Almiera - Delapan

1K 100 7
                                    

-Satu Tahun Kemudian-

"Sayang,...buruan!" Teriak Alma memanggil puteri sematawayangnya.

"Udah siang nih, nanti kamu telat lho." Wanita itu sibuk mondar-mandir di meja dapur dengan rok pensil dan kemeja berwarna putih yang tampak dimasukkan kedalam rok hingga pinggang rampingnya terlihat memukau meski dia sudah memasuki usia tiga puluh lima tahun, tepat dua bulan lalu.

Setelah menuang kopi dari coffee maker ke dalam cangkir, Al, panggilan akrab Almiera terlihat memeriksa beberapa berkas yang kemudian disusun dan dijepit dengan paperclips sebelum dimasukkan kedalam tas kerjanya.

Dia juga memeriksa ponselnya, dan membalas beberapa pesan dari sebuah group whatsapp yang berisi orang-orang yang bekerja di kantornya. Mereka tampak berdiskusi melalui pesan singkat perihal materi meeting yang akan dilaksanakan pagi ini.

"Sayang, buruan dong...!" Teriaknya sekali lagi karena sudah beberapa menit, dan Shanon belum juga keluar dari kamarnya. Almiera baru saja berniat menyusul Shanon ke kamarnya saat tiba-tiba terdengar derap langkah kaki Shanon menuruni anak tangga dan menghampiri ibunya dengna membawa setumpukan buku juga tas sekolahnya yang sudah penuh terisi buku dan berbagai macam alat sekolah.

"Anak sekolah jaman sekarang bawaannya udah kaya mau sekolah tiga hari nggak pulang." Geutu Almiera sambil merapikan tas Shanon.

"Makan serealnya, terus habisin susunya ya nak..." Rentetan perintah itu terdengar tanpa jeda, sementara Shanon memilih tidak menjawab. Dia memasukkan beberapa suap sereal dengan cepat kedalam mulutnya kemudian meminum setengah gelas susu.

"Selalu nggak dihabisin deh." Almiera mengambil mangkuk dengan setenah mangkuk sereal dan tersisa juga gelas yang setengahnya masih berisi susu segar. Dia segera membuang isinya dan mencuci perkakas itu. "Hari ini mama ada meeting pagi sayang, jadi kita berangkat agak pagian ya." Ujarnya sementara tangannya mencuci mangkuk dan gelas juga cangkir sisa kopinya.

"Harusnya mama kasih tahu semalem." Protes Shanon dengan wajah manyun.

"Iya, maaf, semalem mama kecapean nggak sempet bilang sama kamu."

Shanon menggendong tas sekolahnya dan menenteng buku-buku yang tidak lagi bisa masuk ke dalam tas "Mama kan tahu aku nggak suka diburu-buru." Gadis remaja itu memilih meninggalkan dapur, mendahului ibunya keluar dari rumah.

Almiera mengangkat alisnya sekilas sambil menoleh ke arah Shanon, tanpa banyak bicara dia memilih untuk mengeringkan tangannya yang basah kemudian menyambar tas dan kunci mobilnya.

Dengan berlari-lari kecil dia keluar rumah, mengunci pintu rumah kemudian menuju mobil. Shanon sudah berdiri di ambang pintu mobil dengan wajah masam. Almiera segera membuka pintu untuk puterinya itu dan memutar untuk masuk kedalam mobil. Sebagai seorang wanita, Almiera cukup cekatan mengerjakan segala sesuatu.

Wajah masam Shanon seperti alarm bagi Almiera, dia tidak berani membahas apapun dengan puterinya itu, mengingat hormon remaja yang sedang bertumbuh sering kali membuat anak-anak terlalu sensitif dan jika dipaksakan hanya akan menimbulkan pertengkaran antara anak dan orang tua. Almiera tahu betul itu, jadi dia memilih untuk tidak membahas hal-hal yang terlalu formal.

"Gimana sekolah kamu, sayang?" Tanya Almiera, dia benar-benar berusaha keras menjadi ibu yang mengerti puterinya, seperti janji yang dia ucapkan pada dirinya sendiri pasca perceraian itu.

"Nggak gimana-gimana." Jawab Shanon singkat.

"Eh bukannya kamu punya temen baru ya?" Almiera berusaha mencari topik yang mungkin disukai Shanon.

"Ada." Lagi-lagi Shanon menjawab singkat.

"Siapa namanya?"

Shanon menatap Almiera dengan kesal. "Bisa nggak sih mama nggak kepo?"

AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang