Almiera - BAB 31

431 41 0
                                    


Karena sebelum sampai di rumah mereka sepat membeli makanan, Almiera mengijinkan Abimanyu untuk mampir makan malam bersama. Hal ini juga sebagai bentuk rekonsiliasi diantar keduanya yang sempat saling menyalahkan selama di dalam perjalanan.

"Shaon belum tidur?" Tanya Abimanyu.

"Biasanya sih lagi nonton tv." Jawab Almiera.

Keduanya masuk ke dalam rumah saat Shanon sedang menonton tv bersama bi Sum.

"Shan . . ." Sapa Almiera dengan wajah cerah, tapi jawaban yang dia dapatkan tak seperti yang dia harapkan. Shanon menoleh dan begitu melihat Abimanyu berdiri di belakang ibunya, Shanon justru melengos dan meninggalkan ruangan menuju ke lantai dua.

"Kenapa dia bi?" Tanya Almiera sembari meletakkan tasnya di sofa.

Bi Sum segera berdiri dan menerima kantong plastic yang di bawa oleh Almiera. "Siapin meja makan ya." Kata Almeira.

"Iya bu." Jawab Bi Sum.

Almiera menoleh kea rah Abimanyu, "Tunggu bentar ya." Ujarnya sembari mengekor pada bi Sum yang menuju ke dapur. Belum sepat sampai ke dapur, Almiera mendengar pintu kamar Shanon di tutup dengan cukup keras, seperti suara pintu dibanting lebih tepatnya.

Almiera menghela nafas dalam, "Kenapa dia bi?" Tanya Almiera.

"Ngambek bu, sejak pulang sekolah." Jelas bi Sum sembari mempersiapkan meja makan.

"Papanya nganterin sampe rumah kan?" Tanya Almiera.

"Iya bu. Tapi non Shan mengunci diri di kamar. Baru sore tadi dia keluar minta di gorengin kentang sama sosis." Terang bi Sum.

Almiera menaikkan alisnya, "Masalah apalagi ini." Gumam Almiera. Dia menggulung lengan kemejanya dan berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan sebelum akhirnya menyambangi Abimanyu yang duduk di ruang tamu sembari memegangi poselnya seperti sedang berkomuniaksi dengan seseorang melalui pesan singkat.

"Makan yuk." Ajak Almiera.

"Shanon lagi nggak mood sepertinya, aku balik aja. Besok pagi aku jemput." Jawab Abimanyu sembari berdiri dari tempatnya duduk.

"Sorry ya, namanya anak-anak." Almiera berusaha meminta pemakluman.

"Aku ngerti." Abimanyu tersenyum, kemudian dia berjalan ke arah pintu diikuti oleh Almiera.

"Aku balik ya." Kata Abimanyu.

"Maaf ya, jadi nggak sempet makan." Sesal Almeira.

"Santai aja." Abimanyu melambai kemudian berlari kecil menuju ke mobil. Tak berapa lama mobil mewahnya melesat meninggalkan halaman rumah Almiera.

Entah mengapa selarut ini, tetangganya bu Hetty masih sibuk menyiram bunga di halaman, "Pacar baru mir?" Tanyanya dari kejauhan.

Almira tersenyum kecut kemudian meninggalkan halaman. Sebagai seorang janda, beban moral yang harus dia tanggung tidak main-main. Tidak dekat dengan siapapun dianggap wanita bermasalah sehingga tidak ada yang mau, sementara dekat dengan seseorang dianggap kegatelan gonta ganti pacar.

Almiera masuk ke dalam rumah dan meminta bi Sum untuk mengurungkan menyiapkan meja makan. "Bi, kemasin lagi aja deh. Masukin ke kulkas, besok pagi di angetin buat sarapan." Kata Almiera.

Bi Sum yang baru selesai menatap semua piring menjadi bingung, tapi dia tak berani membantah, "Ya bu." Jawabnya .

Almiera menaiki anak tangga kemudian berjalan ke kamar Shanon, dia mengetuk lembut pintu kamar puterinya itu dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki.

"Shan . . . buka pintunya sayang." Bujuk Almiera.

Tok Tok Tok

Almiera mengulanginya sekali lagi tapi tak mendapatkan respon dari Shanon.

"Shan, . . .kamu kenapa nak, cerita dong sama mama." Almiera bersandar di pintu dengan wajah menempel pada daun pintu. "Shanon . . . jangan ngambek sayang." Bujuk Almiera.

Setelah menunggu beberapa saat dan tetap tidak terdengar jawaban, Almiera memilih untuk berjalan ke kamarnya dan mandi. Dia butuh menyegarkan diri sebelum kembali berusaha membujuk Shanon untuk bicara.

Almiera rebah di sisi tempat tidur setelah mandi, dia meremas wajahnya, "Pacar baru mir?" Bibir bu Hetty yang tebal dengan suara kerasnya terngiang-ngiang di telinga. Dia masih ingat juga waktu itu, setelah pulang dari pengadilan, sidang mediasi pertama, bu Hetty juga menghampirinya, "Mangkanya punya suami di jaga Mir, kalau suami sampai selingkuh itu berarti isterinya ada yang nggak beres, koreksi diri lah. Sayang banget punya suami kaya nak Panji kamu sia-siain. Kebanyakan ngejar karir kamu Mir, sampai lupa keluarga . . ."

Almiera menghela nafas dalam, terkadang orang lain melihat dari sudut pandang tertentu lalu berkomentar seolah baru saja menguliti semuanya dan tahu sampai ke dalam. Mereka yang tidak mengetahui akar permasalahan yang sesungguhnya terlalu bebas berkomentar hingga tak jarang menyakiti hatinya.

Mengejar karir bukanlah obsesi Almiera pada awalnya, tapi ketidakmapanan finansial yang dialami oleh suaminya memaksa Almiera mengambil peran lebih banyak untuk membuat keluarga itu tetap bisa terpenuhi kebutuhannya. Tapi orang bisa saja menilai seenaknya.

"Resiko jadi janda Mir." Gumam Almiera pada dirinya sendiri sembari mengusap-usap dadanya. "Bukannya lo udah harus kebal." Imbuhnya menasehati dirinya sendiri. "Janda nggak boleh capek, nggak boleh sakit, apalagi sakit hati." Kata Almiera sembari menyeret langkahnya bangkit dan berjalan keluar kamar untuk kembali membujuk puteri semata wayangnya.

"Shan . . . udah bobok nak?" Tanya Almiera sebelum mengetuk pintu.

"Kalau belum bobok, buka pintunya dong nak. Mama mau tanya, Shanon kenapa?" Almiera masih berusaha membujuk dengan suara lembut, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya Almiera kembali ke dalam kamaarnya. Dia menjatuhkan diri di single sofa yang ada di sudut ruangan dan menangis di sana.

"Aku capek ma . . . ." Gumam Almiera di tengah isakannya yang tanpa suara dan linangan air mata sembari menatap foto ibunya yang ada di atas meja kopi.

"Mira kagum sama ibu, ibu bisa sekuat ini besarin Mira sama Ryan sepeninggal bapak. Tapi Mira nggak bisa sekuat ibu." Tangisnya.

Tak jarang Almiera menghabiskan malam-malamnya untuk menangisi keadaannya, karena tidak ada satupun tempat mengadu. Mengadu pada ibunya hanya akan menjdi beban bagi wanita yang sudah senja usianya dan Almiera tidak ingin menjadi beban bagi ibunya. , "Emang Shanon mau punya papa baru?" ekspresi wajah ayahnya bahkan terlintas jelas di benak Shanon.

"Kalau kamu punya papa baru terus mama punya anak dari papa baru kamu, nanti mereka akan lebih sayang sama anak itu dibandingkan kamu lho Shan."

AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang