50 - Letters ( END )

288 18 19
                                    

Ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ending ...

-
-
-
-
-

Jayden membuka amplop berwarna biru, karena tertulis namanya di depan amplop itu. Ia menghela nafas. Entah kenapa rasanya masih berat untuk menerima semua kenyataan yang terjadi.

Jayden berkali kali menyeka air matanya yang terus terus terjatuh hingga membuat jejak Titik titik di kertas itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jayden berkali kali menyeka air matanya yang terus terus terjatuh hingga membuat jejak Titik titik di kertas itu.

Thanks nan.. udah hadir di hidup gue..

Kita bakal ketemu lagi kan? Tunggu gue disana ya nan.. Meski gue juga gatau kapan..

Jayden menyeka air matanya. Ia harus menyerahkan amplop amplop ini ke yang lain. Amplop yang masing masing tertera nama nama penerima yang harus membaca pesan yang ditulis Kinan.

Jayden berdiri sembari membawa semua amplop di tangannya tak lupa paper bag yang Ia bawa dari rumahnya.

Pertama, Ia mengetuk kamar Tristan yang terletak persis di samping kamar Kinan.

Tok tok tok..

"Bang Tristan, boleh keluar sebentar? Ada hal penting mengenai Kinan. Please.." Ucap Jay memelas. Mungkin dengan membawa nama sahabat nya, Tristan akan keluar.

Benar saja. Tak lama Tristan membuka pintu kamarnya. Memperlihatkan wajahnya yang sembab juga rambut nya yang berantakan. Tak lupa Jay juga sempat mengintip ke dalam kamar pemuda di depannya itu. Sangat berantakan. Ada pecahan kaca juga banyak buku yang berceceran.

"Gausah ngintip ngintip. Mau apalu?" Ucap Tristan dingin.

"S-sorry.. Nih, gue Nemu ini di kamar Kinan. And satu lagi.. Ini hadiah Ulang Tahun lu dari Kinan. Maaf gue baru inget sekarang, Kinan nitip ini waktu dia keserempet motor beberapa bulan yang lalu." Jay menyerahkan paper bag dan amplop berwarna merah kepada Tristan.

Tristan menerimanya.

"Bang, kalo udah selese baca, turun ya.. gue tunggu di ruang tv. Kita harus liat sesuatu ini bareng bareng.."

"Hmm.." Hanya itu yang terdengar dari mulut Tristan sebagain jawaban. Kemudian Ia langsung masuk dan menutup kamarnya kembali.

Jay menghela nafas. Sekali lagi Ia paham kenapa suasana rumah ini menjadi sangat suram. Kemudian Ia melangkahkan kaki ke kamar selanjutnya. Pintunya tidak tertutup. Sehingga Jay tidak perlu sampai mengetuknya. Terlihat Bima yang menatap kosong jendela kamarnya.

You Must Comeback Home | TXT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang