?" Gumam Abimanyu.

"Ni orang emang harus di kasih pelajaran." Imbuhnya.

Abimanyu mengirim email itu pada Almiera dan mencoba menghubunginya, tapi Almiera tidak menjawab. "Mungkin udah tidur." Abimanyu menutup laptopnya.

***

Keesokan paginya, Almiera sedang sarapan dengan Shanon saat salah satu supir kantor datang dengan mobilnya.

"Permisi buk."

"Pak Maman." Almiera cukup terkejut karena pak Maman datang ke rumahnya.

"Bapak minta saya anter mobil ibuk." Kata pak maman.

"Oh ya, terimakasih ya pak. Pak maman mau sarapan dulu?" Tanya Almira.

"Nggak usah bu, saya di tunggu Nyoto di depan." Ujar pak Maman.

"Ajak aja pak Nyoto sekalian."

"Nggak usah buk, habis ini mau langsung jemput bapak soalnya." Ujar pak Maman.

"Tumben bapak minta di jemput, biasanya nyetir sendiri." Almiera tersenyum. Tidak biasanya Abimanyu menggunakan supir, dia cenderung lebih senang menyetir sendiri.

"Kurang tau buk." Jawab pak Maman.

"Saya permisi buk." Pamitnya dan Almiera mengangguk.

Setelah mobil pak Maman dan pak Nyoto pergi, Almiera kembali ke ruang makan dimana Shanon duduk tanpa menyentuh sarapannya.

"Shan . . .kamu kenapa?" Tanya Almiera.

"Enggak papa." Geleng Shanon sembari malas-masalan mengunyah sarapannya.

"Shanon, jangan ngambek nggak jelas gitu dong. Kan mama jadi bingung Shanon kenapa." Ujar Almiera dengan sabar. "Temen Shanon ada yang ngejekin atau bully Shanon?" Almiera berusaha menebak, tapi Shanon menggeleng.

"Ada pelajaran yang sudah yang Shanon nggak ngerti?" Tanya Almiera lagi dan jawabannya masih sama, Shanon menggeleng.

Almiera meraih tangan Shanon, "Shan . . .kan kita udah janji untuk saling terbuka satu sama lain. Kalau mama ada masalah mama cerita ke Shanon, sekarang giliran Shanon yang cerita ke mama, mungkin mama bisa bantu." Ujar Almiera menjelaskan, tapi yang dia dapatkan hanyalah tatapan mata yang memerah dan berkaca-kaca dari puteri semata wayangnya itu.

"Kok Shanon nangis . . ." Almiera segera memutari meja dan memeluk puteirnya itu.

"Mama akan lebih sayang sama anak mama sama om Abi nanti dibandingkan sama Shanon." Ucapan itu membuat Almiera terhenyak.

"Shan . . . dari mana kamu bisa mikir seperti itu"? Almiera berlutut di hadapan Shanon dan menatap wajah anak peremuannya yang tertunduk berlinangan air mata.

"Mama nggak ada hubungan apa-apa sama om Abimanyu. Kita cuma teman." Almiera menyusut air mata Shanon dengan kedua ibu jarinya.

"Shanon cerita, dari mana Shanon bisa mikir seprti itu?" Almiera mendesak meski dia tetap tidak memaksa Shanon terlalu berlebihan, karena semakin di paksa, Shanon akan semakin bungkam.

AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang