04 - Trauma dan Merasa Bersalah

350 49 5
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-





Ting!

Notifikasi pesan masuk di ponsel Kinan. Kinan menyeka air mata nya dan mendudukkan dirinya. Bergegas mengambil ponsel nya dari atas nakas. Kinan berniat melihat pesan yang masuk barusan, Ia kira pesan itu datang dari sahabat nya. Tapi, dugaan Kinan salah. Itu datang dari nomer aneh itu lagi.

Biar kutebak, Kakak mu memarahimu karena kamu terlambat pulang bukan?
Kan, sudah kuperingatkan agar lebih hati-hati saat pulang. Salahmu tidak memedulikan peringatan dari ku, Kinanta.
Kuperingatkan lagi, Kejadian tadi adalah awal Permainan yang akan kita mulai.
Jadi, mulai sekarang berhati hatilah, Putra Mahendra.

Kinan semakin dibuat pusing dengan adanya pesan aneh yang ia terima. Kinan membanting ponselnya ke atas kasur. Kemudian menghela nafas supaya tetap tenang.

Setelah mulai tenang, Kinan mulai membuka kotak P3K di sebelah nya untuk mengobati luka luka lebam nya.

Krieeeeeettt!!

Pintu terbuka memperlihatkan Bibi Sri yang datang membawa sebotol air minum untuk Kinan. Kinan menyambut nya dengan senyuman hangat, meski tangannya masih sibuk mengobati luka lebam di wajahnya.

"Ini stok minum buat malam ini, Tuan. Biar Tuan tidak perlu turun ke bawah." Bibi Sri menaruh botol di atas nakas.

"Terimakasih, Bi.."

"Sama-sama. Tuan, boleh saya duduk disini?" Bibi Sri meminta izin duduk di samping Kinan.

"Duduk saja Bi."

Bibi Sri kemudian duduk di samping Kinan sambil memperhatikan Tuannya yang tengah menahan rasa sakit dari luka lebam di wajahnya.

"Masih sakit ya Tuan?"

"Gapapa Bi. Udah biasa. Lebih sakit di dalam sini." Kinan menunjuk dada nya dengan jari telunjuk nya. Bibi menatap sendu.

"Tuan, sudah makan malam? Mau Bibi buatkan sup?"

"Tidak usah Bi. Tadi aku udah makan sama Jay di Rumah Sakit."

"Rumah Sakit?! Kok Tuan Muda makan di Rumah Sakit?!"

"Iya. Tadi Aku kesrempet motor Bi. Makanya kan ini kepala ku dijahit. Tapi, Abang ga percaya. Kalau Bibi ga percaya, bibi tanya aja sama Jay."

"Bibi selalu percaya sama Tuan Kinan kok. Tapi, sekarang gimana Tuan? Jahitannya tadi berdarah lagi kan?"

"Gapapa Bi. Luka jahitan nya emang masih basah jadi gampang berdarah. Bibi gausah khawatir. Aku ganti baju dulu ya Bi sebentar."

"Iya, Tuan. Ini obat obat nya biar Bibi yang beresin."

You Must Comeback Home | TXT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang