Almiera - BAB 35

677 57 1
                                    

"Abimanyu . . ." Suara seseorang menyebut nama Abimanyu tepat saat Abimanyu baru saja selesai dinner meeting dengan salah satu koleganya. Saat itu Abimanyu baru saja selesai menelepon Almiera.

"Marteen . . ." Abimanyu menoleh dan menyadari siapa pria yang berdiri dengan jarak kurang lebih dua meter darinya. Keduanya saling menghampiri kemudian saling memeluk singkat.

"Lo di Jakarta?" Tanya Abimanyu.

"Balik gue." Jawab Marteen. "Udah semingguan di Jakarta kok." Jawabnya.

"Lo lagi ada acara di sini?" Tanya Marteen.

"Oh, barusan kelar dinner meeting sama klien. "Jawab Abimanyu.

"Nggak berubah ya lo, kerja terus." Goda Marteen. "Emang udah sibuk ngasih makan anak orang?" Seloroh Marteen.

"Belum ada anak orang yang mau sama gue." Jawab Abimanyu.

"Masa sih, temen gue ganteng gini nggak laku juga. Emang si Amanda kemana?" Tany Marteen.

Abimanyu terkekeh, "Amanda, udah punya anak kali dia sekarang." Jawab Abimanyu.

"Serius, gue pikir lo serius sama si Manda." Marteen menebak.

"Eh, mendingan cari tempat ngobrol yang enak. Di atas ada lounge kalau mau." Ajak Abimanyu.

"Boleh lah. Lagian udah lama juga kita nggak ketemu." Marteen mengangguk. Keduanya sepakat untuk naik ke lantai dua dimana terdapat lounge. Mereka memutuskan untuk social drinking sambil ngobrol-ngobrol soal banyak hal di masalalu.

Setelah memesan minuman dan pesanan mereka datang, Abi dan Marteen mulai sibuk mengobrol. Tidak jauh-jauh, obrolan pria adalah seputar bisnis, perempuan dan juga otomotif.

Ditengah obrolan mereka, Abimanyu tertarik pada seorang pria yang duduk di sudut bersama seorang wanita. Abimanyu bahkan beberapa kali menoleh untuk memastikan siapa pria yang duduk di sana dan siapa wanita yang berada di hadapannya.

"Panji . . ." Gumam Abimanyu dalam hatinya.

"Kenapa bro?" Tanya Marteen.

"Enggak kok. Kayanya kenal sama yang baju putih itu." Ujar Abimanyu.

"Temen lo?" Tanya Marteen.

"Mantan suami orang kantor." Jawab Abimanyu.

"Oh . . ." Marteen mengangguk paham. Mereka kembali mengobrol soal rencana bisnis Marteen di Jakarta hingga hampir lupa waktu. Tapi begitu Panji berjalan meninggalkan area lounge, Abimanyu juga berpamitan.

"Bro . . . sorry gue duluan." Pamit Abimanyu.

"Lo serius nggak mau nungguin Reino?" Tanya Marteen, rupanay saat mereka bersama mengobrol, Marteen mengirim pesan singkat pada Reino, salah satu teman mereka juga, dan Reino juga berniat untuk datang ke lounge menemui Abimanyu dan Marteen.

"Kok buru-buru bro?" Tanya Marteen.

"Sorry gue ada urusan." Abimanyu bergegas, "Salam aja buat Rei." Pria bertubuh tinggi itu segera menyusul langkah Panji menuju area parkir.

Begitu sampai di area parkir, Abimanyu memanggil Panji. "Panji . . !" Panggilnya.

Panji menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya, dia tersenyum miring, "Oh calon suami bekas bini gue." Gumamnya.

Abimanyu berjalan mendekat, "Mulut lo emang nggak bisa ngomong sopan ya." Ujar Abimanyu.

"Ya kenapa, emang dia bekas!" Panji tersenyum bangga. "Bekas gue duabelas tahun, bro!" Panji semakin sesumbar.

"Jaga mulut lo!" Abimanyu terpancing emosi dan mengangkat kerah Panji.

"Wo . . . wo . . . wo . . . mau sok jagoan lo?!" Panji menantang Abimanyu meskipun tubuh Abimanyu jelas lebih gagah darinya.

"Gue peringakan. Jangan sekali-sekali dekati Shanon dan cuci otaknya dia dengan pikiran busuk lo, dan jangan sekali-kali merendahkan Almiera dengan mulut kotor lo itu!" Tegas Abimanyu.

"Shanon itu anak gue, darah daging gue. Hak gue mau ngomong apa sama dia, nah lo siapa?!" Panji mendorong Abimanyu hingga pria itu terhuyung mundur.

"Dan asal lo tahu, Almiera itu bekas gue. Dua belas tahun gue tidur sama dia. Bekas . . . bekas gue, paham lo!" Panji terus merangsek maju dan itu membuat Abimanyu semakin tidak sabar, dia mengangkat tangannya dan mendaratkan bogem mentah ke wajah Panji hingga pria itu jatuh tersungkur.

"Lo belum puas ya di pukulin sama Ryan. Sekarang lo nantangin gue." Abimanyu menatap tajam pada Panji sebelum meninggalkannya, "Sekali lagi lo berkata-kata nggak pantes soal Almiera di depan gue, habis lo!" Abimanyu meninggalkan Panji. Dia berjalan memasuki mobilnya dan meninggalkan area parkir.

Tapi Panji tidak menyerah begitu saja, dia mengambil poselnya dan menghubungi seseorang, "Habisin orang dengan nomor mobil yang gue kirim." Ujar Panji. "Soal bayaran gampang." Tutupnya. Panji meludah dan bangkit dari tempatnya tersungkur. Dia mengibas-ngibaskan pakaiannya yang kotor dan bergegas masuk ke dalam mobil.

***

Abimanyu menyetir kendaraannya menuju apartment, meski paginya dia meminta pak Maman untuk menyupirinya kemanapun, tapi menjelang sore dia memutuskan untuk menyetir sendiri kendaraannya.

Panggilan masuk dari Almiera, "Halo . . ." Abimanyu menerima panggilan itu dengan earphone bloetooth yang melekat di telinganya.

"Aku khawatir sama kamu gara-gara kamu mattin telepon gitu aja." Ujar Almiera segera setelah Abimanyu menerima panggilannya.

"Sory, tadi aku kebawa emosi jadinya kesel." Sesal Abimanyu, "Aku barusan selesai meeting sama Mr. Lim, terus nggak sengaja pas mau balik ketemu temen lama, Marteen namanya. Kita sempet ngobrol bentar. Tapi sekarang aku udah di jalan mau balik ke apartment." Abimanyu menjelaskan semua kegiatannya tanpa diminta dan itu membuat hati Almiera menghangat.

Pria yang baik akan meberitahu apa yangdia lakukan pada wanita yang dicintainya, bukannya sebaliknya, berbohong tentang semua yang terjadi dan bermain di belakang wanitanya.

"Nggak perlu ngasih tahu sedetail itu juga kali." Almiera menjawab.

"Penting dong, biar kamu nggak khawatir." Jawab Abimanyu.

"Ok, aku udah nggak khawatir lagi sekarang. Ya udah, kamu hati-hati di jalan. Kabarin kalau udah sampai apartment." Tutup Almiera.

"Iya. Nanti aku kabarin kalau sudah sampai, kamu tidur aja nggak usah nunggu aku sampai apartment." Jawab Abimanyu.

"Ok." Almiera menjawab setuju.

"Selamat istirahat, sayang." Tutup Abimanyu.

"Sayang?" Almiera mempertanyakan panggillan itu.

"Ya kenapa, keberatan aku panggil sayang?" Tanya Abimanyu, "Maunya di panggil apa?" Tanyanya.

"Apa aja." Jawab Almiera dengan wajah merona.

"Ok, selama tidur apa aja."Goda Abimanyu.

"Ya udah, sayang lebih bagus deh kayanya." Almiera berubah pikiran.

"Nah gitu dong. Selamat tidur sayang. See you tomorrow." Tutup Abimanyu dan Almiera menjawab dengan ragu, "Hati-hati di jalan." Tutupnya.

Keduanya mengakhiri panggilan dan Almiera meninggalkan ruang tengah, mematikan lampu kemudian berjalan ke lantai dua untuk beristirahat. Setelah beberapa hari yang cukup melelahkan, akhirnya malam ini di tutup dengan manis.


AlmieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang