22 - Penjelasan Chris

236 30 4
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-


Krieeeeeeeeett

Pintu Ruang Rawat itu terbuka. Menampilkan sosok pemuda berperawakan tinggi dengan wajah kelincinya.

"Bang, Kinan tidur ya?" Tanya Satria yang baru saja datang. Mendapati Kinan yang masih terlelap di atas ranjangnya.

"Iya. Lu liat sendiri kan. Mesti nanya nanya segala." Jawab Athan datar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop yang berada di depannya.

"Yeee... Biarin aja. Cuman nanya doank. Kapan Adek boleh pulang bang?" Tanya Satria lagi.

"Besok. Kalo keadaan Adek ga drop lagi dan masih stabil, besok udah boleh pulang. By the way, mana Beruang madu? Ga pulang sama lu."

"Engga Bang. Gatau. Tadi pagi gue tawarin berangkat bareng, dia gamau. Katanya ada urusan habis pulang sekolah. Gatau deh tapi. Gue juga ga ketemu dia di kampus." Jawab Satria sambil mendudukkan dirinya di samping Athan.

Athan hanya mengangguk. Sejujurnya Ia takut Bima melakukan hal yang Ia khawatirkan mengenai perdebatan nya tadi pagi. Tapi, ya sudahlah. Ia saat ini juga masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Urusan Bima bisa diurus nanti saat orangnya sudah di depan mata.

Tak lama Pintu Ruangan kembali terbuka.

Menampilkan Tristan yang membawa satu buah paper bag di tangannya. Ia mendapati Kinan yang masih tidur, kemudian Ia memutuskan untuk duduk di atas sofa yang masih kosong. Dan mengeluarkan ponselnya.

"Kalau Dateng tuh.. Nyapa donk.. Yang ceria, yang ramah.. dingin banget.." Ucap Satria kepada Tristan.

"Hai." Ucap Tristan datar tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Ish... Susah banget ya punya adek kek Antartika. Sekalian aja lu jadi Limbad noh..." Satria mengoceh.

Namun, tak ditanggapi oleh Tristan. Entah kenapa memang Tristan adalah anak yang cuek dan dingin. Jika menurut nya sesuatu itu tidak penting, Ia memilih untuk mengurus nya dan fokus pada hal yang menurut nya lebih penting. Tapi, dibalik itu. Tristan tetap sosok yang penuh perasaan dan perhatian. Ia tetap Tristan yang punya kasih sayang kok.

Satria yang sebenarnya jengkel akhirnya juga memutuskan untuk mengambil buku yang Ia bawa dan membacanya. Selagi menunggu di bungsu terbangun, mereka bertiga tenggelam dalam kegiatan masing-masing

"Ugh.." Erangan kecil itu berhasil membuat semua yang mendengar nya berhenti dari aktivitas nya seketika.

Perlahan Kinan membuka matanya. Mendapati ketiga Abangnya yang sudah berada di depannya. Sejujurnya Kinan sendiri juga masih belum ingat apa apa. Sehingga rasanya masih aneh mendapat semua Abangnya yang sudah besar di hadapan nya. Begitu juga dengan dirinya. Ia juga terkadang masih aneh. Karena yang ada di ingatan nya adalah ketika Ia masih kecil, sedangkan ketika Ia terbangun, Ia mendapati dirinya yang sudah berusia 16 tahun. Entah apa selama 11 tahun yang telah Ia lewati, Ia juga sama sekali tidak ingat. Berusaha mengingat nya pun terasa menyakitkan bagi dirinya.

You Must Comeback Home | TXT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang