42 - Rescue

124 28 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-
-
-
-
-

Kalian kira Kinan bakal diam begitu saja di tegah masalah besar yang keluarganya sedang hadapi saat ini? Kalian kira Kinan bakal menurut begitu saja perintah keempat Abangnya yang terus memerintah dirinya untuk berdiam diri di rumah? Kemudian membiarkan yang lainnya berjuang mati matian di luar sana?

Jawabannya jelas tidak. Kinan tidak mungkin diam saja. Anggap saja Kinan memang anak nakal yang tak patuh pada perintah. Anggaplah Kinan anak yang tidak tahu diri. Kinan tak peduli. Kinan tetap tidak akan pernah lupa akan janji nya pada Bunda Oliv waktu itu. Kinan juga bukan pengecut hanya karena penyakit sialan yang tiba tiba menggerogotii tubuhnya saat ini.

Jauh jauh hari sudah Kinan menyiapkan anak buahnya sendiri. Sudah dari lama juga Kinan menyusun rencana tanpa diketahui satu orang pun, termasuk Jayden sekalipun. Biarlah Kinan juga tidak yakin rencananya akan berjalan lancar atau tidak. Berhasil atau tidak. Setidaknya Ia yakin rencananya kali ini membuat yang lain pasti selamat dan baik baik saja. Meski benar benar Ia hanya sendiri kali ini. Hanya dengan bantuan anak buahnya. Tak lebih. Bukannya itu lebih aman? DIbandingkan Kinan harus melibatkan yang lain dan malah berakhir tak sesuai keinginannya. Kali ini, Kinan hanya ingin mengakhiri semuanya.

Malam itu setelah Satria keluar kamar Kinan, Kinan menelpon anak buahnya. Ya. Tentu saja. Ini waktu yang tepat Ia menjalani rencana yang telah lama Ia siapkan. Anak buahnya langsung datang menjemput bosnya yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari balkon kamarnya yang terhubung dengan taman samping rumahnya. Ia turun menggunakan tali yang sudah Ia siapkan. Dan berangkat menuju tempat dimana seharusnya dirinya sudah ada disana sejak lama Kalau saja tak banyak kendala.

Maaf Bang.. Kinan bohong..

Tapi, kalau Kinan gak kayak gini, mungkin Abang Abang bakal dalam bahaya..

-

-

-

-

Pagi harinya Tristan ingin mengecek keadaan si bungsu, berharap si bungsu sudah bangun dalam keadaan jauh lebih sehat. Atau setidaknya mendapatinya masih terlelap di dalam mimpi indahnya. Tristan memasuki kamar Kinan. Dilihatnya adiknya yang sangat tumben membungkus seluruh tubuhnya dengan seliimut. Ah. Kinan masih tidur rupanya. Tristan berniat membuka selimut itu. Ia hanya khawatir kinan kehabisan oksigen di dalam selimut. Tak mungkin Ia membiarkan Kinan mati konyol begitu saja. Namun, Ia mulai merasa ada yang aneh. Kenapa Ia tidak mendengar suara dengkuran tidur dari Kinan. Bahkan selimutnya tidak bergerak naik turun tanda orang di dalam bernafas dengan normal. Kenapa juga sepertinya Kinan terlihat lebih kecil dan pendek dari biasanya?

Srak!

Tristan menari selimut Kinan begitu saja tatkala perasaanya bilang ada sesuatu yang buruk. Ia baru menyadari sesuatu. Itu bukan Kinan. Melainkan hanya satu buah guling yang terbalut selimut. Bodoh. Adik bungsunya telah kabur.

You Must Comeback Home | TXT LokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang